"aaakhh"
Giselle meringis ketika ia mencoba untuk bangun. Ia ingin pergi ke toilet namun tubuh nya masih begitu sakit hingga tak mampu untuk berjalan.
Cklekkk.....
Giselle sedikit memiringkan kepalanya, dan mendapati haechan sedang menutup pintu kembali.
Tubuhnya kembali menegang. Ia beringsut karena takut. Kejadian kemarin yang menimpanya itu rupakan menyimpan rasa trauma ke dalam dirinya.
"Kau takut?" Haechan berjalan ke arahnya kemudian mendudukkan dirinya di samping Giselle. Yang membuat Giselle kembali beringsut menjauh darinya.
"Tenang saja, jika kau tak membangkang aku takkan memukulimu". Giselle hanya menatapnya datar. Haechan tahu itu walau matanya bengkak, namun bola mata hitam nya masih terlihat.
"Mengapa kau bangun? Kau ingin kemana?"
Giselle menunjuk kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Ia masih tak mampu hanya untuk sekedar berbicara.
"Baiklah, sini ku antar".
Giselle membolakan matanya kemudian ia menggeleng.
"Kau banyak cakap sekali". Haechan kemudian mengangkat tubuhnya dengan sedikit paksaan.
Giselle sedikit memberontak, namun apa daya dengan keadaan yang sangat menyedihkan itu, membuatnya hanya memberontak seperti orang yang hanya menggeliat. Ia pasrah saja, karena ia juga takut jika sampai membuat jiwa iblis dalam tubuh haechan terbangun. Itu hal yang sangat berbahaya.
Haechan menurunkannya di dalam toilet. kemudian ia keluar dan menutup pintu.
Entah apa yang merasuki haechan hingga ia berbuat baik seperti ini. Ia memang sering Gonta ganti wanita, namun tak ada satupun di antara mereka yang ia perlakukan seperti ini, atau mungkin ini hanyalah sebuah rasa kasihan karena Giselle seperti itu karena ulah dirinya.
Haechan kemudian pergi dari kamar Giselle, ia menyuruh salah satu maid untuk membantu nya keluar dari toilet serta menyuruh nya untuk membantu mengobati Giselle.
"Sel, sebenarnya apa yang kamu lakukan hingga bisa di pukuli seperti ini". Aurel membuka percakapan sambil menaruh salep di bagian-bagian luka Giselle. Dan sesekali mengompres matanya agar bengkaknya bisa reda.
"Aku hanya sedikit melawannya..aakkh" Giselle kembali meringis karena pedih di bibirnya.
"Ku katakan sekali lagi, jangan lagi kau melawannya ok" maid itu sekali lagi menasehatinya agar Giselle selalu berhati-hati.
"Maafkan aku".
"Sudahlah, semuanya telah berlalu. Namun setelah ini jangan kau ulangi lagi. Ikuti saja apa yang ia perintahkan". Giselle hanya mengangguk menanggapi.
__________
Hari demi hari telah berganti. Giselle telah kembali melakukan aktivitas nya seperti biasa. Dan kali ini ia terlihat berbeda.
"Akhirnya kau memakainya juga sel"
"Rel, bagaimana ini, baju ini sangat membuatku tidak nyaman, apa tidak ada baju yang lainnya?". Ucapnya sambil menutupi bagian dada atasnya.
"Sebenarnya ada sel, namun bajunya memang khusus di buatkan untukmu. Tuan muda yang meminta".
"APA?!"
Giselle membolakan matanya, ia geleng-geleng kepala mendengar semua yang di lontarkan Aurel. Pantas saja bajunya terlihat sedikit berbeda dengan yang lainnya. Jika maid yang lainnya berwarna hitam putih, maka baju Giselle berwarna hitam ke kebiruan dengan ukuran yang sedikit kecil.
"Laki-laki mesum itu__"
"Sttt.. kau tidak boleh berkata sperti itu, jika ia mendengar nya kau bisa di siksa lagi" Aurel menaruh telunjuk di bibir Giselle kemudian membisikkan kata-kata peringatan itu.
Kemudian mereka kembali bekerja seperti semula. Giselle sudah pasrah saja dengan pakaian yang ia gunakan. Beruntung saja di dalam mantion itu hanya ada para maid. Sedangkan para bodyguard berjaga di luar mantion.
Terlihat haechan keluar dengan pakaian nya yang telah rapi. Sepertinya ia akan berangkat ke kantor. Namun sebelum keluar dari mantion ia telah mendudukkan bokong di meja makan, ia akan sarapan pagi hari ini.
"Giselle".
"I_iya tuan". Giselle sedikit berlari ke arah haechan.
"Temani aku makan!"
"T_tapi t_tuan"
"Apa? Kau mau membantah lagi!"
"T_tidak tuan"
"Duduklah!"
Akhirnya Giselle pun duduk menemani haechan makan. Sesekali haechan tak fokus ketika giselle mengambilkannya lauk pauk dan menaruhnya di piring, di karenakan baju yang ia pake mengekspos belahan dadanya dan juga hari ini giselle terlihat cantik dan tentunya sexy.
Menyadari arah tatapan tuannya, Giselle dengan cepat menutupi belahan dadanya. Dan itu berhasil membuat haechan menyeringai.
"Cih" Ucapnya sambil melahap makanannya.
Setelah selesai sarapan, haechan pergi meninggalkan mantion dengan beberapa bodyguard nya.
_________
"Bagaimana keadaan gadis itu Chan? Apa kau sudah memakainya?"
Haechan menoleh dan mendapati ayahnya menutup pintu ruangannya.
"Ada apa papah kesini?"
"Tidak ada, aku hanya ingin menanyakan kabar gadis itu. Apa kau sudah memakai nya?" Johny kembali melontarkan pertanyaan yang sama dengan sebuah senyuman yang susah untuk di jelaskan.
"Tidak"
Mendengar jawaban haechan membuat Johny terkekeh.
"Tumben sekali kau tidak membobol mangsamu, biasanya baru sehari kau bawa pasti ia sudah tidak perawan karena ulahmu"
"C'mon dad, aku ini sibuk dan juga dia itu__ beda dari gadis-gadis yang lain"
"Beda bagaimana maksudmu?"
"Yaa dia mempunyai harga diri yang tinggi, dia selalu saja membangkangku. Dan karena itulah kemarin aku memukulinya habis-habis an".
"Wow....amazing. apa dia mati?"
"Tentu saja tidak, aku hanya memberinya pelajaran agar tidak berani membangkang ku lagi".
"Saranku, jangan terlalu keras kepadanya. Bisa saja dia akan kabur darimu"
"Cih, papah memberiku nasehat sedangkan kau lupa bagaimana prilakumu dulu kepada mamah"
"Ayolah Chan, itu sudah berlalu jangan di ungkit2 lagi. Papah juga sekarang telah menyesal"
"Percuma juga papah menyesal sekarang. Memangnya jika kau menyesal sekarang bisa membangkitkan mamah dari kubur?" pertanyaan sarkas dengan tatapan tajam yang ia lontarkan kepada ayahnya.
"HAECHAN!!"
"Kenapa! Kau tidak suka?!"
"Terserah mu Chan, papah hanya memberimu nasehat. Jangan sampai kau benar jatuh cinta kepada gadis itu ketika ia telah pergi meninggalkanmu". Johnny bangun dari duduknya kemudian pergi meninggalkan Haechan yang masih menatapnya tajam.
"Cih, berani sekali menasehati ku di saat kelakuannya sendiri seperti binatang". Kemudian Haechan kembali berkutat dengan pekerjaannya.
________
Setelah berjam-jam di kantornya, Haechan pulang ke mantionnya. Dulu sebelum ada giselle Haechan jarang sekali pulang ke mantion. Setelah pulang kantor rutinitas nya adalah ke club, mabok-mabok an dan juga melepaskan nafsunya di sana. Namun entah mengapa semenjak ada Giselle ia selalu ingin pulang cepat dan menemui gadis itu.
Setelah para maid menyambutnya. Ia memberitahukan kepada Giselle agar nanti malam membawakan makanannya ke dalam kamar.
Dan di sinilah Giselle sekarang di dalam kamar Haechan dengan Haechan yang berada di ranjangnya sedang membaca sesuatu entah buku apa itu.
Ketika Giselle akan keluar, Haechan kembali memanggilnya.
"Mau kemana kau?"
"Saya akan keluar tuan"
"Sebentar lagi waktu bekerjamu akan berakhir, kau diam saja di sini temani aku makan".
"T_tapi tuan_"
Melihat Haechan yang menatapnya tajam membuat nyalinya menciut, terbayang-bayang ikat pinggang mengenai punggung nya membuatnya diam seketika.
"Baiklah tuan".
"Bawa makanan itu kesini dan suapi aku"
Giselle menurut dan membawa makanan itu ke hadapan Haechan. Namun Haechan menyuruhnya untuk duduk di samping nya. Dan lagi-lagi Giselle hanya bisa mengikuti semua perintah itu.
Setelah beberapa suapan, dengan mata Haechan yang tak pernah lepas dari Giselle dan sesekali matanya turun melihat belahan dada itu membuat Haechan sedikit memanas.
Di ambilnya nampan makanan itu dan menaruhnya di nakas. Kemudian kembali duduk di samping Giselle.
Ia meraih pinggang Giselle dan menaruh kepalanya di ceruk leher Giselle kemudian berbisik.
"Belahan dadamu membuatku tak tahan".
Giselle menegang, kemudian melepas kan tangan Haechan dari pinggang nya.
"M_maaf tuan saya harus pergi". Giselle berdiri kemudian membungkuk.
Namun belum sempat melangkahkan kakinya ia di tarik kembali oleh Haechan hingga ia terduduk di atas pangkuannya. Ia memberontak namun kekuatan Haechan lebih mendominasi. Hingga Haechan menarik nya dan mereka sama-sama tertidur dengan posisi Giselle yang berada di atas Haechan dan Giselle yang menaruh tangannya di atas dada Haechan agar tubuh nya tak terlalu menempel dengan tubuh Haechan.
"Tuan apa yang kau lakukan?". Giselle kini kembali menatap nya nyalang walau hati nya berdegup begitu kencang.
"Tetaplah begini, aku hanya ingin memelukmu"
"Tapi bukan dengan posisi seperti ini tu_".
"Sstttt... diamlah". Haechan menaruh telunjuknya di bibir giselle.
"Aku ingin merasakan tubuhmu" imbuh nya lagi dengan tangannya yang mulai meraba bagian belakang giselle.
Giselle memberontak hebat. Kesabaran telah habis, bisa-bisa nya tangan tuannya itu memegang bokongnya dengan seenak jidatnya
Ia mendorongnya hingga ia terlepas dari pelukan Haechan. Namun saat ia ingin melarikan diri. Haechan lebih dulu berdiri kemudian mengunci pintu kamarnya.
"Biarkan aku pergi bajingan, aku bukan jalangmu! Bukankah sudah ku katakan aku kesini bekerja! Bukan menjadi jalangmu!" Wajah Giselle begitu merah dengan amarah yang menggebu-gebu.
Giselle telah melupakan nasehat Aurel untuk tidak membantah perintah Haechan. Dan kini ia telah membangunkan lagi jiwa iblisnya.
Plakkkk....
"Aakkhh"
"Bukankah sudah ku katakan agar tidak membantahku". Desis Haechan sambil mendekatkan tubuhnya.
Giselle mundur hingga ia sampai di pinggir ranjang.
"Aku mohon tuan, jangan lakukan ini". Giselle memohon dengan tangannya yang menyatu.
Haechan terus saja mendekat hingga kemudian ia mencengkram bahu Giselle kemudian mendorongnya keras hingga Giselle terjatuh ke ranjang.
Pakaiannya begitu pendek hingga ketika haechan mendorongnya, roknya sedikit tersingkap dan menampilkan paha mulusnya.
Haechan kemudian mengukungnya.
"Aku mohon tuan" Giselle memohon dengan wajah yang telah mengeluarkan cairan bening.
Haechan tidak perduli, ia tetap mengukung gadis itu dengan nafsu yang berkilat-kilat. Di dekatkannya bibirnya ke bibir Giselle. Namun sebelum bersentuhan Giselle memalingkan wajahnya.
Haechan menyeringai.
"Eunggh". Lenguhan laknat keluar ketika Haechan dengan sengaja nya meremas sesuatu yang ada di tubuh Giselle hingga membuat sang empu nya melotot tak percaya.
Ia lagi-lagi memberontak mencoba mendorong bahu Haechan agar berhenti mengukungnya. Namun Haechan dengan cepat memegang kedua tangannya dan menyimpannya di samping kepalanya kemudian mencium bibir Giselle seperti orang yang kesetanan.
Haechan melepas tautannya ketika merasa giselle membutuhkan oksigen.
Dengan air mata yang berlinang, Giselle kembali memohon agar Haechan melepaskannya. Namun namanya saja Seo Haechan, ia tak akan dengan mudah melepaskan mangsanya jika belum mendapatkan apa yang ia inginkan.
Ia kembali menyatukan bibirnya dengan giselle hingga membuat bibir itu membengkak. Dan kini ia beralih ke leher jenjang giselle, ia menyesap dan sedikit menggigit nya hingga menimbulkan warna sedikit kebiruan.
Tangannya tak tinggal diam, yang semulanya memegang erat tangan giselle kini ia lepaskan satu kemudian mulai menurunkan sedikit baju giselle hingga menampakkan tubuh mulus Giselle . Sedangkan tangan giselle yang ia lepaskan sudah tak bisa berontak lagi karena sentuhan-sentuhan yang di berikan Haechan. Otot nya seakan melemah karena badannya yg mulai memanas.
Giselle pasrah dengan apa yang Haechan lakukan. Namun beruntungnya perlakuan Haechan hanya sampai di situ. Entah apa yang membuatnya berhenti dan tak melanjutkannya ke tahap yang lebih. Namun Giselle bersyukur Haechan tak sampai menghilangkan keperawanannya.
Setelah kejadian itupun Haechan langsung pergi meninggalkannya yang masih dengan keadaan seperti itu. Entah kemana ia pergi Giselle tak perduli.
"semoga saja dia tak kembali lagi" isaknya tanpa mengingat bahwa tempat yang ia tinggali adalah milik si pria mesum itu.