"Milhan Aralis Pranata!" panggil Zora kala Milhan baru saja kembali ke rumahnya. Tangan yang menyilang di dada serta tatapan mengintimidasi yang ditunjukkan Zora membuat Milhan hanya bisa menunduk dengan tubuh yang menegang.
Entakkan high heels terdengar semakin mendekat. Zora pun kini berada tepat di hadapan Milhan. "Dari mana saja kamu?" tanya wanita itu.
"A–aku, aku kan abis les, Mi," sahut Milhan gelagapan.
"Bohong!" bentak Zora membuat Milhan terlonjak kaget. "Tadi guru les kamu bilang, hari ini kamu gak dateng. Terus dari tadi kamu ke mana aja? Kamu sekarang udah berani ya, bohongin mami. Kamu mau jadi anak durhaka?"
Milhan menggeleng, butiran air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya. Dadanya terasa sakit seperti dihunjami beribu duri tak kasat mata.
"Enggak usah cengeng! Kamu bukan anak kecil lagi, Han. Tolong belajar untuk bersikap lebih dewasa! Di umur kamu yang sekarang ini udah bukan waktunya lagi buat kamu main-main perihal masa depan."