Chapter 28 - Elf Pemburu, Latifa

"Flava, Gunakan Back Stab!" Aileen menegur Flava yang menggunakan teknik asal-asalan ketika bertarung. Sebagai Assassin, tentu saja ini adalah hal yang sangat berbahaya mengingat Assassin adalah pembunuh yang kebanyakan skillnya adalah membunuh lawan dari titik buta. Bukan seperti Warrior yang membunuh lawan dari depan ataupun belakang. "Baik, papa!" Flava mengunci leher Goblin dengan menggunakan kedua kakinya dan segera menusuk punggung Goblin itu, dengan memastikan kalau serangannya mengenai titik Vital-nya, Flava berhasil membunuh lawan dengan benar.

"Benar, kau harus melakukan itu ketika bertarung, jangan asal-asalan lagi." Ujarnya seraya menyentuh pucuk kepala Flava. "Baik, papa, Flava takkan ceroboh lagi!"

"Bagus." Aileen tersenyum dan berjalan melewati bangkai Goblin yang tak bergerak lagi itu. Di depan mereka sudah banyak monster lain menunggu, namun kebanyakan dari mereka malah bersembunyi ketakutan karena melihat serangan Aileen dan Flava yang serasi. Dengan begini mereka akan lebih mudah untuk menakhlukan Dungeon ini. "Bersiaplah, sebentar lagi kita akan bertemu dengan ujung dari titik A, seharusnya di sana ada makhluk yang menunggu." Aileen berjalan dengan tenang seraya menarik kedua pedang Assassinnya.

"Selamat datang di Pos kami, petualang." gerombolan pria keluar dari persembunyian mereka. Mereka adalah bandit yang bekerja sama dengan Iblis, dengan begitu, mereka tak ada bedanya dengan monster, harus dibasmi. "Dimana mereka?" Aileen menatap serius para pencuri itu. "Haha, Apa maksudmu, petualang? begini saja, serahkan gadis itu dan kau akan kami lepaskan."

"Oh, ternyata hanya sekumpulan om-om genit, baiklah, aku akan menyerahkannya, Flava, kamu bisa kan?" "Tentu, papa." Flava sepertinya mengerti alur permainan Aileen, ia berpura-pura menyerahkan diri denga menjatuhkan senjatanya dan berjalan perlahan. "He..he..he.." mereka sudah terlihat tak sabaran melihat kecantikan gadis kecil itu, tanpa mereka ketahui, orang yang menjadi korban sebenarnya bukanlah Aileen yang sedang berakting, melainkan mereka sendiri.

"Assassinate!" Dengan mengejutkan Flava langsung berpindah ke belakang mereka dan menusuk jantung mereka dari belakang. "Dua orang mati, bisa dipastikan, jantung mereka telah terluka, tersisa 6 orang pria mesum." Flava menatap orang yang tersisa. "Flava, biar aku yang menyelesaikannya, kamu tenangkan dirimu dulu." Aileen menarik pedangnya dan segera menerjang salah satu dari 6 pria tadi.

"Ini adalah kali pertamanya kami membunuh manusia, namun kalian sudah tidak dikategorikan manusia lagi." Ujarnya seraya menusuk kepala dari pria yang ia terjang. "Dan kamu pasti pemimpin mereka, bukan?" Aileen menatap tajam pria kekar dengan tubuh kekar. "Kau yang meminta mereka untuk menodai putri ku, tak bisa kumaafkan." Aileen berjalan perlahan menuju pria yang tersenyum angkuh itu. "Jangan sombong dulu, manusia." Pria itu tersenyum, tubuhnya mengeluarkan uap, perlahan kulitnya memerah dan tubuhnya semakin membesar.

Tanduk keluar dari kepalanya, "Ternyata kau bukanlah manusia, kalau begitu aku takkan segan untuk menghabisimu, Iblis cabul." Aileen masih kesal karena tadi para pria itu menatapi tubuh Flava. "Aku adalah High Ogre, kalian takkan bisa mengalahkanku!"

"Seharusnya kau yang tak boleh sombong dulu, Monster, kaau baru saja membuat seekor naga terbangun dari tidurnya." Aileen berjalan dengan aliran listrik yang kuat di tubuhnya. 'Elemental skill : Thunderstorm.' Aliran listrik itu ia salurkan ke pedangnya sehingga pedang itu mengeluarkan cahaya kuning pekat. "Skill : Rampage." Senyuman kecil terbentuk di bibirnya, namun senyuman itu harus menghilang beberapa detik kemudian karena tubuh Aileen lenyap dari tempat yang sebelumnya ia pijak, dengan kata lain, ia berpindah dengan kecepatan tinggi.

Namun sayangnya Ogre itu mengetahui dimana lokasi Aileen sehingga ia mengayunkan kepalan tangannya ke arah dimana Aileen berpindah, dan benar saja, tinju besarnya mengenai tubuh Aileen sehingga membuat Aileen terpental menabrak dinding. "Kuserahkan padamu... Flava.." Aileen tersenyum licik, tanpa sepengetahuan Ogre itu, Flava sudah berada di belakangnya dengan menggunakan Skill khas para assassin, skill yang bisa menyembunyikan keberadaan, dengan begitu Flava bisa dengan mudah membunuh Monster bejat itu. "Back Stab." Flava menusuk bagian pundaknya, disana terdapat organ vital yang rentan, jika ditusuk seperti ini, sudah pasti dia akan mati.

"Ghah?!" Kagetnya ketika sebuah pisau menembus kulitnya, "Percuma, kamu sekarang akan mati." Flava melompat dari tubuh itu, membiarkan tubuh itu terjatuh dan mati. "Kerja bagus, Flava." "Papa juga, sekarang, kita hanya perlu ke titik D."

***

"Skill Hunter Technique Seven : On Target." Selain itu, Latifa juga tengah bertarung di titik yang ditentukan, ia bertarung dengan monster mutasi. Dia adalah Beruang yang sudah berubah menjadi Iblis, di dunia ini, Manusia dan binatang bisa berubah menjadi iblis jika mereka tak bisa mengendalikan sihir kegelapan yang mereka milik, sehingga dengan begitu, pengguna sihir kegelapan memiliki kerentanan untuk berubah menjadi Iblis. Karenanya dulu Aileen memarahi Flava ketika ia menggunakan Skill terlarang, jika saja ia melakukan sedikit kesalahan, maka Flava akan berubah menjadi Iblis.

"Hunting technique Skill eight : Continuous arrow shot!" Latifa menembaki makhluk itu dengan busurnya beruntun, monster ini tak terlalu kuat, namun ia bisa melihat sebuah penjara di belakang monster itu. "Waktunya menyelesaikan ini semua." Latifa sudah melumpuhkan monster beruang tadi, sekarang giliran serangan penyelesaian, "Hunting technique Closing skill : Finishing arrow."\

SSTT!

Cleb

Panah itu menusuk otak dari monster Beruang tadi, tentu saja siapapun yang otaknya dirusak pasti akan mati. "Misi selesai, Aileen, Flava dan Lyve, semoga kalian tak menemukan bahaya." Latifa mendekati penjara tadi dan menghancurkan pintu dari penjara itu, "Keluarlah, kalian sudah aman." Ia tersenyum, mereka adalah budak yang bekerja untuknya, "Nona.. Latifa.." salah satu anak terlihat menangis seraya memeluk anak lainnya yang terlihat tak sehat.

"Astaga, kamu keluar dulu, aku akan menanganinya." Latifa segera menggendongnya, 'Dia demam tinggi, jika dibiarkan, nyawanya akan dalam bahaya.' Latifa segera membawanya pergi, namun sial sekali, ketika ia hendak melangkahkan kakinya, ternyata pasukan Goblin sudah menyergapnya duluan. "Cyne, tolong jaga dia, jangan pergi kemana-mana, mengerti?" Latifa menarik busurnya dan segera menembak Goblin itu. "Aku benar-benar membenci Goblin!" Kesalnya.

Kini Latifa menembakkan skill tanpa menggunakan rapalan, ia terus menerus menembakan anak panah tak terbatasnya pada pasukan Goblin yang entah darimana datangnya. 'Apakah mereka hanya ilusi?' batin Latifa.

Ia menghela nafas, menarik busurnya dan membidik langit-langit, 'Jika memang mereka hanyalah ilusi, itu berarti mereka akan menghilang dengan sihir cahaya.' Batinnya lagi. Dan benar saja, ketika Latifa menembakan sihir cahaya, para goblin itu langsung menghilang, menandakan kalau mereka hanyalah Ilusi. "Semuanya, kita harus segera keluar dari sini." Ujarnya, ia kembali menggendong anak yang tak sehat tadi dan meminta yang lainnya untuk berlari di depannya sehingga ia bisa menjaga mereka.

Bersambung