Chereads / Tegarnya Si semata Wayang / Chapter 8 - Bab 7 Sebuah penjelasan

Chapter 8 - Bab 7 Sebuah penjelasan

Suasana di desa ini sangat dingin, sunyi dan aroma asap dari sisa pembakaran kayu warga warga yang sedang memasak sungguh sangat khas, menambah kesan mendalam asli dari pedesaan...

Adzan subuh berkumandang seraya ayam berkokok bersahut sahutan,, dyah dan ibu tia bangun bersamaan. Lekas berwudhu dan sholat subuh berjamaah..

"sepertinya ini adalah waktu yang tepat buat saya berbicara dengannya", bathin ibu tia sambil berdoa

lepas sholat dan berdoa, bu tia mencoba untuk membuka percakapan dengan dyah. Namun ibu bu tia juga masih ragu bagaimana harus memulai pertanyaan pertanyaan itu,agar dyah tidak merasa terganggu. Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya bu tia mencoba memberanikan diri untuk berbicara pada dyah.

"bismillah", bathin bu tia

"dyah", ucap bu tia

"iya bu", dyah menjawab

"sini dulu nak duduk di hadapan ibu,,, ada yang ingin ibu sampaikan kepadamu", sambung ibu tia

"oh iya bu,, sebentar", ucap dyah sambil melipat mukena yang telah dia pakai.

dyahpun mendekat perlahan, perasaan mulai takut namun dia mencoba memberanikan diri...

"ada apa bu?", tanya dyah

" mohon maaf sebelumnya nak,, ibu mau bertanya beberapa hal sama kamu tentang kedatanganmu jauh jauh kerumah ibu", ucap bu tia

Dicuaca yang sangat dingin ini,, tiba2 dyah mengeluarkan keringat yang mengucur deras,,, dia mulai grogi, takut dan tidak tau mau berkata apa..

"tidak apa nak,, bila dyah percaya sama ibu. ibu mohon dyah bisa bercerita apa sebenarnya yang terjadi", lanjut bu tia sedikit memaksa

Dengan menarik napas yang cukup panjang,, akhirnya dyah mulai menceritakan kejadian demi kejadian yang dia dan anak muda tersebut alami.. Ternyata pembicaraan itu cukup memakan waktu yang lumayan lama dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi..

"jadi apa yang ingin kamu lakukan nak?", tanya bu tia kepada dyah

"saya ingin pindah sekolah di tempat ini bersama adi bu", ucap dyah

"kami ingin ada suasana baru dalam hidup kami. kami ingin melanjutkan hidup tanpa ada rasa tertekan bu.. saya mohon bu,, bantu kami untuk pindah ke tempat ini", lanjut dyah memelas

"baiklah nak,, ibu akan mencoba membantu kalian,, semoga kalian bisa pindah ke sekolah ini soalnya kalian sudah kelas 3 SMA mungkin agak susah untuk pindah, tapi ibu akan mencoba sebisa ibu yah nak"

"iya bu", angguk dyah bahagia

"tapi izinkan ibu juga berbicara pada orang tua kalian yah sebagai tanda persetujuan agar kalian bisa bersekolah disini", lanjut bu tia mencoba meyakinkan dyah

"iya bu", lanjut dyah tanpa pikir panjang karena sudah kepalang bahagia mendengar pernyataan bu tia

"ya sudah nak, kamu mandi lalu siap2 untuk sarapan.. ibu mau ke dapur dulu buatkan kalian sarapan", ujar ibu tia

"sini saya bantu bu",lanjut dyah

"ah,, tidak perlu nak.. kamu mandi saja yah, ibu bisa sendiri kok.. jangan sampai kalo kamu bantu ibu,, nanti ibu ketagihan mau dibantu terus", terang ibu seraya tersenyum

"siap bu", jawab dyah

Bu tia pun lalu keluar dari kamar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan buat mereka dan juga dirinya. Dan dyah siap siap menuju kamar mandi..

"hei,, selamat pagi adi. Bagaimana tidurnya di desa?,, nyenyak?", tanya ibu tia melihat adi yang baru bangun

adi terlihat salah tingkah pada bu tia karena kedapatan bangun kesiangan

"heheh,,, nyenyak bu", jawab adi malu

"santai nak, tak perlu sungkan. biasa itu terjadi pada anak pria,, suka bangun kesiangan.. asal jangan saat sekolah bangunnya jam begini,, bisa telat kamu kesekolah" ucap ibu tia sambil tertawa

"hehehe,, siap bu", ujar adi malu

"ya sudah,, kamu mandi sana terus kita sarapan bersama yah", lanjut ibu tia

"iya bu", adipun segera berlalu menuju kamar mandi.

tak berselang lama, dyah keluar dari kamar menuju dapur untuk menemani ibu tia menyiapkan sarapan..

"ok, sudah siap semuanya. bantu ibu taruh di atas meja makan yah nak"

"iya bu", ucap dyah seraya mengambil piring dan lain-lain.

sarapan pagi yang nikmat menurut kedua anak muda ini.

tanpa mereka berpikir ada orang orang yang mengkhawatirkan dirinya.. mereka hanya menikmati hidup yang mereka jalani sekarang,,

4 hari berlalu sejak kepergian mereka dari rumah mereka masing masing.. Siang ini benar benar cuacanya sangat terik sekali. Dan dyah punya firasat yang kurang bagus buat mereka,, tapi dyah tidak tau itu apa.. Dyah hanya diam dan nampak gelisah, hanya saja dia tidak bisa menyampaikan apapun kepada siapapun tentang apa yang dia alami..

Dyah memang punya intuisi yg kuat,, hanya saja dia tidak bisa menganalisa kejadian demi kejadian yang akan terjadi.

Adzan maghrib mulai berkumandang,, dyah dan ibu tia bersiap siap untuk sholat maghrib berjamaah. banyak kegiatan ganjil yang nampak oleh mata dyah, perasaannya mulai tak nyaman dgn keadaan dirumah tersebut. tapi dyah hanya bisa diam dan memperhatikan.

lepas sholat, mereka langsung diajak makan. lalu setelah itu ibu tia sibuk untuk menelpon,, tapi entah siapa yang dia telepon. Dyah semakin tak nyaman,, firasatnya semakin kuat bahwa ada yang akan terjadi dalam waktu dekat ini... dia ingin pergi, tapi situasi sudah malam. dan dia tidak tau mau kemana mereka bila keluar pada saat hari mulai gelap.

Sambil makan malam,dyah memutuskan untuk tetap bertahan dirumah itu sampai esok pagi dan akan berencana untuk pergi. setelah makan malam, dyah mulai membantu bu tia membersihkan dapurnya. Lalu mereka bertiga duduk di ruang tengah sambil menonton televisi.. Dyah makin gelisah, entah kenapa tapi seakan memaksa tubuhnya keluar dari rumah itu. Dan benar saja,,, malam malam buta begini tiba tiba pintu diketuk. Dan ibu tia bergegas berlari menuju ruang tamu untuk membuka pintu. Daaannn taaadaaaaaa,, 2 orang pria datang tepat pukul 8 malam yang ternyata salah satu kakak adi dan juga tetangga dyah yang sudah orang tua dyah anggap seperti anak..

Dan terbuktilah kegelisahan dyah seharian ini,, ternyata ada yang akan datang dan menjemput pulang mereka berdua. Situasi mulai terlihat tegang kembali,, saat adi dipanggil oleh kakak dan tetangga dyah.. Lalu dyah hanya disuruh masuk ke dalam kamar.. Tak berselang beberapa lama,bu tia dan adi masuk ke dalam kamar menemui dyah. Lalu mencoba berdiskusi dengan dyah untuk segera pulang malam ini bersama ke dua pria tersebut..

Nampak dyah yang hanya bisa menangis di dalam kamar, mencoba bertahan agar tidak pulang.. Perasaan sudah bercampur aduk antara takut,,sedih, marah dan juga kecewa. Dyah tak mampu untuk berkata apa apa, dia hanya bisa menangis sejadi jadinya.