Rubi yang merasa sakit hati atas perbuatan Nyonya Anti hanya bisa terdiam di atas kasurnya. Meski Jaya ada di sampingnya, dia masih terus diam dan tidak berkata apa-apa. Bahkan, bukannya memeluk sang suami, Rubi lebih memilih untuk memeluk bantal yang ia gunakan untuk tidur. Tentunya Jaya merasa sedikit khawatir menyadari ini, tetapi dia memilih untuk diam saja dan membiarkan Rubi terlebih dahulu. Mungkin istrinya itu butuh waktu selama beberapa saat menenangkan dirinya, terlebih ketika sang ibu bersikap seperti itu, tidak heran bila Rubi bersikap bagaimana dia sekarang.
"Mau … makan malam?" Pertanyaan Jaya yang tiba-tiba membuat Rubi mendongakkan kepalanya, di matanya terlihat berbinar seperti penuh dengan harapan. Tetapi, dengan cepat cahaya di balik matanya itu menghilang. "Ada apa? Mengapa memasang ekspresi seperti itu? Kamu bisa katakan apa saja kepadaku, Rubi."