Flava terdiam, sosok Lich yang ternyata ayahnya itu kini sudah kembali ke alam baka. Namun kesedihannya sangat tinggi karena ia harus kembali melihat ayahnya dalam sosok monster yang menyedihkan. 'Hal menyedihkan seperti ini, mengapa harus terjadi, Flava, kamu kasihan sekali..' Aileen berbicara pada dirinya sendiri dalam hati kecilnya, ia memeluk erat Flava, "Jika kamu ingin menangis, menangislah, tak perlu ditahan.' Aileen membelai lembut Flava. "Apakah,.. apakah papa takkan meninggalkan Flava.. jika Flava cengeng seperti itu..?"
"Menangis adalah bagian dari kehidupan kita, aku takkan meninggalkanmu hanya karena hal seperti itu, Flava." 'Aileen, kamu benar-benar terlihat seperti seorang ayah.' dalam diam Lyvemon tersenyum menatapi momen mengharukan itu. Ia kagum pada Aileen yang bersikap layaknya seorang ayah kandung, meskipun sudah jelas, dia adalah ayah angkat Flava.
"Kita harus segera melanjutkan penyelidikan, aku yakin kalau bukan hanya Lich tadi yang berada di sini." Aileen berdiri, namun sepertinya kondisi Flava yang masih menangis kencang itu belum memadai, akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat dan makan siang di sini. "Aileen, kau merasakannya?" "Sedari awal, iya, kita masih diawasi, meski beristirahat, jangan lengah." Aileen memberikan peringatan pada 2 gadis yang duduk di sampingnya. Bukan duduk, tepatnya berbaring di pangkuannya. Mereka berdua tak mau kalah satu sama lain.
"Sip, istirahatnya selesai, kalian berdua, kita lanjutkan perjalanan." Aileen berjalan mendekati Rapier Orichalcum yang tergeletak, 'Mungkin aku bisa menempa ulang di Pandai besi dan membuat 2 buah pedang Assassin denga ini.' Batinnya. "Papa, ada yang mengintip, ikuti Flava!" Flava langsung berlari mengikuti sosok yang mengawasi mereka, ia berlari, diikuti oleh Aileen dan Lyvemon dari belakang, namun ketika berada di lorong yang memiliki banyak pintu, kejutan yang tak lucu malah terjadi. Sebuah bilah pedang yang tajam muncul dari bilah pedang itu, jika saja Aileen tak menarik Flava dan Lyve, mungkin mereka berdua sudah berakhir.
"Hebat sekali refleksmu, manusia." Sosok itu keluar, itu bukanlah monster biasa, dia adalah ras yang bermusuhan dengan ras lain, mereka selalu memendam kebencian terhadap ras yang memiliki wujud manusia, karena mereka memiliki darah iblis yang lebih banyak daripada darah manusia meskipun nenek moyang mereka adalah 2 ras yang berbeda, benar, ras ini adalah Lizardman, ras hasil pekawinan silang dari manusia dan iblis. "Mengapa ada lizardman di kerajaan manusia?" Aileen menarik pedangnya, "Manusia, jadilah santapan rasku yang kelaparan!" Dengan penuh kecerobohan, Lizardman itu langsung mencoba menebas Lyvemon.
CRAHS!!
Kedua mata Aileen terbelalak, darah mengotori wajahnya, namun.. "Eh.." Lyvemon masih berdiri, namun dengan wajah yang pucat, tubuhnya mengalami luka fatal. Ia berjalan pelan mendekati Aileen, namun ketika itu, ia tersungkur dan darah dari sosok suci itu mengalir, mengotori lantai. "LYVE!!! Skill : Assassinate!!!" Aileen menghabisi monster itu dengan sekali tebas, namun ia langsung berlari, mendekati Lyvemon yang sekarat, "KAk Lyve.." Flava mengambil Potion, menuangkannya pada bibir Lyvemon, ia masih bernafas, namun keadaannya sangat buruk.
"Serahkan dia padaku." Suara seorang wanita terdengar, suara itu sangat lembut. "Kamu.."
"Aku adalah ibu dari Lyvemon, permisi." Dia menyentuh dahi Lyvemon, "Jiwa putriku, jangan pergi seenaknya, kembalilah, misimu masih belum selesai." Luka di tubuh Lyvemon perlahan beregenerasi. Perlahan matanya terbuka, bibirnya yang pucat mulai sedikit terbuka, dengan suara yang pelan, ia berkata, "Ibunda.." Nadanya terdengar lirih, seolah-olah ia merasakan kesedihan, namun sebenarnya bukan kesedihan yang ia rasakan, namun kerinduan.
"Tugasku hanya sampai di sini, Aileen Ilustitae, tetap melangkah ke depan, dan hadapi dia." Dewi itu menghilang menjadi butiran cahaya. Aileen terdiam, siapa yang Dewi itu maksud? 'Dia?' Dia itu siapa? Aileen hanya bisa menyimpulkan kalau Dia adalah orang yang berbahaya sehingga ia harus terus menelusuri tempat ini. "Lyve, kau sudah bisa berjalan?" Aileen tak ingin belama-lama di tempat ini, di sini ada Lizardman, sepertinya tidak hanya 1. Kemungkinan besar, 'Dia' yang dimaksud dewi tadi adalah sosok Lizardman yang berbahaya, namun bisa saja makhluk lain.
"Ya, aku sudah baikan, kita harus segera melanjutkan perjalanan." Lyve berdiri, namun sayang, pakaian yang ia pakai sudah tak bisa dipakai lagi, 'Padahal ini adalah pakaian kesayanganku.' Batinnya. Ia segera mengganti pakaiannya di tempat. Tanpa mempedulikan Aileen yang langsung berbalik dengan wajah yang sudah merah bak kepiting rebus itu. "Kak Lyve polos itu ada batasannya juga." Flava menepuk dahinya sendiri, pada akhirnya Lyvemon kembali memakai pakaian lamanya, sebuah gaun putih dengan Handsock putih. "Kenapa? Apakah Aileen merasa tersipu melihat tubuhku~" Godanya.
"Ehm! Baik, Lyve, Flava, persiapkan diri kalian, jangan gegabah lagi, kita harus segera menyelesaikan urusan kita dengan tempat busuk ini."
"Baik/Oke."
Berjalan menyusuri lorong yang gelap nan sempit, ketika menemukan sebuah pintu, Aileen merasakan tekanan yang kuat dari dalam ruangan itu, sehingga mendorongnya untuk membuka pintu. "Sudah ku duga." Ruangan itu berbeda dengan ruangan yang lainnya, seolah-olah bagian dalam dari ruangan terpisah dengan mansion.
"Ruangan ini terbuat dari Adamantite. berlian yang bisa memantulkan sihir, aku merasakan tekanan yang kuat dari dalam sini, ikuti aku." Aileen mencabut pedangnya, "Selamat datang, tamu tak diundang."
"Yo, terimakasih atas sambutannya." Aileen menatap tajam sosok manusia dengan tubuh bagian bawah laba-laba raksasa. "M-makhluk apa itu?"
"Dia adalah Iblis, manusia setengah laba-laba, ras yang selalu dan selalu menjadikan manusia sebagai hidangan." Jelas Aileen, "Oh? Sepertinya aku tak perlu memperkenalkan diri lebih jauh, nah, kalau begitu, Jadilah santapan ku!!" makhluk itu menyemburkan sebuah cairan dari mulutnya, namun dengan sigap, mereka bertiga menghindari semua serangan itu.
"Aku sangat tertarik dengan manusia sepertimu, pemuda, bagaimana kalau kita berduel?" Laba-laba dengan tubuh bagian atas manusia itu berjalan turun dari langit-langit, "Boleh, namun ini adalah duel hidup dan mati, duel ini takkan berakhir sebelum salah satu dari kita mati, bagaimana?"
"Boleh juga nyalimu, manusia, baiklah, aku akan menerimanya, jika aku menang, aku akan menyantapmu dan mereka."
Mendengar itu Aileen hanya meludah dan menyiapkan kuda-kudanya, "Para gadis, mundur sedikit, akan ada sedikit ledakan di sini." Aileen memfokuskan energi listrik dan energi api di pedangnya. \
~Buku Harian Aileen~
Menjelajahi Mansion yang mengerikan ini bukanlah hal yang menyenangkan, aku hampir saja kehilangan Lyvemon karena kecerobohannya sendiri, namun beruntungnya ibu dari Lyvemon turun dan menyembuhkan luka fatalnya. Dewi itu berkata kalau aku harus menghadapi 'Dia'.
Dan ternyata benar, tebakanku tidak salah, 'Dia' adalah Iblis yang cukup tangguh, aku bisa merasakan tekanan energi sihir yang sangat kuat, bahkan jujur saja, aku sedikit ketakutan. Sepertinya dia adalah Iblis kelas bawah, namun kekuatannya cukup besar, iblis kelas bawah saja sudah memiliki kekuatan seperti ini, apalagi Raja Iblis nanti.
Bersambung