Chapter 32 - Mansion Tua (Bagian 2)

"Papa! Tukar posisi!" Flava mulai kelelahan dan meminta bertukar posisi dengan Aileen, "Baik, Elemental Skill : Fire Bolt!" Dengan menggabungkan 3 Elemental, Aileen menciptakan sebuah api berbentuk baut besar yang melubangi tubuh sang monster. Aileen bertarung dengan penuh semangat menghadapi para Hell Hound itu, ia terus melancarkan serangan fisik dengan bantuan dari Flava dan Lyve, berbeda dengan Flava, Lyve lebih fokus memberikan dukungan sihir karena ia kurang mahir dalam serangan fisik. Dengan demikian, ia bisa memberikan perlindungan pada Aileen dari jarak jauh, seorang Support.

"Fyuh, ambil sisaan monster itu, kita bisa menjualnya nanti, lumayan untuk perbekalan." Aileen mengumpulkan sisaan dari para monster yang tubuhnya mulai terurai. Didalam tubuh monster, terdapat sebuah kristal hitam, yang mana itu adalah inti dari monster, jiwa mereka berada di sana, karena itu, jika jiwa mereka tak dihancurkan maka jiwa itu akan terus terlahir kembali. Namun sampai saat ini, umat manusia tak ada yang tau bagaimana cara menghancurkan jiwa tersebut, karena kristal yang menjadi wadah bagi jiwa itu memiliki ketahanan yang tinggi. Namun meski begitu, benda ini bisa dijual ke Guild karena bisa dijadikan objek eksperimental.

Ia tersenyum dan berjalan menuju sebuah bangunan raksasa nan megah namun tak terawat. "Jadi itu mansionnya ya, Aileen." Lyve merasakan hawa tak mengenakan dari dalam Mansion megah itu, namun tak ada pilihan lain selain menginvestigasinya, mereka sama sekali tak percaya dengan keberadaan hantu yang dirumorkan itu, sedikit pun tidak percaya, mereka hanya meyakini kalau itu adalah perbuatan manusia atau monster yang menetap di dalam sana.

Aileen masuk, membuka gerbang besi yang sudah berkarat, suara berdecit ketika pintu dibuka itu membuat suasana sedikit mengerikan. "Siapa itu?!"

Sting!

Trang!

Aileen melemparkan sebuah pisau ke jendela, ia merasa kalau mereka sedang di awasi oleh seseorang. "Papa?"

"Waspada, kita diawasi." Aileen berjalan dan mulai memasuki kawasan rumah, menendang pintu Mansion itu "Surprise you madefake!!" Ia berjalan, menatap seluruh mansion yang sudah sangat berantakan ini, dibandingkan Mansion, mungkin tempat ini lebih pantas untuk disebut kapal pecah. Mereka bertiga menjelajahi mansion ini sedikit demi sedikit. Meskipun sebenarnya Aileen tau kalau ia dan rekannya tengah diawasi dari suatu tempat, namun ia mencoba berpura-pura mengabaikannya, supaya tak ada keributan yang berlebih.

"Ada yang datang." Flava mulai menggunakan kekuatan instingnya yang kuat, ia menatap ke arah samping dan mencabut kedua pedangnya. "Benar-benar insting dari seekor monster, benar begitu, putri kecilku, Flava?"

"S-suara itu.." Flava terdiam, menunggu sosok yang keluar dari balik bayangan itu semakin mendekat, namun ia tak bisa melihat wajahnya karena tertutup topeng, "Sudah berapa tahun kita tak bertemu, Flava, aku benar-benar menyesal."

Flava berharap kalau sosok yang ia hadapi ini bukanlah sosok yang ia sayangi, namun suaranya, "Ayah.." Tangannya bergetar, pedangnya terjatuh karena tangannya tak kuasa lagi menahan beban. Ia berlutut, didepan Aileen dan Flava, "Flava, ikutlah bersama kami, Ibumu menunggu." Sosok itu mendekati Flava, namun ketika ia menaikan tangannya, Aileen langsung sadar kalau ini adalah jebakan, ia segera membawa Flava mundur. "Siapa kau, bocah?"

"Aileen Ilustitae, ayah angkat dari Flava." Jelas Aileen singkat, "Dia.." Lyvemon juga mulai sadar siapa yang ada dihadapan mereka, dia bukanlah manusia. "Ayah.., menjadi Lich.." Air mata Flava berjatuhan, tak kuasa menahan tangis atas kesedihannya. "Aku menjadi seperti ini karena dirimu, Flava, aku ingin menjemputmu."

"Tau diri! Sekarang kamu dan Flava sudah hidup di alam yang berbeda! Kembali lah ke alam baka!" Aileen merasa kesal, menjemput, apanya yang menjemput, monster itu hanya akan membunuh Flava dan membuatnya mati menyesal sehingga tubuhnya akan berubah menjadi Undead. 'Undead dan Lich memang sama sama mayat hidup, bedanya, Undead adalah mayat hidup yang kehilangan akal pikirannya dan Lich adalah mayat hidup yang masih bisa mempertahankan akal sehatnya, namun kebanyakan dari mereka sangatlah rakus akan ilmu atau apapun yang mereka sesalkan selama hidupnya.' Aileen kembali teringat akan catatan yang ditinggalkan oleh seseorang di bar.

"Aileen Ilustitae, putriku membutuhkan kasih sayang orang tua kandungnya, bukan orang tua gadungan sepertimu, matilah!"

"Aku tak tau siapa namamu, tapi, jika kau membunuh Flava, itu sama saja dengan melampiaskan penyesalanmu padanya! sadar diri! sekarang kau sudah mati dan jiwamu sudah ada di alam baka! Kau hanyalah boneka yang dikendalikan dengan sihir, namun karena tekad dari penyesalanmu itu, kamu tak kehilangan akalmu, tapi tetap saja, kamu sudah mati!" Aileen menarik kedua pedangnya. "Flava, aku akan mengistirahatkan ayahmu."

"Tolong.. lakukan, papa.." Flava hanya bisa bersembunyi dengan memeluk erat Lyvemon. "Akan kulakukan sebisaku."

"Dasar bodoh, melawanku sama saja dengan melawan ajalmu sendiri, diriku yang sekarang lebih kuat daripada diriku yang dulu!" Lich itu menarik pedang rapiernya, "I-itu-" Lyvemon terkejut, "Itu adalah pedang anti sihir yang terbuat dari logam langka, Orichalcum, Aileen, berhati-hatilah!"

"Dimengerti, Lyve, kau siapkan sihir suci unuk mengistirahatkannya." Aileen masih merasakan hawa kehadiran makhluk lain di sektiranya, bisa saja Lich ini hanyalah bidak untuk memancing Aileen dan yang lainnya, namun ketika memikirkan hal itu, Lich itu langsung menebas Aileen dengan pedang Orichalcumnya, membuatnya tersentak dan dengan refleks Aileen menangkis semua serangannya. '"Boleh juga kekuatanmu itu, Bocah."

"Terimakasih atas pujiannya! Skill : Phantom Slash!"

TRANG!"

"Teknik murahan seperti itu takkan bisa melukaiku, Bocah!" Sepertinya Lich itu berniat untuk menghina Aileen sehingga membuat Aileen patah semangat, namun bukannya patah semangat, Aileen malah tertawa keras sembari menendang mundur Lich itu. "Hei bodoh, kau itu Lich, tak ada Lich yang bodoh sepertimu.." Aileen masih berbicara dengan menahan tawa, "Sialan kau menghinaku!"

"Tentu saja bukan? mana mungkin tulang belulang seperti dirimu bisa terluka, HAHAHA!!"

"Keparaat!!!" Rencana Aileen berhasil, ia berhasil membuat Lich itu marah sehingga ia akan menyerang dengan asal, dengan begitu, ia dapat melihat celahnya. "Itu dia."\

Trang!

Aileen melihat celah, ia memotong pergelangan tangan Lich itu sehingga pedangnya juga ikut terjatuh. "Selamat tinggal, ayah kandungnya Flava, aku akan merawat putrimu dengan baik, aku berjanji." Aileen mengikat Lich itu dengan sihir. "Aku kalah, ya.." Dia terdiam, "Apakah ada kata kata terakhir?"

"Aku hanya ingin melihat putriku bahagia.. itu saja." Ujarnya. "Ayah.."

"Flava, hidup bahagialah di dunia ini, jangan bernasib seperti kami, aku menyerah, aku takkan membawamu ke alam baka, aku ingin Flava bahagia di dunia fana ini, nah, Dewi, lakukanlah." Lich itu terdiam, "Pelepasan.." Lyvemon memulai ritual pelepasannya.

Perlahan tulang belulang itu berubah menjadi debu, namun roh bercahaya muncul, "Ayah..." Sepertinya itu adalah wujud dari ayah Flava, "Selamat tinggal, Flava."

Sosok itu menghilang.

Bersambung