Tapi keadaan Rubi dan Jaya tidaklah membaik. Mereka justru semakin tidak pernah berbicara. Bahkan ketika Calisa datang pun bukan semakin membuat baik. Rubi juga tidak keberatan lagi jika Calisa datang dan dia mulai berbagi dengan Jaya dengannya. Sayangnya Jaya juga tidak menunjukkan ketertarikan dengan Calisa sehingga Calisa sudah uring-uringan sendiri. Sedangkan Rubi dia sudah mulai rela. Walau setiap kali Calisa mendekati suaminya dan dia harus menahan semua sakit karena kebencian suaminya tapi dia tetap saja tersenyum walau sebenarnya dia menangis darah di dalam hati.
"Calisa, mau ketemu mas Jaya ya?" Rubi menyapa calon madunya itu, sedangkan Calisa hanya tersenyum remeh. Melece lawan bicaranya.
"Tidak usah berpura-pura Rubi, apa yang sebenarnya kau rencanakan?" Calisa sudah bersedekap dada dan memandang Rubi dengan pandangan sedikit menunduk karena tinggi Rubi tidak setinggi dirinya. Calisa risih dengan keramahan Rubi.