Aku perlahan membuka mata ku. Ku tatap sekeliling dan aku sedikit terkejut mendapati diriku tertidur di sofa bahkan aku masih mengenakan baju yang sama. Aku menghela napas panjang. Sembari mengumpulkan energi untuk bangun aku menatap langit-langit apartemen ku. Aku sebenarnya tidak sedang memikirkan apa pun tetapi sekilas ingatan tentang kejadian semalam masih membekas di pikiran ku. Aku berusaha untuk menyingkirkannya dengan segera bangun dan bersiap-siap untuk pergi ke aula kampus.
"sepertinya masih sempat aku akan keramas hari ini"
Tapi betapa terkejutnya aku ketika melihat kaca. Mata ku sembab dan terlihat sedikit membengkak. Aku panik bukan kepalang. Karena apabila ditutupi dengan make-up pun masih akan terlihat.
"ahh bagaimana ini? akan sangat memalukan apabila aku pergi dengan mata sembab"
Aku memutar otak ku untuk mencari solusi agar mata ku tidak terlihat sembab.
"apa aku harus pakai kacamata?"
"tapi aku sangat tidak suka memakai kacamata rasanya pasti akan sangat berat"
Lalu mata ku tiba-tiba tertuju pada sebuah topi yang ku letakan di atas lemari.
"baiklah aku akan mengenakan topi itu saja"
Hari ini aku memilih untuk menggunakan dress lengan panjang yang akan ku padukan dengan high heels dan tak lupa aku mengenakan kalung sebagai pemanis.
"uuu I like it" ucap ku sambil bergaya di depan cermin.
Karena aula kampus berjarak lumayan jauh dari apartemen ku, sehingga aku memutuskan untuk pergi menggunakan mobil ditambah dengan pakaian seperti ini akan sangat tidak mungkin aku berjalan kaki.
Sesampainya di aula aku langsung memilih tempat duduk. Aku tak melepaskan topi ku karena mata ku masih sembab dan bengkaknya tak kunjung surut. Aku tahu kali ini pun aku akan menjadi pusat perhatian banyak orang.
Selang 10 menit kemudian hampir semua tempat duduk yang ada di aula sudah terisi penuh. Aku sebenarnya sama sekali tidak peduli dengan seminar ini. Berlama-lama duduk hanya untuk mendengarkan orang lain berbicara tentang kesuksesannya dan bagaimana cara menggapai kesuksesan tersebut membuat ku sangat muak bahkan terdengar seperti lagu pengantar tidur.
Tepat jam 8 seminar dimulai. Aku tak bisa melihat banyak karena tertutup oleh topi ku. Lalu dari jauh aku melihat seorang pria dengan setelan rapi. Sepertinya pria itu adalah pembicaranya. Tapi bukan itu yang aku pusingkan melainkan jas yang ia kenakan. Aku sepertinya pernah melihat jas itu. Aku perlahan mengangkat topi ku untuk memastikan. Ternyata benar dugaan ku itu jas yang ku buatkan untuk pak Ryu dan hari ini dia mengenakannya di depan orang banyak.
"apa yang dilakukan pria itu?" gumam ku dalam hati.
Aku memperhatikan orang-orang sekitar. Mereka diam-diam menertawakan pak Ryu. Bahkan ada yang mengatakan pak Ryu terlihat norak.
"ahh ku pikir hari ini bisa melihat pak Ryu yang seperti biasanya. Tapi apa ini? dia mengenakan jas seperti itu. Aku merasakan sangat malu melihat dia seperti itu. Kita pulang aja yuk" seru beberapa gadis yang ada di samping ku.
Mendengar hal itu aku merasa sangat bersalah kepada pak Ryu.
"ahh kenapa aku harus merasa bersalah? Dia saja sering seenaknya kepada ku dan juga bukan salah ku kalau dia menggunakan jas itu hari ini" aku menggerutu kesal.
Aku berusaha untuk tidak peduli karena jujur saja aku masih sangat kesal dengan kejadian semalam. Aku merasa sangat bersyukur dia sudah mempermalukan dirinya sendiri.
Tapi entah mengapa perasaan ku tidak sejalan dengan apa yang aku ucapkan. Melihat ruangan ini yang tadinya penuh, sedikit demi sedikit berkurang. Membuat rasa bersalah ku semakin menumpuk.
Setelah 1 jam seminar akhirnya selesai. Tanpa mengulur-ngulur waktu aku langsung beranjak dari tempat duduk ku dan segera pergi. Kali ini aku tak melihat Cecil padahal biasanya dia yang paling bersemangat apabila ada seminar.
Aku tidak memperdulikan orang-orang yang sedari tadi menatap ku. Aku hanya fokus berjalan menuju parkiran, karena jujur saja parkiran aula ini cukup jauh butuh waktu sekitar 1 sampai 2 menit untuk tiba disana. Masih asyik berjalan tiba-tiba ada seseorang memanggil nama ku dari belakang.
"Sunny?" suaranya sangat jelas terdengar.
Aku langsung menoleh kearah suara itu. Aku tidak menjawab apa-apa dan hanya terdiam. Dia perlahan berjalan mendekat kearah ku.
"saya memanggil kamu bukan untuk bertengkar. Tapi ada yang ingin saya bicarakan dengan mu"
"kita bicara disini saja" ucap ku.
Dia menoleh kearah sekitar, memastikan bahwa tempat ini cocok untuk kami berdua berbicara.
"saya rasa ini bukanlah tempat yang cocok untuk berbicara"
"baiklah saya permisi dulu"
Aku tanpa berbasa-basi langsung meninggalkan dosen itu begitu saja.
Tapi dosen itu tidak mau menyerah melihat ku yang terus mengabaikannya dia tidak hilang akal. Dia langsung menarik tangan ku dengan paksa.
"hey! Lepaskan" pinta ku.
Dia masih terus saja berjalan tanpa mendengar sepatah kata pun dari ku.
Aku mencoba memukul-mukul tangannya. Tapi sepertinya sia-sia saja genggaman tangannya terlalu kuat. Bahkan saat aku berusaha untuk melepaskan tangannya dia semakin menggenggam erat tangan ku.
"aww sakit tolong lepaskan" aku merintih kesakitan karena genggaman tangannya yang semakin kuat.
Mendengar aku yang merintih kesakitan dia langsung mengendurkan genggamannya. Melihat hal itu aku merasa memiliki kesempatan untuk kabur. Tapi ternyata sia-sia saja. Bahkan sekarang dia mengangkat tubuh ku dan di letakan di atas pundaknya.
"hey! Apa yang kamu lakukan?"
"lepaskan aku!!" aku berteriak marah kepadanya.
Dan lagi dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya terus berjalan. Melihat hal itu aku semakin kesal. Aku terus menerus memukul punggungnya dengan kedua tangan ku. Tak terhitung seberapa banyak aku melontarkan pukulan ke punggungnya tapi dia sama sekali tak memperdulikan itu. Saat aku masih sibuk memukul-mukul punggungnya dia tiba-tiba saja menurunkan ku.
"masuk" dia sambil membuka pintu mobil.
"ngak mau!"
Dia menghela napas panjang dan langsung mendorong ku masuk kedalam mobil.
Aku berusaha untuk membuka pintu mobil tapi sudah lebih dahulu di kunci oleh dosen menyebalkan itu.
Aku terus menerus menggerutu di dalam mobil dan beberapa kali aku melontarkan pukulan kearahnya. Dia tidak melakukan apa-apa dan hanya terdiam menerima semua omelan dan pukulan ku.
Aku sama sekali tak mengerti apa yang di inginkan pria ini. Bahkan sekarang dia terlihat seperti manusia batu yang tak pernah mendengarkan siapa pun dan hanya mementingkan dirinya sendiri.
Lama-kelamaan akhirnya aku lelah sendiri sedari tadi terus menerus menggerutu dan pada akhirnya dia pun tak mendengarkan kata-kata ku.
"kita sudah sampai turunlah"
Aku melihat keluar jendela mobil. Aku tak tahu ini dimana. Aku hanya bisa melihat pepohonan dan sebuah bangunan yang terlihat mirip seperti rumah dengan design bergaya classic Jepang.
"apakah ini rumah pak Ryu" tanya ku dalam hati.
Aku tidak peduli sama sekali aku tidak akan turun dari mobil ini. Dosen itu sudah turun lebih dulu dari aku. Dia mengetuk kaca mobil berharap aku segera turun dari mobil. Aku hanya menoleh sebentar dan langsung membuang muka.
Aku tak tahu apakah dosen ini memang sangat suka memaksa orang. Tanpa perlu di suruh dia membuka pintu mobil dan menarik ku keluar dengan paksa. Tentu saja aku tak bisa berbuat apa-apa. Kekuatan otot-otot ku sangat jauh berbeda darinya.
Bahkan tak hanya menarik paksa diriku untuk keluar dari mobil dia bahkan melepaskan topi ku juga.
"aku tak bisa melihat wajah mu jika kamu terus menggunakan topi ini" seketika nada bicaranya berubah menjadi begitu lembut dan hangat. Tak seperti saat awal-awal saat memaksa ku untuk ikut dengannya.
Entah mengapa aku sedikit senang mendengar perkataan dosen itu barusan. Tapi seketika aku teringat bagaimana dia membawa ku kemari. Rasa senang yang aku rasakan seketika berubah menjadi kekesalan yang tak terelakan.
Setelah mengatakan itu dia langsung berjalan masuk. Aku pun mau tidak mau mengikutinya dari belakang.
Aku terkagum-kagum melihat taman yang ada didepan bangunan ini. Ada beberapa pohon rindang yang mengelilinginya, selain itu ada banyak sekali bunga-bunga sebagai pemanis di taman ini. Suasana di tempat ini begitu menenangkan.
"ayo masuklah" ucapnya.
Kami berhenti didepan sebuah ruangan. Ruangan itu terpisah dari bangunan-bangunan yang lainnya. Posisinya pun tepat menghadap taman. Ruangan itu lumayan cukup besar. Aku sedikit penasaran apa yang ada di dalam ruangan itu.
Dia menggerser pintu bergaya tradisional Jepang itu. Aku pun segera masuk kedalam ruangan tersebut.
Aku tersentak kagum ketika melihat isi ruangan itu penuh dengan lukisan Suibokuga. Dimana Suibokuga adalah sebuah aliran melukis di Jepang yang menampilkan gambar monochrome dengan hanya menggunakan tinta hitam dan juga air. Aku memang tidak terlalu mengerti mengenai lukisan. Tapi aku bisa melihat bahwa lukisan yang ada di ruangan ini berisi kesedihan dan kehampaan.
"ini adalah studio sekaligus rumah saya" ucapnya memecah keheningan.
"tak banyak yang tahu memang kalo saya adalah seorang pelukis dan saya pun hanya memandang hal ini sebagai hobi"
Aku tak menjawab apa-apa, karena sejujurnya aku pun tak tahu harus bagaimana menanggapi apa yang di ucapkan oleh pak Ryu.
Pak Ryu tiba-tiba tertawa kecil melihat diriku yang sedari tadi terlihat sangat kikuk.
"duduklah saya akan buatkan minum"
Dia meminta ku untuk duduk. Didepan ruangan ini ada sebuah meja kecil yang kelihatannya memang digunakan untuk bersantai setelah dia kelelahan melukis.
Aku pun segera duduk diatas bantal yang tepat berada di samping meja itu.
"kamu mau minum apa?" tanyanya.
"apa aja asalkan dingin" jawab ku sambil melihat taman yang sejak tadi seperti memanggil-manggil diriku.
Dia pun segera masuk kedalam untuk membuatkan ku minuman. Cuaca siang itu memang sedikit panas tapi tak mengapa karena taman ini terlihat semakin hidup karena cahaya matahari.
Tak lama kemudian dia keluar membawa dua cangkir gelas berisikan matcha dengan whipped cream diatasnya.
"minumlah" pintanya sambil beranjak duduk di samping ku.
Tanpa perlu diminta untuk kedua kalinya aku langsung meminum matcha yang ada digelas itu.
"aaa.. enak banget" gumam ku didalam hati.
Aku pun terus meminumnya hingga tak terasa minuman di gelas ku hanya tinggal setengah. Melihat aku minum dengan penuh semangat dosen itu kembali tertawa. Aku pun langsung menoleh kearahnya. Namun entah kenapa dia tiba-tiba mengambil sapu tangan yang ada di saku celanannya.
Awalnya aku mengira dia ingin mengelap meja dengan sapu tangan itu. Tetapi kemudian tangannya mendekat kearah ku dan dengan lembutnya dia menyapukan sapu tangan itu ke atas bibir ku yang rupanya sedari tadi tertutupi oleh whipped cream.
Aku mematung dan rasanya badan ku tak bisa digerakan. Aku hanya bisa menatap wajahnya.
Aku ingat sensasi ini. Ya perasaan ini seperti saat dia memeluk ku. Lalu entah mengapa jantung ku berdetak begitu cepat dan tak karuan. Pipi ku terasa memanas. Aku tak ingin terlihat seperti ini didepan dia.
"Sunny?" suara dosen itu memecahkan lamunan ku.
"kamu ngak apa-apa?"
"oh ngak saya baik-baik aja" jawab ku dengan terbata-bata.
"sepertinya benar dugaan saya kamu itu kelihatan sangat lucu ketika berhadapan dengan makan"
Dia kembali tertawa kecil. Baru kali ini aku melihatnya tertawa dengan begitu bebas seperti tanpa beban.
Aku bahkan tak bisa marah karena tawanya. Rasanya mata ku tak bisa berhenti memandangi pria yang ada di samping ku. Lalu tiba-tiba dia juga balik memandangi ku. Reflek aku langsung mengalihkan pandangan ku.
"saya sebenarnya mengajak kamu kesini ingin meminta maaf atas kejadian kemarin malam"
"maaf Sunny" dengan begitu lembut dan suara yang terdengar sedikit berat.
"saya tahu, saya salah dan kehilangan kendali kemarin malam, dan hal itu pasti sangat menyakiti kamu. Walaupun maaf tidak bisa mengubah apa-apa tapi akan semakin buruk apa bila saya tidak minta maaf dan saya juga ingin meminta maaf karena membawa kamu kemari dengan paksaan"
"maafkan saya" dia sambil menunduk.
"saya juga sebenarnya ingin memperbaiki hubungan kita. Saya tak ingin terus menerus bertengkar dengan mu. Maafkan semua kesalahan saya selama ini. Kita bisa memulai dari awal lagikan?"
Untuk sejenak aku tak menjawab apa pun. Entah mengapa rasanya kepala ku begitu kosong tak bisa mencerna apa pun yang di sampaikannya. Aku tak tahu harus bagaimana. Rasanya sedikit menyesakan ketika kata maaf terucap dari mulutnya. Aku tak tahu apakah ini karena ego ku yang begitu tinggi atau memang karena kata maaf tak bisa mengubah apa pun yang terluka akan tetap terluka.
"saya merasa pada saat itu bapak hanya ingin melindungi orang yang bapak sayangi. Jadi tidak apa-apa, biar bagaimana pun kejadiannya sudah berlalu. So I'm fine" ucapku sambil berusaha untuk tersenyum walaupun sepertinya dia sadar bahwa senyum itu hanya dibuat-buat.
Aku menghela napas sejenak.
"baiklah ayo kita mulai dari awal" aku mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengannya.
Dia pun dengan senang hati menyambut tangan ku.
"so.. kita mulai dari memperkenalkan diri" ucap ku semangat.
"aku mulai duluan yah. Nama ku Sunny. Tak ada hal yang special dari ku. Warna favorit ku hitam dan aku sangat suka makan"
Aku menoleh kearah dosen itu untuk memberi tanda bahwa sekarang gilirannya.
"saya Aoi Ryu. Dosen menyebalkan yang selalu membuat Sunny marah. Saya juga seorang pelukis walaupun hanya sekedar hobi dan saya sangat suka warna putih"
Seketika kami berdua saling menoleh satu sama lain. Dan tanpa aba-aba tawa kami berdua pecah begitu saja.
Aku tak tahu apakah ini keputusan yang tepat untuk memulai dari awal bersama dosen yang selalu aku benci. Aku tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi aku percaya apa pun yang terjadi akan memberikan banyak kejutan di hidup ku.