Chereads / The Chapter / Chapter 2 - Sunny (part 2)

Chapter 2 - Sunny (part 2)

"ahh… kepala ku pusing sekali" Gumam ku sambil memukul pelan kepala ku.

Setelah tidur yang panjang siang tadi aku akhirnya terbangun karena tiba-tiba perut ku terasa sangat lapar.

" ini mbak pesanannya" ucap pramusaji sambil meletakan makanan ku di atas meja.

Ya. Sesaat setelah bangun aku langsung pergi menuju tempat makan yang menyajikan menu makanan ala Korea yang tak jauh dari tempat tinggal ku. Aku hanya melontarkan senyum tipis kepada pramusaji itu, karena aku sudah tidak sabar menyantap makanan yang ada di depan ku. Memang benar kata orang makanan akan terasa begitu nikmat ketika kau memakannya dalam keadaan sangat lapar. Tak perlu waktu lama aku segera menyantap makanan yang ada didepan ku. Tak sampai 10 menit aku hampir menghabiskan semua makanan yang aku pesan.

"oo ma gosh" ucap ku dalam hati karena semua makanan ini terasa begitu lezat.

Aku diam sejenak sambil mengunyah makanan yang ada di mulut ku. Ku perhatikan sekeliling restoran ini. Tempatnya memang tidak begitu luas namun cukup nyaman untuk orang yang suka makan sendirian seperti ku. Desain interior ruangannya pun tak begitu mencolok hingga membuat mata sakit, hanya diisi beberapa ornament seperti lukisan dan tanaman-tanaman hias kecil setiap pojok ruangan. Di luar jendela ku perhatikan banyak sekali orang yang lalu-lalang untuk mencari makan malam.

Tepat sekali ini memang sudah malam. Ku rogoh tas ku untuk mengambil handphone. Tidak untuk ku mainkan tapi hanya untuk mengecek pukul berapa sekarang. Jam di handphone ku menunjukkan pukul 8 malam. Setelah selesai mengecek jam, langsung ku matikan kembali handphone ku dan lanjut menyelesaikan makan ku yang tidak tersisa banyak lagi.

"kling…kling…kling" suara pintu restoran itu terbuka.

Aku langsung menoleh kearah pintu, karena jujur saja suara pintu itu cukup mengejutkan. Dengan keadaan mulut yang masih terisi penuh makanan. Ku perhatikan lekat-lekat pelanggan yang baru saja masuk. Sosoknya seperti orang yang ku kenal. Aku mengosok-gosok mata ku mencoba untuk menyakini bahwa itu bukanlah sosok yang aku kenal. Pelanggan yang baru saja datang menoleh ke arah ku. Sontak aku terkejut dan hampir tersedak.

"holly sh**t" tanpa sadar ku ucapkan kalimat itu.

Benar sekali pelanggan itu adalah Pak Ryu. Butuh waktu lama untuk ku mengenalinya karena penampilannya tak sama seperti saat berada di kampus. Dengan kaos putih yang di balut cardigan berwarna crème panjang dan celana oversize berbahan katun begitu pas dan cocok membalut tubuhnya yang kurus ditambah dia mengenakan kacamata dengan frame bulat begitu sempurna dan menyatu dengan wajah kecilnya. Boyfriend material adalah kalimat yang paling pas untuk menggambarkan sosok Pak Ryu yang sekarang, bahkan dengan penampilannya yang sekarang tak akan ada yang mengira bahwa dia adalah dosen yang sangat menyebalkan.

Teringat betapa menyebalkannya sosok dosen yang satu ini aku langsung terbangun dari lamunan ku. Terlalu asik dengan pikiran ku sendiri tanpa ku sadari bahwa Pak Ryu sudah berada tepat didepan ku. Bahkan sangat dekat terlalu dekat sampai aku bisa mendengar napasnya. Tanpa pikir panjang ku alihkan pandangan ku menjauh dari muka dosen menyebalkan ini.

Aku bahkan tidak menyuruhnya duduk namun dengan inisiatifnya sendiri dosen ini menarik bangku yang ada didepan ku dan langsung duduk. Bahkan sepertinya dia lupa bahwa siang tadi kami bertengkar di depan kelas.

Dia hanya duduk dan tidak berbicara apa-apa. Aku pun tetap melanjutkan makan ku. Lima menit dosen ini duduk bagaikan boneka hidup sambil terus melihat ku menghabiskan makanan ku. para pelanggan yang baru saja datang terus memperhatikan kami berdua bahkan para pelayan pun ikut memperhatikan kami. Aku tidak suka suasana seperti ini. Sudah ku duga dosen ini hanya membawa masalah dalam hidupku. Dengan buru-buru ku selesaikan makanan ku. Begitu selesai aku langsung berdiri menuju kasir dan meninggalkan dosen itu sendirian. Makan malam yang harusnya begitu nikmat berubah menjadi makan malam paling buruk yang pernah aku alami.

Setelah selesai membayar aku langsung menuju pintu keluar. Bahkan setelah aku berjalan orang-orang masih memperhatikan. Mereka pasti akan berpikir bahwa kami adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Persetan dengan pikiran mereka aku hanya ingin keluar dari tempat ini dan menjauh dari dosen yang menyebalkan itu. Dengan sekuat tenaga aku menarik pintu restoran itu dan bergegas keluar. Setelah keluar betapa terkejutnya aku bahwa di luar sedang hujan dan begitu deras seakan-akan setiap tetes air itu adalah peluru yang siap menerjam.

"haaaaa….." aku menghela napas panjang

Mau tidak mau aku harus menunggu hujan berhenti dengan keadaan dosen itu masih ada didalam dan bisa saja dia tiba-tiba keluar lalu hal buruk lainnya akan terjadi pada ku.

"duarrrrr!!" suara petir tiba-tiba menyambar seperti membenarkan perkataan ku barusan.

Dan benar saja dosen itu juga keluar dan berdiri tepat di samping ku. Aku benar-benar tak habis pikir apa yang sebenarnya dosen ini inginkan dari ku. Dia bisa saja berdiri di sisi lain atau menunggu di dalam saja. Tapi kenapa dia harus keluar dan berdiri di samping ku.

Kali ini pun dia hanya berdiri dan tak mengeluarkan satu patah kata pun. Ya suasana seperti ini jauh lebih baik daripada aku harus mendengarkan dia berbicara.

"duarrrrr!!!!" untuk kedua kalinya suara petir tiba-tiba menyambar.

Dengan refleks aku langsung menutup telinga ku. Perasaan ku tiba-tiba saja terasa tidak enak. Aku berharap ini bukanlah hal buruk. Benar saja suara petir ini adalah pertanda akan ada hal buruk lainnya. Dosen menyebalkan ini tiba-tiba saja mengeluarkan suara. Aku sempat ragu bahwa itu suaranya namun tak ada orang lain selain kami berdua di luar sini.

"ternyata kamu tidak sesuram itu ya" suaranya terdengar agak berat namun begitu lembut, tak seperti biasanya saat ia di kampus terdengar begitu dingin dan kasar.

Aku tak langsung menjawab karena sepertinya dia akan melanjutkan perkatannya.

"kamu terlihat imut saat makan dan juga tadi saat kamu menutup telinga. Saya kira kamu akan selalu terlihat suram" sesaat setelah menyelesaikan perkatannya ia tersenyum tipis.

Aku tak mengerti maksud senyuman dan perkatannya. Apakah saat makan aku terlihat seperti babi yang sedang kelaparan, atau saat menutup telinga aku terlihat seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Semua perkatannya terlihat abu-abu bagi ku.

Aku tak membalas atau memberikan reaksi terhadap omongannya barusan. Aku hanya diam sambil menatap hujan yang tak kunjung reda. Lima belas menit hujan tak kunjung reda. Aku mulai gelisah karena jalanan akan semakin gelap dan aku takut berjalan sendirian. Aku pergi ke restoran dengan berjalan kaki karena jaraknya yang cukup dekat dan aku tak menduga akan hujan malam ini. Seketika aku menoleh ke arah dosen ini.

"ini semua salah dosen menyebalkan ini, coba saja dia tidak ada disini hari ini pasti semuanya akan berjalan lancar-lancar saja" gumam ku kesal dalam hati.

"saya naik mobil ke sini, apa kamu mau pulang bareng saya?"

Aku tak menyangka dosen menyebalkan ini akan berbicara seperti itu.

"ehhh… naik mobil? Kenapa dia tidak pulang sejak tadi?" gumam ku heran.

"makasih. Saya bisa pulang sendiri" kali ini aku membalas perkataannya.

"oke baiklah saya pulang duluan, kamu hati-hati dijalan" seketika itu juga ia bergegas menuju mobilnya.

Aku pun bergegas meninggalkan restoran itu. Aku berlari kecil agar cepat sampai. Baru saja rasanya aku berjalan tapi seluruh tubuh ku sudah basah kuyup. Sambil di guyur hujan kepala ku di penuhi pikiran kenapa dosen itu ikut menunggu hujan bersama ku, padahal dia membawa mobil. Terus berkutat dengan pikiran ku sendiri aku pun sampai tidak sadar bahwa di depan ada genangan air dan tiba-tiba saja ada mobil. Seperti yang bisa kalian duga seluruh air dalam genangan itu membasahi ku bahkan sampai ke muka ku.

"sh**t!!!!!!!!!! woi pake mobil liat-liat dong. Ngak liat apa manusia segede ini dijalan" teriak ku sambil memaki mobil yang barusan saja lewat.

"argggghhhh!!!!" apa pun yang berhubungan dengan dosen ini akan membawa masalah untuk ku.

Sesampainya di apartemen aku langsung mandi dan mengganti semua pakaian ku. Selesai mandi aku langsung melemparkan tubuh ku diatas sofa. Sejenak ku tutup mata ku dan merilekskan diri. Lalu seketika aku teringat handphone ku.

"handphone!" tanpa aba-aba aku langsung bangun dan mencari handphone ku.

Berharap handphone itu tidak rusak terkena air. Ku ambil tas ku dan mengecek apakah handphone itu masih baik-baik saja.

"haaaa…." helaan napas ku begitu panjang mendapati bahwa handphone ini tidak apa-apa.

Kembali ku lemparkan tubuh di atas kasur. Kali ini dengan keadaan rambut ku yang sudah kering dan memakai piyama hitam kesayangaan ku.

Hari ini banyak sekali yang terjadi. Aku bahkan tak sempat mencerna semua peristiwa yang terjadi. Anehnya semua kejadiaan menyebalkan ini berhubungan dengan dosen yang bahkan aku tak sangka-sangka akan menyebabkan ini semua.

Aoi Ryu dosen yang amat ku benci namun begitu tampan. Aku pun tak tahu mengapa aku sangat membenci dosen yang satu ini. Mungkin karena namanya. Aku merasa nama itu tak cocok untuknya. Sangat tidak cocok. Dan kenapa nama sebagus itu harus diberikan kepadanya. Tapi ya sudahlah aku sangat lelah memikirkan semua kebetulan ini.

Mata ku begitu berat dan dalam sekejap aku pun langsung tertidur ditemani suara hujan yang sayup-sayup terdengar dari luar jendela. Hari ini berakhir dengan begitu melelahkan. Aku harap hujan akan membawa pergi semua kesedihan dan esok akan ada pelangi yang menemani ku.