Bab 5.
Terlihat dari kejauhan sosok lelaki yang ku tunggu dari tadi. Ia sudah duduk di sebelah adikku. Lengkaplah sudah kebahagian ku hari ini. Tanpa sengaja kami saling bertatapan. Mas Harry seakan kagum melihatku memakai topi toga dan berhias tampil beda dari biasanya.
"Ehhm ..." adikku Kiki memberi isyarat.
"Se-selamat ya Mey, cita-citamu sudah tercapai menjadi sarjana." sahut Mas Harry sambil menyerahkan buket bunga ke tanganku.
"Terima kasih ya Mas. Sudah bisa hadir meluangkan waktu untukku."
"Pekerjaan kantor Mas, sudah di handel oleh asisten pribadi, jadi hari ini waktunya untuk acara kamu dan keluarga," jelas Mas Harry tanpa ku tanya.
"Om, Tante ... selamat ya!" ucap Mas Harry sambil mencium punggung tangan orangtuaku.
Dan itu Farah, duduk di barisan paling belakang, di dampingi oleh kakaknya. Namanya tadi di sebut paling akhir karena terlambat datang.
Langsung saja aku hampiri dia, lalu bersalaman dengan kakaknya.
"Far, kenapa baru kelihatan? Hapemu juga gak aktif?"
"Maaf hapeku lowbat, lupa ngecas. Papaku masuk rumah sakit, aku ikut jaga tadi malam. Terus bangun kesiangan deh, mana mau ke salon lagi, untung udah janjian sama yang punya salon," jelasnya panjang lebar.
"Oh seperti itu, semoga papamu lekas sembuh ya Far."
"Setelah selesai wisuda ini, apa rencanamu?" tanyaku lagi.
"Bekerja di kantor papaku. Oh iya, ada lowongan bagian admin, itu cocok buat mu Mey. Besok pagi antar saja surat lamaran ke kantor ya!
Nanti ku chat alamatnya," Farah menyarankan.
"Oke, aku duluan ya Far, sudah di tunggu keluarga ini," pamitku.
Selesai acara wisuda, dilanjutkan dengan foto bersama keluarga. Mas Harry mengajak untuk foto berdua. Aku merasa canggung, sumpah ini seperti mimpi. Di saat wisuda di kelilingi dengan orang yang ku sayang.
Duhh ... kok aku deg-degan ya, bila bertemu dengannya. Apa telah muncul rasa suka dan sayangku ke dia? tanya batinku.
Sesi foto selesai ...
Kami pun di ajak Mas Harry makan siang bersama di resto.
Lumayan lah di kasi tumpangan menaiki mobil Mas Harry yang full ac.
Mana cuaca di luar terik sekali karena musim kemarau. Untung ada calon suami ini.
*********
Sesampainya di resto, telah disediakan tempat khusus untuk kami sekeluarga.
Rupanya Mas Harry sudah membooking tempat duduk ini, tiga hari sebelum acara wisudaku. Ohhh ... bener-bener surprise untuk kami sekeluarga. Berbagai menu tersedia di meja ini. Aku saling berpandangan ke Papa dan Mama. Seakan mengerti isi pikiran kami. Mas Harry mempersilakan kami untuk menyantap hidangan yang ada di meja. Terasa suasana siang ini penuh kehangatan dan kekeluargaan.
Selesai makan, kita berbincang-bincang ringan. Orangtua Mas Harry sebenarnya ingin hadir di acara wisudaku, tetapi ada pesta keluarga di luar kota. Tiba-tiba Papa membuka suara, dan berkata ke Mas Harry,
"Nak Harry, terima kasih atas bantuannya kemarin ya, karena usaha om lagi sulit, menurun terus omzetnya,"
Jelas Papa dengan wajah murung.
"Iya sama-sama, saya ikhlas dan tulus koq membantu keluarga Om dan Tante. Sebentar lagi kita kan jadi keluarga besar," sahut Mas Harry sambil melirik ke arahku dan Kiki.
Papa mendapat tranferan dari Mas Harry seminggu sebelum wisudaku.
Aku bingung saat itu, tabungan yang ku punya tidak cukup untuk biaya wisuda.
Entah memang rezeky dari Allah,
Mas Harry menelpon Papa menanyakan rencana wisuda ku, jadi di gelar atau di undur karena ketiadaan biaya.
Cerita lah Papa tentang masalah sebenarnya. Dan Mas Harry pun mentransfer sejumlah uang untuk biaya itu, sekalian untuk menambahkan modal untuk usaha Papa.
Alhamdulillah nya lagi, besok aku akan melamar pekerjaan di perusahaan sahabatku. Langsung saja ku sampaikan kabar bahagia ini. Sambil mengucap syukur tak henti-hentinya, kami pun saling berpelukan.
Mereka bangga dan terharu padaku hingga meneteskan airmata.
"Ya sudah, selesai makan kita jalan-jalan yuk!" ajak Mas Harry mencairkan suasana.
"Ke pantai dong Mas," pinta Kiki bersemangat.
"Bagaimana dengan kerjaaan Mas di kantor," tanyaku lagi.
"Kan sudah di handle, Saya sudah khususkan hari ini, waktunya untuk kamu dan keluarga," ia menjelaskan.
Kalau Papa dan Mama setuju saja, yang penting melihat aku bahagia mereka sudah senang. Bisa membuka hati untuk Mas Harry, itu yang mereka inginkan.
********
Menempuh jarak selama dua jam, akhirnya sampai juga di tepi pantai.
Mobil memasuki pelataran parkir.
Kami pun keluar dari mobil secara beriringan. Kemudian memilih tempat duduk yang menghadap ke pantai. Udara terasa sejuk ....
Semilir angin berhembus, meniup pohon kelapa yang tumbuh tinggi, bergoyang kesana kemari. Deburan ombak saling berkejaran.
Menambah suasana romantis bagi insan yang sedang di landa asmara.
Kami memesan beberapa cemilan dan
Lima gelas air kelapa muda. Melihat pemandangan luas ini, hati terasa lapang dan tenang. Belakangan ini aku dan Mas Harry makin sering bertemu. Layaknya baru pacaran, perhatiannya selalu di beri penuh untukku. Aku makin kagum padanya.
Seperti hari ini, ia mengorbankan waktu seharian, tanpa rasa lelah ia menyetir mobil sampai ke tempat ini. Nikmati sajalah semua ini, mengalir seperti adanya, batinku.
Sementara ini aku fokus dulu untuk bekerja, biar tidak sia-sia ijazah yang ku punya. Karena sudah besar sekali pengorbanan orangtua untukku.
********
Pagi ini terasa begitu hangat. Matahari mulai tampak bersinar malu-malu di ufuk timur. Kicauan burung saling bersahutan. Sisa embun tadi malam masih kelihatan menempel di daun.
Dan hari ini adalah hari yang paling aku tunggu selama empat tahun.
Karena pagi ini akan di gelar acara wisuda di kampusku. Acara akan di hadiri oleh kedua orangtua dan Kiki adikku. Sebagai tamu undangan, kami harus berpakaian rapi. Papa dan Kiki memakai seragam batik di padu dengan celana bahan warna hitam. Mama dan aku memakai seragam kebaya di padu dengan rok batik. Berhias ke salon dengan make up yang natural. Yang penting harus tampil beda lah.
*******
Dengan menumpangi taksi online, kami pun berangkat menuju gedung serba guna yang terletak di sebelah kampus.
Derrrt ... Derrrt.
Hapeku bergetar. Aku raih tas untuk mengambil hape. kelihatan tulisan Mas Harry memanggil.
["Assalamualaikum Mas, Lagi dimana?"]
["Waalaikumsalam Mey, Mas masih di kantor nih, jam berapa acara wisudanya di mulai?"]
[Jam sembilan, Mas."]
[Oh begitu, bentar lagi Mas menyusul kesana ya."]
[Iya Mas."]
Sambil mengucapkan salam hape pun ku matikan.
Sesampainya di gedung wisuda, tamu undangan sudah mulai ramai.
Ku antarkan orangtua dan adikku di barisan kursi yang khusus di sediakan untuk keluarga. Kemudian aku bergabung di barisan peserta wisuda. Ku cari Farah sahabatku, kenapa belum kelihatan ya. Dari kemaren pun tidak ada ku dengar kabarnya. Aku coba menghubungi nomor hapenya, tapi tidak ada jawaban.
Acara pembukaan wisuda akan segera di mulai. Para undangan di persilakan berdiri, untuk menyanyikan lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya. Selesai menyanyikan lagu tersebut, para undangan di persilakan duduk kembali. Di lanjutkan dengan kata sambutan oleh Rektor,Dekan,Dosen dan perwakilan mahasiswa.
Setelah menunggu dua jam, sampailah ke acara puncak. Ini yang paling di tunggu oleh semua mahasiswa.
Acara memakai kan selempang dan menyematkan tali toga.
Ku lirik ke kursi tamu, orangtua dan adikku masih terlihat duduk dengan tenang, sambil sesekali menyunggingkan senyum ke arah ku.
Gedung ini terasa nyaman karena di lengkapi dengan suhu pendingin ruangan.
Satu persatu nama mahasiswa di panggil ke depan beserta orangtua untuk mendampingi anaknya.
Aku buka hape, belum ada telepon atau chat dari Mas Harry. Mungkin masih sibuk, karena masih pagi tidak bisa meninggalkan pekerjaan, pikirku.
Seperti merasa ada yang hilang bila tak melihat dan mendengar suaranya.
Tibalah nomor urut dan namaku di panggil ....
"Meysa Andini beserta orangtua di persilakan dengan segala hormat untuk maju ke podium."
Aku langsung berjalan menuju podium, dan orangtuaku mengikuti dari belakang. Terlihat wajah bahagia terpancar di mata Papa dan Mama. Sedangkan adikku Kiki duduk menunggu di kursi tamu undangan. Setelah penyematan tali toga, kami pun di persilakan duduk kembali.
Bersambung ....