Chereads / cinta yang tak tentu arah / Chapter 5 - LOSER_5

Chapter 5 - LOSER_5

HAPPY READING.....

________________

Semenjak kejadian itu Haechan tak lagi menampakkan batang hidungnya di mantion itu, entah di mana ia menginap. Di apartemen? Di hotel? Aah tak perlu menghawatirkan orang kaya. Uangnya banyak, jadi ia bisa menginap di manapun ia mau.

Semua maid bekerja sesuai pekerjaannya masing-masing. Walau majikannya tak berada di mantion itu, namun semua pekerja harus tetap melakukan pekerjaan mereka sesuai yang telah di perintahkan.

"sell, tuan muda tidak pulang lagi?"

"Tidak"

"Dia kemana ya kira-kira? Sudah dua hari dia tidak pulang ke mantion ini____ dulu juga sering begitu sih". Sambungnya pelan namun masih bisa di dengar oleh Giselle.

"Memangnya dulu dia sering seperti itu?".

"Iya sell, dia bahkan pernah sebulan tidak pulang ke mantion ini. Dan yaah kami hanya seperti mengurus rumah kosong"

"Ooh" Giselle mengangguk anggukkan kepalanya sambil melanjutkan pekerjaannya mengelap table di depannya.

"Kamu tau ga sih sell kenapa tuan muda sekejam itu? Bahkan sama wanita pun bakal ia pukul habis-habisan kalau membangkang. Persis sepertimu tempo hari". Ucap Aurel tanpa menghentikan acara mengelapnya.

"Memangnya kenapa? Dia hanya seperti bajingan tengik yang tak berattitude".

"Ssstttt... Jangan bicara seperti itu, nanti ada yang mendengar kemudian melaporkanmu ke tuan muda. Bisa kena pukul lagi kamu".

Giselle hanya menghela nafas berat.

"Menurut cerita yang aku dapat, tuan muda bisa sekejam itu karena dulu ia sering melihat ayahnya membunuh orang-orang di sel bawah tanah".

Giselle melotot tak percaya. Sekejam itukah pak Jo hingga banyak membunuh orang dengan cara menyekap mereka di sel bawah tanah. Ia memang sering mendengar cerita jika orang yang bernama Johnny itu kejam namun ia hanya mengira jika kekejamannya hanya sekedar membuat orang babak belur tak sampai membunuh nya.

Gadis malang nan polos.

"Lalu ibunya tuan muda bunuh diri_"

"Karena dia melihat perbuatan pak Jo?" Potong Giselle

"Bukan sell. Tapi karena pak Jo selingkuh. Sering gonta ganti cewe gitu. Jadi istrinya ga betah, dan berakhir bunuh diri".  Aurel mengendikkan bahunya kemudian melanjutkan pekerjaannya mengelap piring.

"Pantes saja anaknya seperti itu".

"Tapi tuan muda ganteng sell" Aurel berucap sambil terkekeh.

"Ganteng doang tapi ga ada attitude. Percuma!"

Brakkk...

"Bawa tas itu ke kamarku" Haechan melempar tasnya ke atas meja makan.

Giselle dan Aurel menjengkit kaget. Dengan langkah terburu-buru Aurel  berdiri menyambut tuan mudanya dengan tangan silang di depan dan sedikit menunduk.  Luzi? Ia masih mematung di tempat ia berdiri tadi.

"sell sini" Aurel memanggil Giselle agar berdiri juga menyambut tuan mudanya.

Giselle langsung buru-buru mendekati Aurel. Namun beberapa langkah mendekat Haechan sudah pergi meninggalkan mereka berdua tanpa kata.

Aurel bernafas lega.

"Aaah hampir saja copot jantungku" ucap nya sambil mengelus dada.

"sell, kamu saja yah yang membawa tas itu ke kamar tuan muda"

Giselle menggeleng hebat

"Ga rel, Jangan aku. Pliss"

"Ga bisa sell, tuan muda sudah menunjukmu untuk selalu membawa barang-barangnya ke kamarnya"

Aurel mengambil tas tadi yang di lempar Haechan kemudian menyerahkannya kepada Giselle.

"Udah ya, kamu bawa saja. Kamu yang sopan aja ke sana. Yakin deh ga bakal di apa-apain kok. Percaya sama aku"

Giselle melemas, dan dengan langkah gontai membawa tas itu ke kamar Haechan.

Tok

Tok

Tok

"Tuan muda ini saya membawa tas anda"

Masuk..

Mendengar Harus menyuruhnya masuk, langsung saja Haechah membuka pintu dengan perlahan-lahan.

Tak ada orang yang ia lihat. Namun sedetik kemudian ia mendengar suara  senar yang di petik dengan melody yang indah.

Haechan berbalik dan melihat Haechan yang sedang bermain gitar di sofa. Kepala nya sedikit menunduk dengan mulut yang sedikit komat Kamit. Sepertinya ia lagi menyanyikan sebuah lagu namun suaranya begitu kecil hingga Giselle tidak mendengarnya.

"Tuan ini tas anda"

"Taruh saja di atas meja" Haechan berucap tanpa mengalihkan penglihatan nya dari gitar milik nya.

Giselle langsung menaruh tas itu di atas meja kemudian keluar, namun tak lupa ia pamit terlebih dahulu. Ia harus berattitude walau bagaimanapun Haechan tetaplah majikannya.

"Tuan saya keluar dulu" Giselle membungkuk.

Tak ada sahutan. Haechan masih tetap fokus kepada gitarnya dan sesekali bersenandung kecil.

Karena tak ada tanggapan, akhirnya Giselle keluar saja tanpa sepengetahuan Haechan. Ia merasa aneh melihat Haechan yang mengacuhkannya.

_______

Haechan keluar menuju meja makan tanpa sepatah katapun. Ia mendudukkan bokongnya kemudian menyantap makanan yang telah tersaji di hadapannya. Setelah makan pun Haechan hanya diam tanpa kata langsung menuju kamarnya.

Berhari-hari telah berlalu seperti itu. Pulang kantor Haechan hanya langsung masuk ke dalam kamar nya tanpa memperdulikan para pekerja di rumahnya tak terkecuali dengan Giselle.

"sell, sepertinya tuan muda lagi ada masalah"

"Entahlah aku tak perduli" Giselle membersihkan piring bekas Haechan makan tadi.

"sell, ini udah mau selesai jam kerja. Aku mau minta tolong sama kamu"

Giselle menoleh "Minta tolong apa?"

"Emm.. kamu bisa kan buatkan tuan muda kopi sebelum kamu tidur?"

"Kenapa tiba-tiba?"

"Itu sell, mungkin aja tuan bergadang"

"Ga bisa Rel, dia ga minta juga, Ngapain aku buatin. Ga ah, aku juga takut masuk ke kamar dia"

"Yaudah ga usah deh, kalo gitu aku ke belakang duluan. Jam kerja dah habis. Kamu baek-baek di sini, jangan buat iblisnya bangkit lagi" Giselle hanya tersenyum menanggapi.

Rumah kembali sepi, semua pekerja telah pulang beristirahat. Giselle pun ingin cepat ke kamarnya dan beristirahat.

Namun baru ingin menaiki tangga. Ia teringat akan kata-kata Aurel yang menyuruhnya membuat kopi untuk Haechan.

"Apa aku buatin aja?_" Ia bermonolog sambil menimang-nimang akan membuat kopi atau tidak.

"_ga usah deh, entar dia ngapa2in aku lagi kayak kemarin" sambungnya.

Baru naik tangga pertama, ia kembali lagi. Dan pada akhirnya ia membuat secangkir kopi untuk Haechan.

Tok

Tok

Tok

"Tuan ini saya bawakan kopi" Ucap Giselle hati-hati.

Cklekkk

Pintu terbuka dan menampilkan wajah Haechan yang terlihat lelah dengan balutan pakaian khas anak muda yaitu baju oblong dan celana pendek selutut.

"Taruh saja di atas meja" Haechan berbalik dan menaiki ranjangnya kembali.

Giselle hanya mengangguk kemudian menaruh kopi itu di atas meja.

"Saya permisi tuan" Giselle sedikit membungkuk.

Haechan lagi-lagi tak menghiraukannya. Ia hanya sibuk dengan buku di depannya.

Tanpa menunggu lagi , Giselle langsung saja meninggalkan Haechan.

"Dia kenapa tiba-tiba sedingin itu" ucap nya dalam hati.

"Eh tapi bukannya dia memang sedingin itu, dan...juga kejam.ishh" Giselle mengendikkan bahunya dan benar-benar meninggal kan kamar Haechan menuju kamar nya untuk beristirahat.

Setelah membersihkan dirinya, Giselle mulai merebahkan tubuhnya

"Aaah nyamannya".

Kemudian ia mulai memejamkan matanya, namun sekejap kemudian ia membukanya lagi.

"Kenapa susah sekali buat tidur. tolonglah mata biarkan aku beristirahat"

Ucapnya sambil menutup matanya menggunakan tangannya.

Namun usahanya hanya Sia-sia saja. Akhirnya ia hanya memandang langit-langit kamar nya.

"Bagaimana kamar ibu? Apa dia baik- baik saja?" Pikirannya tiba-tiba teringat kepada ibunya yang hidup seorang diri di rumah kumuh nya.

Uhuk

Uhuk

Giselle tiba-tiba saja terbatuk, dan mencari air di atas nakas namun airnya telah habis. Dan dengan langkah berat ia harus turun lagi ke dapur untuk mengambil air.

Gelap.

Perasaan tadi Giselle tak mematikan lampu. Mengapa tiba-tiba gelap begini.

Namun tak segelap pikiran kalian. Lampu di mantion Haechan gelap-gelap remang gitu karena ada lampu keorange gitu di dindingnya.

Setelah menuruni beberapa tangga, terlihat sebuah siluet seseorang yang sedang berdiri.

"Itu tuan muda apa maling yah" Giselle berucap dalam hatinya.

Giselle turun dengan perlahan-lahan, ia memegang gelas dengan begitu erat.

"Jika dia macam-macam, akan ku pukul kepalanya pakai gelas ini" Dengan kekuatan dan keberanian yang terkumpul akhirnya Giselle mulai mendekati siluet itu.

Semakin mendekat, siluet itu semakin membuat Giselle merinding.

"Sudah pasti ini maling, bentukannya saja seperti orang tak terurus"

Iya siluet itu memperlihatkan rambut kriwil berantakan.

Giselle semakin mendekat. Ketika ia akan menganyun gelas di tangannya, siluet itu tiba-tiba bergerak hingga membuat Giselle terkejut dan hampir terjatuh jika saja orang itu tak menahan pinggang nya.

"T_tuan, m_maafkan aku" Ucap Giselle terbata. Kakinya terasa begitu lemas, untung saja Haechan masih menahan pinggang nya.

Tak ada percakapan lagi di antara mereka. Haechan hanya memandang intens tepat ke dalam matanya. Sedangkan Giselle hanya mematung balik menatap Haechan.

Giselle merasa badannya semakin melengket saja ke Haechan. Perlahan namun pasti, pergerakan Haechan yang membawanya semakin dekat hingga....

Brakkk...

Haechan melepaskan tangannya dari pinggang Giselle hingga membuat wanita itu terjatuh karena tindakan Haechan yang tanpa aba-aba. Beruntung saja gelas yang berada di tangannya tidak pecah.

Haechan smirk kemudian meninggalkan Giselle yang meringis karena pantat nya yang menyentuh lantai sedikit keras.

"Dasar sinting" Ucapnya kemudian melanjutkan niatnya untuk mengambil air.

sedangkan si empu yang di katain sinting. hanya senyum-senyum penuh kemenangan.

TBC