Bab 13
Akhirnya acara pengajian pun selesai.
Keesokan malamnya adalah acara malam bainai. Bagi orang minang acara ini selalu ada, untuk melengkapi acara pernikahan. Arti bainai adalah memberikan warna pemerah di jari kuku dan tangan. Aku punya teman yang mahir melukis di atas tangan dan kuku. Habis Isya, acara malam bainai pun di gelar hingga dua jam lama nya. Sungguh indah lukisan tangan ini, aku cukup puas dengan hasilnya. Sementara Mas Harry di rumah nya, melakukan hal yang sama dengan ku. Kami saling video call, menunjukkan hasil lukisan tangan yang sangat indah.
*******
Keesokan harinya, adalah hari yang paling di tunggu oleh kedua keluarga besar kami. Acara akad nikah akan di mulai pukul sembilan pagi, selanjutnya di gelar pesta resepsi hingga sore hari. Aku dan keluarga sudah lebih dahulu sampai di gedung pesta yang kami booking. Sedangkan Mas Harry, sejak tadi belum ada kabarnya. Aku coba hubungi nomor hapenya, tapi terdengar lagi sibuk. Lalu aku kirim pesan, juga tak di balas. Aku coba hubungi sekali lagi, kok malah tidak aktif. Hatiku mulai cemas, takut terjadi sesuatu hal yang tak di inginkan. Aduh gimna ini, keringat mulai membasahi baju pengantin yang serba putih.
Mama mendekati dan menyentuh bahuku, mencoba untuk menenangkan hati yang mulai tak tenang.
"Mey ... coba hubungi sekali lagi, siapa tau di angkat!" bisik nya lirih ke telingaku.
"Iya Ma ... bismilah," ucapku sambil menekan nomor hape Mas Harry.
Panggilan telfon pun tersambung, terdengar suara dari sebrang sana. Ternyata mobil Mas Harry mengalami ban bocor, hingga harus berhenti dan mengganti ban terlebih dahulu. Lokasi mereka sudah tak jauh dari gedung pesta ini. Lima belas menit kemudian, iring-iringan pengantin pria pun memasuki halaman gedung.
"Alhamdulillah," ucapku lirih sambil mengelus dada.
Pembawa acara pun, mempersilahkan kedua mempelai pengantin, untuk duduk di kursi yang telah di sediakan. Demikian juga dengan kedua orangtua kami, mereka duduk sambil mengapit di sisi kanan dan kirinya. Para saksi dari kedua mempelai pun telah hadir di depan kami. Akan tetapi penghulu yang di tunggu, belum juga tiba di lokasi pesta. Aku celingukan sambil menoleh ke belakang. Terlihat Mas Harry mengeluarkan hapenya, dan menelfon seseorang.
Tak lama, terdengar suara dari sebrang telfon, seperti suara wanita yang berbicara. Ternyata yang angkat telfon itu, istrinya pak penghulu. Hapenya ketinggalan di rumah, beliau sudah berangkat dari satu jam yang lalu. Penghulu itu di jemput oleh seseorang dengan menggunakan mobil. Itu penjelasan dari istrinya. Aku dan Mas Harry saling berpandangan. Memang asisten Mas Harry di tugaskan untuk menjemput ke alamat pak penghulu itu.
*******
Lalu Mas Harry menghubungi asistennya, terdengar suara sedang sibuk dari sebrang sana. Hatiku mulai cemas lagi, mungkin terjebak macet, pikirku. Ya Allah ... lancarkan dan mudah kan lah acara pernikahan hamba ini, doaku di hati. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan, tetapi penghulu tak juga tiba.
Derrt ... derrt ... derrtt
Ada telfon masuk ke hape Mas Harry, gegas ia mengeluarkan dari saku celana. Ternyata asistennya yang menelfon. Ia barusan terlibat perkelahian dengan seseorang yang mengendarai sepeda motor. Sepertinya ada yang sengaja menghalangi laju mobil untuk membawa penghulu ke acara pesta kami. Ada dua sepeda motor, pengendaranya saling berboncengan dua orang.
Mereka berusaha untuk membawa paksa pak penghulu, keluar dari dalam mobil. Untungnya asisten Mas Harry dan penghulu ini, bisa menghadapi mereka, dengan cara berkelahi satu lawan satu.
"Astaghfirullah ... aku jadi berpikiran kemana-mana. Tetapi tak boleh suuzon, biar Allah yang maha tahu, yang membalas semua perbuatan jahat mereka."
Tak lama terdengar suara mobil memasuki halaman gedung. Asisten Mas Harry dan pak penghulu keluar dari dalam mobil, dengan wajah yang sedikit lecet. Keluarga yang hadir pun berhamburan keluar, melihat kondisi mereka. Mas Harry tertegun mendengar semua penjelasan asistennya. Karena sudah terlambat setengah jam, maka keluarga yang berdiri di luar gedung pun, di persilakan masuk kembali.
Setelah meminum air putih dan menenangkan diri, pak penghulu pun mulai membacakan bismillah dan mengucapkan salam kepada semua keluarga yang hadir. Beliau kemudian memohon maaf atas keterlambatannya.
Semua yang hadir memakluminya, yang penting bisa sampai dengan selamat.
*******
"Kepada mempelai wanita, saya ingin bertanya. Apakah ada paksaan atau tidak terhadapmu, untuk melaksanakan pernikahan ini?"
Perlahan aku menggelengkan kepala, sambil menjawab "tidak ada, pak penghulu."
"Kalau begitu baik lah, mari kita mulai acara akad nikah ini," ucap beliau.
Kemudian pembawa acara membacakan tertib acaranya. Setelah pembukaan dari pak penghulu, sebelum memulai ijab kabul, aku di persilakan untuk membacakan ayat suci Al-Qur'an. Sesuai permintaan Mama, yang ingin mendengarkan aku mengaji di acara pernikahan ini.
Lantunan ayat suci Al-Qur'an, berhasil merubah suasana menjadi lebih syahdu. Semua keluarga terharu mendengarkan suaraku. Supaya terhindar dari godaan setan, saat mengucapkan ijab kabul nanti, begitulah nasihat Mama padaku.
"Bismilahirrohmanirrohim"
"Saudara Harry Irawan, saya nikah kan dan kawin kan, anak kandungku yang bernama Meysa Andini dengan engkau. Dengan mas kawin seperangkat alat salat dan sebuah kalung dan gelang emas berhiaskan berlian seberat lima puluh gram di bayar, tuuunaii."
"Saya terima nikah dan kawinnya Meysa Andini binti Gunawan, dengan mahar tersebut, tuuunaiii."
"Bagaimana para saksi, saaahhh?"
"Sahhhhh," semua yang hadir serempak mengucapkan kalimat itu.
"Alhamdulillah ... tabarokallah. Sekarang kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri ya." ucap penghulu.
Mas Harry pun memasang kan cincin kawin di jari manis ku. Aku juga menyelipkan cincin ke jarinya. Kemudian penghulu membacakan doa penutup. Lalu kami pun, masing-masing membacakan isi buku nikah, dan mendengarkan penjelasannya in, lalu menanda tangani buku nikah tersebut.
*******
Setelah ijab kabul selesai, di lanjutkan acara sungkeman kepada orangtua dan kedua keluarga besar kami. Sungguh terharu hati ini, saat mencium dan memeluk mereka. Banyak nasihat yang ku dapat. Dengan linangan airmata, aku merasakan kebahagiaan yang terpancar dari mata kedua orangtuaku. Lampu kamera pun, tak hentinya menangkap semua moment bahagia ini. Seperti pernikahan selebgram saja deh.
Giliran sesi foto untuk kami berdua, aku mencium tangan Mas Harry. Lalu ia menyambut dengan mencium kening ku. Terasa hangat di kedua mata ini, untuk yang pertama kali, ia mencium ku. Wajah dan pipi pun bersemu merah. Sang fotografer memberikan arahan, berpose dengan berbagai gaya, bak raja dan ratu sehari. Nah ... sekarang giliran foto bersama orangtua kami, kemudian di lanjutkan foto bersama keluarga besar.
Selesai acara sungkeman dan sesi foto, kemudian di lanjutkan acara makan bersama keluarga besar. Hidangan yang tersaji pun sungguh nikmat. Mertuaku mendatangkan katering makanan yang terkenal di kota kami. Pantesan, Mas Harry makannya lahap sekali. Hidangan yang tersaji sungguh lezat rasanya.
"Makan yang banyak, Sayang! Biar kuat menghadapi kenyataan. Hari ini kita hendak jadi raja dan ratu sehari loo," ledek Mas Harry, sambil menyuapkan nasi ke mulutku.
"Aihh ... bisa gak muat baju pengantin ini, kalau makannya, porsi jumbo Mas Sayang," ucapku sambil berbisik manja di telinganya.
Sedang menikmati makan bersama, terdengar suara ribut-ribut dari halaman gedung. Mas Harry mengambil hape, lalu menelfon asistennya yang ikut bertugas sebagai penerima tamu undangan. Terlihat Mas Harry mengerutkan dahinya, mendengar penjelasan dari telfon tersebut.
Bersambung ....