Chereads / cinta yang tak tentu arah / Chapter 2 - LOSER-2

Chapter 2 - LOSER-2

Happy reading.....

____________

Hari berganti dengan begitu cepat, tepat hari ini adalah hari Sabtu yang mana besok si rentenir kejam itu akan datang ke rumah nya dan menagih hutang. Sementara tak sepeserpun uang berada di tangannya.

Giselle benar-benar gusar, ia begitu gelisah.  Dia berfikir dimanakah ia harus meminjam uang sebanyak itu untuk melunasi hutang ibunya. Ia bahkan tidak mempunyai teman yang bisa ia pinjami. Karena dulu sewaktu masih duduk di bangku SMA dia tidak mempunyai teman, bahkan ia kerab di bully di sekolah nya.

Ia menghembuskan nafasnya berat, sudah tidak ada lagi solusi yang bisa ia pikirkan untuk melunasi hutang tersebut. Ia pasrah dengan keadaaan. Jikapun besok ia harus di bawa ke kantor polisi atau bahkan mungkin kemungkinan yang lain seperti Johnny yang akan memukulnya, maka ia hanya akan pasrah saja. Toh mau mengelak pun ia tetap salah karena telah berhutang.

Keesokan harinya, Giselle yang baru saja selesai dari membagikan koran melihat sebuah sedan hitam berhenti di depan rumah nya.

"Apakah itu mobil pak Johnny". Ucapnya dalam hati.

Namun yang keluar bukanlah lelaki yang cukup berumur, melainkan seorang pemuda gagah dengan jaket denim hitam dengan kaos putih di dalamnya, celana hitam serta kacamata yang bertengger di hidungnya. Sepertinya lelaki itu seumuran dengannya.

Lelaki itu masuk ke dalam rumahnya tanpa mengetuk. Ia menyuruh pengawalnya menendang pintu rumah itu hingga hampir terlepas dari tempatnya.

Dengan langkah cepat Giselle menuju rumah nya yang hanya beberapa langkah dari tempat nya berdiri tadi mengamati lelaki tersebut.

Sampai di dalam, Giselle melihat lelaki itu telah duduk di kursi sambil bersedekap dada dan menjulurkan kakinya ke meja.

"Apa yang kau lakukan di rumahku?"

Ucapnya dengan matanya menatap pria itu tajam.

Haechan menyeringai "Mana ibumu? aku ada urusan dengannya" Desisnya.

"Ibuku tidak ada di sini, dia telah pergi dan aku tidak tau kemana"

"Jangan bohong gadis cantik" Haechan berdiri lalu mendekatkan diri ke arah Giselle. Ia sedikit memutari tubuh giselle "Karena jika kau berbohong, itu hanya akan menyulitkan mu saja" bisiknya seduktif, yang mana membuat leher Giselle meremang.

"Apa sebenarnya maumu? Kau masuk ke rumahku dengan tidak ada sopan santunnya" ketua Giselle.

Haechan tersenyum "Aku kesini ingin menagih hutang. kau ingat Seo Johnny? Dia ayahku"

Giselle menegang. ternyata yang datang bukanlah pak tua itu melainkan anaknya. Bahkan aura anaknya lebih mengintimidasi. Namun giselle mencoba untuk tetap tenang.

"Kami belum punya uang" jawabnya ketus.

"Hahaha... Aku sudah menduga nya jika kalian akan mengatakan kata-kata itu". Haechan kembali mendarat kan bokongnya, namun kali ini ia duduk di atas meja.

Giselle masih menatapnya tajam.

"Baiklah tidak masalah, aku bisa saja mengganggap hutang itu lunas, asal kau mau menjadi jalangku" Ucapnya menyeringai sambil satu tangannya memegang dagunya.

Giselle tidak percaya dengan apa yang di lontarkan pria di depannya itu.

"Kau pikir aku wanita murahan!".

"Hey hey santai dong, aku baru menawarimu satu tawaran" sela Haechan dengan senyuman yang menggoda "Bagaimana dengan tawaran ku yang satu ini, apa kau akan menolak juga" imbuhnya.

Haechan berdiri kemudian mendekat ke arah belakang Giselle dan meniup telinganya.

huuuuh...

Giselle menegang. Badannya meremang karena tiupan itu.

"Aah aku tidak jadi memberi mu tawaran yang lain, melihatmu yang langsung menegang hanya dengan tiupanku saja sudah membuatku bisa membaca dirimu". tuturnya dengan sudut bibirnya tertarik ke atas.

brakk...

semua mata tertuju ke seumber suara, terlihatlah dua orang laki-laki yang bertubuh besar dengan otot yang begitu kekar. Di belakangnya terlihat seorang wanita paruh baya yang baru saja mereka seret.

"sel__" lirih wanita tua itu.

Mata Giselle terbelalak sempurna, ternyata wanita yang  di geret itu tak lain dan tak bukan adalah ibunya.

"Ibu!"

Giselle memekik dan langsung bersimpuh di hadapan ibunya lalu mendekapnya erat. Sedangkan ibunya sudah penuh dengan lebam-lebam di wajahnya.

"Aah ibumu mau kabur rupanya, padahal ia yang meminjam namun melimpahkan semuanya kepadamu. Gadis yang malang". Haechan berucap namun seperti mengejeknya.

Giselle masih terisak melihat keadaan ibunya. Namun sedetik kemudian ibunya berucap.

"Pergilah dengannya sell, agar hutang kita terlunaskan".

Giselle menganga tak percaya, bisa-biswnya ibunya menyerahkan dirinya kepada lelaki kejam itu.

"Apa yang ibu katakan? Tolong tarik ucapan ibu. Giselle tak mau menjadi jalangnya Bu. Giselle tidak mau!" Giselle makin terisak.

"Pergi lah! Ibu sudah tidak membutuhkanmu. Kau hanyalah anak pembawa sial!".

Sebenarnya krystal tidak tega mengucapkan kata- kata itu, namun ia harus seperti itu agar Giselle mau di bawa pergi dan hutangnya terbayarkan.

"Mengapa ibu tega kepadaku, apa salahku Bu?" Lirihnya.

Haechan yang jengah melihat drama di depannya itu, memberi perintah kepada orang-orangnya agar mengangkat Giselle dan membawa nya pergi.

Namun sebelum pergi meninggalkan rumah itu, Giselle meminta tawaran.

"Baiklah, aku akan mengikutimu. Namun aku kesana hanya menjadi pembantumu bukan jalangmu!"

Haechan cukup menimang-nimang perkataan gislle. Lalu kemudian mengangguk menyetujui.

"Kau tidak perlu membayar ku. Karena aku bekerja di sana untuk melunasi hutang ibuku".

"Ok ok terserah mu saja". Haechan menyeringai membuat Giselle kesal sampai ke ubun-ubun.

Tidak tau saja Giselle arti dari seringaian haechan. Bahwa kata-kata yang barusan ia ucapkan dan di setujui Haechan itu tidak akan berlaku jika mereka telah sampai di mantion nya Haechan. Karena segala sesuatu yang ada di sana hanya Haechanlah yang berhak melakukan dan menyetujui nya.

Kini mereka berada di mobil, ia tidak membawa barang apa-apa. Bahkan tadi ia ingin menggotong ibunya ke kamar saja tidak di biarkan oleh Haechan. Alhasil ia meninggalkan ibunya dalam keadaan yang masih mengenaskan.

Tidak ada percakapan di antara mereka. Haechan hanya fokus menyetir dan Giselle yang fikiran nya telah kemana-mana

_______

Mereka telah sampai di sebuah mantion. Dan begitu mereka masuk, mereka langsung di sambut oleh para maid di sana dengan baju lengkapnya.

"Antarkan dia ke kamarnya" Ucap Haechan datar kepada salah satu maid.

Maid itu langsung mengantarkan Giselle ke lantai atas "Kamar anda di sini nona" ucap sang maid dengan sangat sopan.

Apa-apaan itu, dia di panggil nona? bahkan penampilannya saja bisa di sebut seperti gembel.

"Jangan memanggilku seperti itu, karena aku kesini juga sebagai pembantu rumah ini" Giselle tersenyum kikuk.

"Maafkan kami nona, namun tuan muda menyuruh kami mengantar kan nona ke lantai ini, yang berarti nona orang penting bagi tuan muda" Maid itu berbicara dengan sedikit menunduk.

Giselle sedikit terkejut mendengar penuturan maid itu "Memangnya kamar kalian tidak berada di lantai ini?" tanyanya heran.

"Tidak nona, bahkan semua maid tinggal di belakang mantion ini. Kami akan bekerja mulai pagi hingga malam pukul delapan"

lagi-lagi ia terkejut, jadi setelah pukul delapan ia hanya akan berdua dengan Haechan di mantion besar ini.

"Baiklah nona, saya permisi dulu" Maid itu sedikit membungkuk lalu pergi meninggalkan Giselle.

Giselle tidak perduli kamarnya berada di mana. Toh dia kesini untuk bekerja.

Setelah membersihkan dirinya, Giselle terduduk di atas kasurnya. Hingga suara pintu berbunyi.

Cklekk....

Terlihat lah Haechan dengan penampilan santainya, baju oblong yang di padukan dengan jeans pendek selutut.

Haechan masuk ke kamar itu yang mana membuat Giselle kembali merasakan aura-aura yang tidak mengenakkan.

"Kenapa kau hanya duduk berdiam diri di sini? Bukan kah kau kesini untuk bekerja?" Haechan menatap Giselle sambil bersedekap dada.

"Aku baru selesai mandi tuan muda, setelah ini aku akan ke bawah untuk bekerja" Giselle yang duduk tadi kini berdiri sambil menunduk.

Ia sangat kesal dan membenci pemuda di depannya itu, namun apa yang bisa ia lakukan. Ia hanyalah seorang pembantu di mantion itu.

Haechan mendekat lalu mengangkat dagu Giselle.

"Heyy, Jangan terlalu takut seperti itu, aku tidak akan memakanmu kecuali di ranjang". Haechan mengelus pelan tengkuk Giselle dan itu berhasil membuat tubuh giselle meremang.

Giselle menatapnya tajam "Maaf tuan, saya di sini untuk bekerja bukan untuk memuaskan nafsu anda. Saya permisi" Giselle kemudian berlalu meninggalkan Haechan.

"Aah ini sangat menyenangkan. bagaimana bisa gadis itu tidak jatuh ke dalam pesonaku" Ucapnya sambil menyeringai.

"Namun lihatlah akan ku buat kau bertekuk lutut di depanku lalu mengangkang mendesahkan namaku" Imbuhnya.

tbc

see you next chap...