Chereads / Terikat Tuan Ilmuwan / Chapter 12 - PENYELAMAT MALAM HARI

Chapter 12 - PENYELAMAT MALAM HARI

Hari sudah mulai malam, Skay dan anggotanya menyalakan api unggun. Udara dingin mampu menembus kulit mereka yang berbalut jaket, terdengar suara jangkrik juga katak. Suasana malam ini cukup membuat sebagai orang takut, sebab di sini agak jauh dari keberadaan Desa Komora.

Skay sendiri tak merasa takut, di sini ada sekitar 20 orang, jadi satu tenda diisi oleh 6 orang perempuan dan tenda satu lagi di isi 6 orang sisanya. Untuk yang laki-laki mereka bergantian berjaga di depan tenda perempuan, tenang saja mereka masih mendapatkan tempat tidur lipat. Agak menyeramkan jika tak ada yang berjaga di luar.

"Besok yang lain akan menyusul ke sini, kemungkinan besar kita akan memasang tenda lagi. Kita bagi tugas saja, ada saran dari kalian?" tanya Skay kepada mereka semua yang duduk melingkari api unggun.

"Dibagi dua kelompok saja, yang lain pergi ke desa dan yang lain menunggu kedatangan grup kita sambil masang tenda."

"Ide bagus, saya butuh 4 orang perempuan dan 5 orang laki-laki untuk menemani saya dan Yula datang kembali ke desa. Kalian pilih sendiri siapa yang ikut, jangan banyak-banyak takutnya warga keganggu," jelas Skay dan mereka semua mengangguk paham.

"Oh iya, nanti malam kalau yang laki-laki pada ngantuk semua bangunin saya atau Skay, kita bisa ikut jaga dia luar kok," ujar Yula.

Setelah di rasa pembicaraan ini cukup sampai di sini, Skay meminta semuanya untuk kembali ke tenda juga menyuruh sebagian dari laki-laki tidur lebih awal supaya nanti bisa jaga tengah malam. Kebetulan di setiap teda terdapat tempat tidur yang bentuknya seperti tandu namun agak tinggi.

Berjumlah sekitar 8 sampai 9 buah pertanda, lagi pula tempat tidur itu tak terlalu makan tempat karena bisa di lipat. Skay dan Yula satu tenda, kebetulan tempat tidur mereka bersebelahan. Yang lain sudah pada bersiap untuk tidur, namun entah mengapa Skay malah duduk di tepi kasur.

"Kenapa enggak tiduran?" tanya Yula.

"Aku enggak bisa tidur, tadi sempat minum kopi," balas Skay.

"Aku mau jalan-jalan cari angin," ujar Skay lalu beranjak dari posisinya. Ia menaruh kembali selimut tebalnya ke tempat semula.

"Mau aku temenin?" tawar Yula.

Skay menggeleng. "Kamu tidur aja," balasnya.

"Hati-hati, kalau ada apa-apa bunyiin peluit yang kamu bawa," peringat Yula.

Skay mengangguk, ia keluar dari dalam tenda. Sesampainya di luar ia pamit pergi kepada para laki-laki yang berjaga, setelahnya ia keluar dari area ini. Berbekal senter ia berjalan menyusuri jalanan yang masih terbuat dari tanah. Jalan menanjak, ia mengarahkan senter ke depan. Tak ada orang sama sekali.

Ia melihat hamparan tanah yang luas, di atas sana banyak sekali bintang. Lantas ia pun berjalan ke samping, mulutnya tak henti-hentinya berdecak kagum melihat pemandangan di atas. Sedangkan di bawah sana terlihat lampu-lampu yang berasal dari kota. Serasa ada di atas bukti sekarang, apalagi pemandangan dari segala arah sangat bagus.

"Indah banget," ujar Skay dengan air mata menetes. Saking terpananya, tanpa sadar ia berjalan ke depan.

"AAA!" teriak Skay saat ia tergelincir oleh tanah yang becek ini.

***

Sementara Kenzo berkeliling area markasnya bersama dengan Vito, hari sudah mulai larut malam namun dirinya tak merasakan dingin sama sekali. Hanya dengan memakai kaos lengan pendek ia berjalan santai melihat keadaan sekitar. Angin yang berembus tak membuat ia menggigil.

Malahan Vito lah yang kedinginan sedari tadi, padahal dia memakai jaket tebak. Di daerah pegunungan di sini cuacanya memang tak menentu, Dark Wolfe sendiri sedang mengembangkan alat yang bisa mendeteksi cuaca di Desa Komora ini.

"Mau ke mana?" teriak Vito lalu menyusul Kenzo yang sudah berjalan menjauh.

"Ke bawah," jawab Kenzo.

"Tungguin," ujar Vito. Lantas ia berdiri di depan Kenzo menghalangi jalan laki-laki itu.

"Ini sudah malam, lebih baik kita kembali ke markas," saran Vito.

"1 jam lagi saya akan kembali," jawab Kenzo.

"Yaudahlah terserah, aku akan kembali ke markas. Jika ada apa-apa aktifkan penanda di jam tanganku," ujar Vito lalu pergi dari hadapan Kenzo tanpa menunggu jawaban dari laki-laki itu.

Kenzo berjalan menjauh dari sini, ia turun ke jalanan yang berlumpur atau mungkin di bawah lumpur ini bukan aspal? Entah mengapa ia berhenti, tubuhnya menghadap ke samping. Di bawah sana terdapat hamparan tanah yang luas namun sayangnya gelap dan hanya ada penyinaran dari cahaya bulan saja.

Tunggu, dirinya melihat ada seorang di sana. Matanya berkedip guna memastikan, dan benar saja jika ada orang di sana. Dan dia terpeleset ke bawah, entah dorongan dari mana ia berlari turun. Sesampainya di bawah ia melihat orang itu berpegangan kepada batu, di bawa sana jurang.

"Tolong."

Kenzo tetap diam, ia menatap seorang perempuan yang kesusahan untuk naik. Apalagi batunya terkena lumpur, sampai akhirnya ia mengulurkan tangan dan membantunya. Orang itu berhasil ia angkat walau akibatnya ia jatuh dan asal kalian tau jika perempuan itu berada di atas tubuhnya sekarang.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ...," tangis perempuan itu.

Perempuan itu menangis dengan tubuh tetap berada di atas Kenzo, sedangkan Kenzo sendiri tetap diam membiarkan dia menangis di dada bidangnya.

"Diem!"  ujar Kenzo dengan nada dingin.

"Terima kasih udah nolong aku hiks hiks aku enggak tau lagi kalau enggak ada kamu."

Sepertinya Kenzo pernah mendengar suara ini, bukankah ini suara Skay? Ya ia tak mungkin salah lagi. Dengan seger ia bangkit dari posisi itu sehingga tubuh Skay jatuh mengenai tanah yang basah itu. Kenzo membersihkan bajunya yang kotor, sedangkan Skay bangkit.

Skay melihat Kenzo dengan mulut terbuka lebar, ia tak menyangka yang menolong dirinya ialah Kenzo. Mana ia menangis lagi, mau di taruh mana mukanya. Sampai pada akhirnya ia berlari sekuat tenaga keluar dari hamparan tanah yang luas ini. Namun Kenzo tak kehabisan akal, ia mengangkat kartu tanda pengenal milik Skay.

"Berhenti atau saya buang kartu tak berguna ini," ujar Kenzo dengan suara lantang.

Skay berhenti dan berbalik badan, ia berlari kembali mengambil kartu namanya. "Berikan kartun itu!" ujar Skay dengan wajah memerah menahan amarah.

"Urusan kita masih belum selesai," tekan Kenzo.

"Kita tak saling mengenal," balas Skay.

"Baiklah, Skay Alulasya Rofanka, saya tandai namamu mulai dari sekarang!" peringat Kenzo lalu pergi meninggalkan Skay.

Di tempatnya Skay mencak-mencak tak jelas, kartu namanya di bawa oleh Kenzo dan ia tak bisa mengambilnya. Namun ia tak hilang akal, dirinya menarik nafas dalam-dalam dan....

"LAKI-LAKI GILA! LIHAT AJA LO GUE TANDAIN WAJAH SONGONG LO!" teriak Skay dengan mengerahkan seluruh kekuatannya tanpa menggunakan kata saya lagi. Ia benar-benar marah dengan pria itu!