Chereads / Tanpa Sadar Aku Terlahir kembali Di Dunia Yang Berbeda / Chapter 27 - Misi Penyelamatan (Bagian 2: Dungeon Ilusi)

Chapter 27 - Misi Penyelamatan (Bagian 2: Dungeon Ilusi)

"Kita mulai." Aileen berdiri di hadapan Gua yang mereka tuju sebelumnya, Benar, setengah hari sudah mereka tempuh untuk sampai di tempat ini, sesuai perkiraan. Tangga dungeon mulai terbentuk, menandakan kalau misi mereka sudah memulai tantangan yang diberikan Raven. "Meski ini dungoen, namun mengapa aku masih bisa menggunakan sihir, Aileen?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Aileen hanya terdiam, ia juga tak mengerti, mengapa Lyve dapat menggunakan sihir di dalam Dungeon, seolah-olah pencipta Dungeon ini sudah menyalahi Aturan yang diberikan pencipta Terra. "Begitu." Singkatnya. Kehabisan kata-kata, Aileen mendahului Lyve dan Flava. Berbeda dengan Latifa, dengan sebuah busur di tangannya, ia berjalan di barisan belakang.

Latifa merasakan kejanggalan yang terjadi di Dungeon ini, mulai dari masalah sihir sampai tata letak yang tak jelas, berbeda dengan Dungeon yang biasanya. Biasanya Dungeon memiliki 1 ruangan dengan berbagai monster. Namun kali ini Dungeon ini memiliki pola yang aneh, tak ada jebakan sedikitpun seolah-olah didepan sana sudah ada sesuatu yang lebih berbahaya daripada Undead.

(Point Of View, 1 Tahun sebelum kejadian: Alam 12 Dewa Dewi)

Lyvemon terdiam, ia tak menyangka kalau Iblis Dipli memiliki kelebihan yang lebih tinggi daripada Dewa utama, meskipun ia sudah memiliki berkat Dewi yang tinggi, namun ia tetap saja hampir mati. "Jika aku tak datang menyelamatkanmu, mungkin nasibmu sudah sama dengan kakamu, Lyve." Sosok dewi bersurai pirang itu menatap tegas Lyvemon. "Maaf, Ibunda."

"Hah, seharusnya dirimu bersikap lebih dewasa, Lyve, sesuai dengan peraturan, mulai detik ini, kau harus angkat kaki dari alam dewi ini, pergilah berkelana ke dunia manusia." Dia adalah Dewi utama. Dalam diam Lyvemon merenungkan perbuatannya, meskipun tujuannya sama sekali tak salah, namun saat ini usianya baru 17 tahun. Kondisi seorang dewi yang baru berusia 17 tahun sangatlah lemah, kekuatannya tak jauh daripada kekuatan manusia biasa. "Baik, Ibunda, akan tetapi, Lyve menginginkan sesuatu sebelum Lyve pergi ke dunia manusia, anggap saja ini adalah permintaan terakhir Lyve."

"Permintaan terakhirmu?"

"Aku ingin Ibunda meminta Ayahanda untuk memanggil seorang pahlawan, pahlawan yang bisa membantu Lyve menghabisi Raja Iblis, dan Lyve ingin Pahlawan itu untuk diberikan kekuatan yang luar biasa." Lyvemon meminta pada Dewi utama, "Adakah orang yang ingin kamu ajak ke dunia manusia bersama mu?"

"Ada, ibunda, orang ini." Lyvemon menunjukan sebuah gambar, pemuda bersurai hitam dengan wajah suram, "Lyve ingin ibunda menghapus ingatannya mengenai nama pemuda itu." "Baiklah, dia akan kami panggil, sementara itu, ajarkan pemuda itu untuk menggunakan sihir, karena mau bagaimanapun, dia hanyalah manusia biasa yang tak tau apa-apa."

Setelah ia mengatakan itu, ia langsung memindahkan Lyvemon menuju Terra, dunia dimana Raja Iblis mulai menginvasi, meskipun sangat menyedihkan, Lyve terus mencoba untuk bersikap ceria, bahkan lebih ceria daripada ketika ia masih menjadi seorang dewi. "Baiklah, aku harus memberi nama yang bagus untuknya." Lyvemon menatap langit, ia bisa melihat cahaya yang menurunkan seorang pria dengan surai pirang. "Meskipun kematianmu adalah takdir, namun alasan sebenarnya dirimu mati, adalah karena aku memanggilmu, maafkan aku." Lyve berniat untuk bersembunyi, ia akan menemui pemuda itu dengan timing yang pas.

"Aileen Ilustitae."

Aileen yang berarti Cahaya matahari (Bahasa Skotlandia)

dan Ilustitae yang berarti Kebenaran (Bahasa Latin) jika diartikan, Aileen Ilustitae berarti Cahaya Mentari pembawa kebenaran. "Nama yang bagus."

****

"Aileen, aku merasakan firasat buruk tentang tempat ini." Tempat yang luas, mereka berempat terjebak. Tempat ini sama sekali berbeda dengan tempat yang ada dalam peta. 'Tak mungkin Raven menipuku.' Aileen menatap sekitar. Pintu utama tertutup, selanjutnya pintu lainnya terbuka, gerombolan Undead muncul berlarian mencoba menerjang mereka.

"Lyve! Sihir suci!"

"Baik! Animas excruciatas Domine. Ad interitum redi cum risu ut cum omnibus sis. Soul Purification." Lyvemon menyucikan jiwa-jiwa yang tak tenang itu. Darimana munculnya para undead sebanyak itu? 'Aileen, Ingat perkataanku, jangan lengah atau kau akan mendapatkan pemandangan aneh.'

"Jangan jangan.. Semuanya! Tutup mata kalian! ini hanya ilusi!" Aileen segera menutup matanya, merasakan tanah yang ia pijak, dan benar saja, ketika ia kembali membuka kedua matanya, ia sudah berada di tempat lain dengan ketiga rekannya yang terbaring karena terjebak dalam ilusi. "Flava." Aileen langsung teringat pada putrinya, untuk itu ia segera membangunkan Flava, namun Flava tak kunjung bangun, ia masih bernafas, namun di wajahnya ia terlihat tengah mendapatkan mimpi buruk.

'Air suci, benar!' Sihir yang digunakan untuk memanipulasi mereka adalah sihir gelap yang bisa dinetralkan dengan menggunakan air suci. Ia segera menuangkan air suci itu pada bibir Flava, namun ia tak menelannya. 'Tak ada pilihan lain, maafkan aku, putriku.' Aileen menuangkan air suci itu pada mulutnya sendiri, namun ia tak menelannya, melainkan ia malah menempelkan bibirnya pada bibir kecil Flava. Tentu saja dengan begitu akan memudahkan Flava untuk menelannya.

"Fhah... p-papa.." Flava terkejut, "Maafkan aku, Flava, namun aku tak bermaksud buruk sedikitpun padamu." Aileen membelai rambut Flava, "Tak apa, papa, lagipula Flava menyukainya."

'Sejak kapan pikiran Flava menjadi kotor?!'

Aileen beralih pada Lyvemon, berbeda dengan Flava, Lyve menelan air suci itu tanpa perlu diberi bantuan, begitupula dengan Latifa. Untungnya mereka sempat menolong, sepertinya ilusi itu menjebak mereka dalam ketakutan. Mereka mendapatkan ilusi yang berbeda-beda, Lyvemon yang mendapatkan Ilusi bertemu dengan Dipli dan sekarat karenanya di tempat ini, Latifa yang mendapatkan Ilusi bertemu dengan dark elf yang lain dan Flava mendapatkan Ilusi bertarung dengan Aileen yang berniat membunuhnya.

"Syukurlah.. sekar-" Aileen terkejut ketika ia memberi penerangan pada area gelap, disana banyak sekali tulang manusia yang berserakan, sepertinya monster itu sudah menjatuhkan banyak sekali korban jiwa ditempat ini. Tak bisa dibiarkan. "Cih." Umpatnya, rasa kesalnya tak bisa ia lampiaskan di tempat ini.

"Kita harus bergegas, segera menuju titik yang sudah di tentukan." Terdiam sejenak, Aileen tak bisa membiarkan Flava sendirian, sekuat apapun Flava, ia tetaplah seorang anak kecil. "Flava, maaf sekali, sepertinya kamu harus ikut denganku, sebagai gantinya, aku akan membantumu menginvestigasi titik A." Ujarnya. Semua terdiam, mengapa demikian. Semua pertanyaan itu langsung dijawab Aileen, ia berkata memiliki firasat buruk dengan Flava, sehingga ia tak bisa membiarkannya sendirian. Meskipun kekuatan fisik yang dimiliki Flava sudah menyetarai kekuatan fisik Aileen, namun masa depannya terancam jika ia seorang diri, sehingga Aileen dan Flava akan pergi ke titik yang sama.

"Flava akan menuruti apa yang diperintahkan papa." ujarnya, dia sudah bersikap seperti orang dewasa di usianya yang baru 7 tahun itu. "Bagus, semuanya, kita bergerak sekarang." Aileen dan Flava dengan cepat langsung bergerak menuju titik yang ditentukan. Pertama-tama, mereka akan pergi menuju titik A yang memiliki jarak hampir 1 Km dari lokasi mereka saat ini. Namun berkat kemampuan yang diberikan Dewa padanya, sekarang Aileen memiliki stamina yang tinggi sehingga ia tak perlu merasa khawatir merasa lelah.

Bersambung