Chapter 34 - Serpihan Kenangan

"Aku sangat tertarik dengan manusia sepertimu, pemuda, bagaimana kalau kita berduel?" Laba-laba dengan tubuh bagian atas manusia itu berjalan turun dari langit-langit, "Boleh, namun ini adalah duel hidup dan mati, duel ini takkan berakhir sebelum salah satu dari kita mati, bagaimana?"

"Boleh juga nyalimu, manusia, baiklah, aku akan menerimanya, jika aku menang, aku akan menyantapmu dan mereka."

Mendengar itu Aileen hanya meludah dan menyiapkan kuda-kudanya, "Para gadis, mundur sedikit, akan ada sedikit ledakan di sini." Aileen memfokuskan energi listrik dan energi api di pedangnya. Ketika itu, sang Iblis hanya tersenyum, "Fuh." ia menghempaskan udara di sekitar dengan tiupannya, "Apa-?!" Kaget Aileen, bagaimana tidak kaget, hanya dengan hembusan pelan, api di pedangnya tiba-tiba padam, seolah-olah iblis itu sedang meniup sebuah lilin. "Bagaimana mungkin.."

Aileen sedikit merasa takut, namun ia baru ingat kalau ditempat ini sihir bisa memantul, sehingga sihir angin yang ditiupkan oleh Iblis itu memantul dan dapat memperbanyak molekul. Pada intinya, meskipun hembusan angin itu terasa kuat, namun sebenarnya lemah, namun ia menyembunyikan tekanan anginnya sehingga membuat Aileen berpikir kalau tiupan itu adalah tiupan yang berbahaya. "Jadi begitu, ya." Aileen tersenyum, ia kembali menggunakan kuda-kuda kuatnya, namun kali ini ia tak menggunakan elemental skill. "Jangan meremehkanku, Iblis." Aileen tersenyum dan berlari dengan kecepatan tinggi.

"Jangan senang dulu, manusia! Fwah!!" Iblis itu menyemburkan lagi cairan asam dari mulutnya, namun dengan sigap Aileen menghindarinya, "Itu menjijikkan, Iblis!" "Manusia Biadab!" Iblis itu mencabut 2 dari 6 kakinya, namun dengan cepat kaki yang terputus itu kembali tumbuh, kaki yang sudah terputus itu kini berubah menjadi bilah pedang. "HAA!!"

TRANG!

Iblis itu menahan serangan Aileen dan menghempaskan Aileen dengan kekuatannya, 'Tenaga yang luar biasa..' batin Aileen, namun ini bukan saatnya untuk kagum. Ketika terhempas, Aileen menggunakan tangan kanannya sebagai tumpuan dan melakukan roll belakang di udara, tak hanya sampai di sana, ketika melakukan Roll belakang, ia melemparkan pedangnya seperti sebuah Shuriken, "Storm Reaper!"

Kedua pedang itu terlempar dengan berputar seperti sebuah Shuriken yang dilemparkan, "Cih!"

TRANG

TRANG!

Namun dengan mudahnya Iblis itu menghempaskan kedua pedang Aileen, "MATILAH!!" Aileen tiba-tiba bertukar tempat dengan salah satu pedangnya, ia menangkap pedang yang lain dan menuruk leher dari Iblis itu, "Grah!!"

BRAK!!

Iblis itu membenturkan kepalanya pada kepala Aileen, lagi dan lagi, sampai membuat wajah Aileen dipenuhi darah dan terjatuh. "Aku sudah muak!" Iblis itu mengangkat tinggi kaki runcingnya, "GHAH!!" Darah keluar dari mulut Aileen, benda runcing menusuk punggungnya, 'Sial.. ini sakit sekali.. tapi.. Flava, Lyve..' Aileen terjatuh, Iblis itu berbicara, namun ia tak bisa mendengarnya, telinganya berdengung, nafasnya terasa panas dan sesak. Ia mulai merasakan dingin yang berlebihan, Ia yakin kalau sebelumnya ia tak pernah merasakan dingin yang seperti ini.

'Maafkan aku, Lyve, Flava, aku tak bisa melindungi kalian lagi, lindungilah diri kalian..' Aileen tak sadarkan diri.

***

'...'

"Ini.. sepertinya aku mengenal tempat ini.." Aileen membuka matanya, ia terbangun di sebuah padang rumput yang sejuk. "Kamu mengingatnya, Aileen?" Sosok itu menyerupai Dewi yang selalu berada di sisinya, "L.. Ly.." Ia ingin sekali menyebutkan nama Dewi itu, namun ia lupa, siapa dia. "Mengapa hal ini terjadi lagi.." Aileen menundukan kepalanya.

"Aileen, kamu mengingat tempat ini? Di sini adalah tempat pertama kali kita bertemu." Ujar Dewi itu, "Ah, aku mengingatnya, waktu itu aku terbangun dan langsung diserang Goblin, namun beruntungnya, beruntungnya Dewi datang menyelamatkanku." Aileen ingin menangis karena ia tak bisa mengingat nama Dewi yang selalu bersamanya.

"Lalu Aileen, kamu ingat, ini adalah rumah yang menyimpan banyak kenangan." Ia tiba-tiba berada di sebuah ruangan, rumah ini, Aileen benar benar merasakan kerinduan. "Ah, aku juga mengingat ini, Rumah ini adalah bukti kalau kamu pernah mencuri ciuman pertamaku."

"Lalu putrimu, kamu mengingatnya?"

"Ya, namun aku benar benar lupa siapa namanya, namun aku masih bisa mengingat wajah dan senyumannya." Aileen menggigit bibir bawahnya. "Aileen, bangunlah, tugasmu masih belum selesai, 2 gadis itu masih membutuhkanmu." Sosok Flava memudar, dan berganti menjadi sosok Asing dengan wajah yang rupawan. "S-siapa/'

"Aku adalah Dewi yang mengantarkan roh para manusia ke alam selanjutnya, namun, sebenarnya akmu masih belum ditakdirkan untuk mati sekarang, ingatlah nama keluarga kecilmu, jangan melupakannya, nah, selamatkan mereka dan tunjukan rasa cintamu pada mereka.."

***

"Aileen Ilustitae!" Ketika itu, kedua mata Aileen terbuka, ia berdiri dengan cepat dan melesat menendang tubuh dari Iblis laba laba itu. "Hey brengsek, Jangan mendekati keluargaku dengan wujud menjijikanmu itu." Kedua mata Aileen masih terutupi oleh Poni pirangnya. "Bagaimana bisa?! Seharusnya kau sudah mati!"

"Aileen.." Lyvemon terlihat seperti sudah menangis, begitupula Flava. "Ini adalah kekuatan cinta.." Aileen merentangkan tangan kanannya, pedang Assassinnya terbang mendekatinya dan berhenti di telapak tangannya, begitupula tangan kirinya, ia juga merentangkan tangan kirinya, dan membuat pedang lainnya terbang mendekatinya. "Jangan meremehkan manusia." Aileen berjalan, "Cih! Jangan sombong!"

Crash!

Iblis itu menusuk lengan kiri Aileen dengan kaki depannya sampai berlubang, namun Aileen tak merespon, ia hanya berdiri dengan senyuman aneh. "Hm, terimakasih karena sudah memakan umpan." Ujarnya pelan.

Aileen menghilang.

Namun ia berpindah ke belakang Iblis itu, menyimpan pedangnya di leher sang Iblis, "hanya iblis kelas bawah, jangan berharap untuk bisa mengalahkanku." Ujarnya dengan nada dingin.

"Terkutuk.. terkutuk kau manusi-"

CRASH!!

Aileen memenggal kepala iblis itu, sebelum maya Iblis itu Ambruk, Aileen langsung menendangnya hingga tersungkur. "PAPA!!/AILEEN!!"

'Ah, aku mengingatnya, mereka Lyvemon dan Flava, mana mungkin aku melupakan mereka berdua.' Aileen tersenyum dan membalas pelukan 2 gadis itu. "Jangan bilang ketika aku sekarat tadi kalian malah tertawa?" Canda Aileen seraya mencubit pipi Flava, "mana adwaaa..."

"Hm hm, Flava menangis histeris karena tak merasakan hawa kehadiranmu lagi, aku sudah menenangkannya, namun tangisannya malah seperti bayi."

"Jangan membalikan fakta! kak Lyve yang nangis seperti bayi!"

"M-mana ada!"

"Dari wajahnya saja sudah terlihat!"

'Aku beruntung karena menjadi orang yang terpilih.' Batin Aileen seraya tertawa ketika melihat itu.

~Buku Harian Aileen~

Hah, kukira aku akan mati tadi. Tapi aneh sekali, mengapa tadi aku tak bisa mengingat nama Lyve dan Flava seperti aku tak bisa mengingat nama orang-orang di dunia lama ku? Mungkinkah jika aku mati, maka ingatanku akan dihapus secara permanen? Ah aku tak mau harus kehilangan kenangan ini.. Sepertinya suatu saat nanti aku akan bertanya pada Lyve, apakah orang yang mati akan kehilangan ingatannya, atau akan tetap memiliki ingatan itu di alam baka?

BERSAMBUNG