Semakin hari, sikap Haechan semakin berubah hingga membuat orang yang berada di mantion itu terheran-heran.
Dinginnya memang masih ada, namun aura kekejamannya seperti nya telah berkurang.
"sell, coba deh perhatiin, sekarang tuan muda ga sering marah-marah kan?" Giselle mengangguk menyetujui.
"Tuan muda kalo kaya gitu, tambah cakep aja. Jadi tambah demen akunya"
"Kamu suka sama dia?"
"Eh g_gak sell, cuma demen-demen liat kegantengan nya aja. Ga lebih. Lagian mana mau juga tuan muda sama aku yang kek gembel gini" Ucap Aurel sambil merhatiin dirinya.
"Perasaan ga ada yang tau rel, bisa aja suatu saat dia jatuh cinta sama kamu" Perkataan Giselle mampu membuat Aurel terkikik.
"Ga mungkin lah sell, aku ama tuan muda itu udah kayak langit dan bumi, jauh banget perbedaannya"
"Nggak ada yang ga mungkin rel, seperti yang aku bilang tadi prasaan ga ada yang tau" Giselle kembali merapikan piring-piring ke atas rak.
Aurel sedikit berpikir, mungkin kah keajaiban seperti itu akan datang menghampirinya? Kemudian ia tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya mencuci piring.
"sell, habis ini kamu buatin tuan muda susu terus bawakan ke kamarnya yah"
Luzi hanya mengangguk. Percuma juga jika dia memprotes, pasti jawaban Aurel akan sama seperti sebelum-sebelum nya 'kamu udah di tunjuk sell sama tuan muda. Aah sangat mengkesalkan pikir Giselle.
Tok
Tok
Tok
"Tuan, ini saya bawakan susu"
Masuk..
Giselle masuk dan mendapati Haechan yang sedang berkaca merapikan dasinya. Sepertinya ia akan berangkat ke kantor.
Giselle menaruh susu itu tepat seperti ketika ia menaruh kopi malam itu. Dan ketika ingin keluar haechan lebih dulu mencegat tangan nya.
"Kamu bisa pasang dasi?"
Giselle melotot mendengar pertanyaan Haechan. Bukankah dasinya sudah terpasang rapi tadi sewaktu Giselle akan menaruh susu ke atas meja. Kenapa sekarang malah jadi mencong begini?
Namun Giselle tak berani membantah, ia teringat akan kata-kata Aurel untuk tidak membangunkan iblis yang lagi tertidur pulas dalam diri Haechan.
Giselle kemudian mulai merapikan dasi Haechan dengan telaten. Sedangkan Haechan tak luput memandang Giselle dengan begitu intens.
"Sudah tuan" Giselle sedikit tersenyum melihat karyanya begitu rapi. Memang bakatnya dalam menyimpulkan dasi sejak SMP masih melekat dalam dirinya.
Mata mereka tak sengaja bertemu. Membuat Giselle jadi sedikit tersipu dan juga awkward.
"Maaf tuan saya permisi dulu" Giselle melangkahkan kakinya menuju pintu.
Ckl__
Pintu baru saja akan terbuka namun tertutup kembali karena Haechan mendorong nya.
"K_kenapa tuan?"
"Jangan panggil aku tuan lagi kalo kita hanya berdua"
"Tapi tu_"
Chup...
Haechan mencium bibir Giselle agar tak melanjutkan kata-kata nya.
"Sudah aku katakan jangan panggil aku tuan jika kita berdua. Panggil saja aku Haechan"
Kemudian Haechan pergi meminum susunya dan keluar terlebih dahulu meninggalkan gw Giselle yang masih terpaku di depan pintu.
"Astagaa...kenapa hatiku jadi deg-degan seperti ini" Monolog Haechan sambil memegang dadanya.
"Aku tidak boleh seperti ini, jangan sampai aku terjatuh ke dalam tipu muslihat iblis itu" imbuhnya kembali dan pergi dari kamar Haechan.
Sementara di dalam mobil, Haechan tersenyum penuh arti. Sepertinya ia telah menemukan cara untuk menaklukkan gadis pembangkang itu.
"Lihat saja Giselle, sampai mana kau mampu menolak pesona dan sentuhan-sentuhanku" ucapnya sambil mengeluarkan smirk andalannya.
____________
Cklekkkk
"Hai chan, pa kabar brader?" Ucap seorang pria yang tiba-tiba masuk tanpa permisi ke ruangan Haechan.
Haechan tak menanggapi, ia hanya memutar bola matanya malas.
"Ada apa lagi kali ini?"
"Santai lah, aku kesini hanya ingin mengajakmu ke club malam nanti. Si Aldi ngadain party"
"Ga bisa. Pekerjaan ku lagi menumpuk"
"Ayolah chan, Kamu akhir-akhir ini susah sekali buat di ajak keluar. Lagian di sana juga bakal ada Vina".
Haechan sedikit berpikir ketika mendengar nama vina.
"Siapa saja yang bakal datang?"
"Gang-gang SMA kita dulu. Si two J, Verrel, bomin, Filixs, Renjun, Vina, karina, aah banyak lah pokoknya"
"Karina datang juga?"
"Iya bapak Haechan, si bahenol juga dateng karena ada Jeno".
"Ck sialan".
Lucas tertawa mendengar Haechan yang mengumpat. Pasalnya Haechan menyukai Karina sejak SMA namun tak pernah berani menyatakan prasaannya hingga ia mendengar kabar Karina dekat dengan Jeno.
"Sudahlah chan lupakan Karina, lagi pula hubunganmu sama Vina kan masih baik-baik saja".
"Kata siapa? Aku sudah memutuskannya dua bulan yang lalu karena jalang itu menyelingkuhi ku".
"Ooh iya? dengan siapa dia berselingkuh?"
"Dengan si memble itu"
"Wow amazing" Lucas mengangak sambil bertepuk tangan tak percaya.
Haechan kembali memutar bola matanya.
"Sudahlah cas, mending kau pulang saja, aku tak akan ke datang ke party itu"
"C'mon broo. Heyy kau masih bisa balas dendam dengannya. Kau bayar saja seorang wanita cantik nanti untuk menemanimu datang ke party itu. Lalu kau bisa menunjukkan bahwa kau bisa move on dan bisa mendapatkan wanita yang lebih cantik dari vina. Bagaimana?" lucas tersenyum bangga dengan saran yang ia berikan kepada Haechan.
"Tidak akan! Kau pulang saja! Sebelum ku panggilkan kau security untuk menyeretmu keluar"
"Baiklah baiklah, kau ini kejam sekali sama sahabatmu sendiri" Lucas pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.
"Jangan lupa wanita cantik chan" Ucapnya sebelum berlari dari ruangan Haechan karena Haechan melemparinya dengan map yang ada di atas meja nya.
Haechan kembali memikirkan saran Lucas untuk balas dendam kepada Hyunjin yang telah merebut kekasihnya dan juga Vina yang telah berani menyelingkuhi nya.
"Haruskah aku menghubungi Nancy?
Aah aku terlalu malas dengan wanita manja itu, sangat merepotkan" Ia kembali berfikir dengan siapa yang akan ia bawa ke acara party itu.
"Haruskah Ryujin? aah wanita itupun tak bisa di ajak kompromi. Dia hanya akan membuatku malu saja"
"Giselle? aah iya Giselle. aku akan membawanya ke sana. Tapi bagaimana jika dia membangkangku, wanita itu sangat keras kepala." Haechan kembali memutar otaknya untuk mencari ide agar Giselle tidak menolak ajakannya.
"Yaah jika membangkang, aku akan mengancam membunuh ibu nya saja". Haechan smirk, bangga dengan ide yang muncul di otaknya.
_____________
Haechan pulang kantor sekitar pukul 09:00, jadi para maid telah pulang beristirahat, hanya ada beberapa pengawal yang berjaga-jaga di depan mantion.
Langsung saja ia masuk ke dalam kamarnya. Namun sebelum melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Ia memutar tubuhnya dan berjalan ke arah kamar Giselle.
Tanpa babibu ia langsung membuka pintu kamar Giselle.
Cklekk
"Aaaaaaaaaaa"
Giselle berteriak karena melihat Haechan masuk sedangkan diri nya hanya menggunakan handuk karena baru saja selesai mandi.
Haechan sedikit terkejut namun ia mengontrol air wajah nya agar tetap tenang.
"Bersiap-siaplah, kau akan ikut dengan ku pukul 10:00 nanti" Haechan kemudian berbalik dan meninggalkan Giselle yang telah menyelimuti dirinya menggunakan selimut tebal.
"Tapi tu_" belum sempat Giselle bmenanyakan kemana, Haechan telah lenyap di balik pintu.
"Sialan, membuatku tegang saja" Ucapnya setelah menutup pintu kamar Giselle.
"Dasar bajingan. Masuk kamar orang tanpa mengetuk dulu" Kesal Giselle dan membuka selimut dari tubuhnya
Sekarang ia bingung harus menggunakan pakaian yang mana. Haechan pun juga tak memberitahunya akan pergi ke mana. Baju yang ada di lemarinya tak ada satupun yang pantas ia gunakan untuk bepergian bersama tuannya.
Tok
Tok
Tok
"sell, ini aku Aurel"
Giselle membuka pintu dan menampilkan Aurel dengan sebuah box berwarna hitam bertuliskan Gucci.
"Ada apa rel?"
"Ini tadi tuan muda menyuruhku mengambil paket ini dari seorang designer dan memberikannya kepadamu"
"Paket apa?"
"Aku tidak tau, kau buka saja nanti" Aurel memberikan box itu kepada Giselle dan pamit untuk kembali ke rumahnya beristirahat.
Giselle kemudian membuka box itu dan menampilkan sebuah gaun berwarna hitam tak berlengan.
"Apa-apaan ini, dia menyuruhku untuk memakai pakaian seperti ini" ia berdecak sebal dan melemparkan pakaian itu ke atas ranjang.
"Giselle"
Terdengar suara Haechan memanggilnya.
"Aduh bagaimana ini, aku tidak mungkin memakai pakaian ini".
"Giselle!" Haechan sedikit mengeraskan panggilannya.
"I_iya tuan, sebantar lagi". Dengan terburu-buru Giselle mamakai baju dan keluar menghampiri Haechan.
"Kau mau mempermalukanku?" Ujar Haechan sambil menatapnya tajam seakan-akan ingin menguliti tubuhnya.
"Di mana gaun yang ku belikan, kenapa kau tak memakainya?"
"M_maaf tuan, g_gaunnya terlalu terbuka"
"Aku tak perduli! Sekarang kau ganti pakaian gembelmu itu dengan gaun yang ku belikan tadi, cepat!"
Giselle masih tak bergeming dari tempatnya.
"Kau tuli!"
"Memangnya kita mau kemana tuan, kenapa harus dengan gaun yang seperti itu?"
"Kau banyak tanya sekali. Kau ganti saja bajumu cepat, lalu kita akan pergi party".
"Party? Maaf tuan kalau begitu aku tak akan ikut"
Haechan smirk mendengar penolakan Giselle. ia sudah menduga kalau Giselle pasti akan menolaknya.
"Kau mau membantahku lagi?"
Tubuh Giselle mulai gemetar, ketakutan menyelimuti nya karena aura kekejaman Haechan yang sangat mengintimidasi.
"Ma_maaf kan aku, ta_tapi aku benar-benar tidak bisa memakai gaun itu"
"Kau mau memakainya sendiri atau aku yang akan memakaikanmu" Haechan mulai mendekat ke arah Giselle.
Giselle mundur dengan wajah yang menunduk. Ia tak sanggup melihat mata Haechan yang begitu berapi-api.
"Ooh baik lah jika itu maumu" kemudian Haechan mengeluarkan benda pipih dari saku celananya.
"Halo Jun, sekarang pergi ke rumah wanita tua itu lalu bunuh dia"
....
Giselle terlonjak kaget mendengar kata bunuh yang di ucapkan Haechan.
"Sekarang kau mau memakai gaun itu dan ikut denganku atau kau mau ibumu mati malam ini" ucap Haechan berbisik di telinga Giselle kemudian mengecupnya.
Mata nya terbelalak, jadi wanita tua yang di maksud tadi adalah ibunya.
Giselle menggeleng hebat, dan mulai menjatuhkan air bening ke pipinya.
"T_tuan jangan lakukan itu, aku mohon. Aku akan lakukan apapun yang kau inginkan" Giselle memagang tangan Haechan memohon.
"Ok ok aku takkan membunuh nya , asal kau memakai gaun itu dan ikut denganku"
Giselle mengangguk setuju dan secepat kilat pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.
Ia keluar dengan gaun yang telah terpasang rapi. Namun wajahnya masih berantakan.
"Kalian pulang saja, dia sudah menuruti keinginanku" Haechan mematikan hp nya lalu memperhatikan Giselle dari atas sampai bawah.
Haechan mulai mendekat dan memegang pipi Giselle, kemudian mengelap air mata yang masih berbekas di pipinya. Tangannya mulai turun ke leher dan berakhir di belahan dada Giselle yang tak tertutupi gaun . Membuat Giselle ingin menonjok nya namun ia begitu takut dan hanya pasrah melihat dirinya yang di lecehkan.
"Perfect, sekarang kita akan ke salon sebentar untuk merapikan wajahmu".