Aku selalu memperhatikan mu. Selalu. Tak pernah aku melewatkan barang sehari pun untuk tidak memperhatikan mu. Bahkan setiap detail dari mu tak pernah terlewatkan oleh ku. Dirimu yang selalu memakai baju hitam, dirimu yang selalu berjalan sendirian, dan dirimu yang terlihat begitu dingin. Setiap hal yang dirimu tunjukan selalu membuat ku terpukau.
"hey.. bukannya kau harus ke kelas sekarang?" Louis sambil menepuk bahu ku karena sedari tadi aku hanya terbuai dalam lamunan ku.
"oh. Ini aku baru mau jalan" jawab ku.
"oh okey, jangan lupa kita keluar malam ini" Louis mengingatkan ku bahwa hari ini kami berdua akan keluar.
Aku hanya mengangguk sambil terus berjalan menuju kelas. Siang ini aku akan mengajar dikelas Sunny. Aku tak tahu perasaan apa ini tapi rasanya aku menjadi begitu bersemangat menuju kelas.
Aku tak tahu apakah jumlah mahasiswa dikelas ini selalu banyak, karena setiap kali aku mengajar semua kelas akan penuh. Apakah semenarik itu mata kuliah yang aku ajarkan. Sebenarnya aku tidak terlalu memusingkan hal itu selagi mereka mendengarkan dengan baik aku merasa sudah cukup.
"pagi semua" aku menyapa seluruh mahasiswa dikelas.
Tanpa harus diulang mereka menjawab dengan serentak.
Aku memperhatikan seluruh wajah yang ada dikelas. Karena kelas yang selalu penuh aku harus sedikit lebih jeli untuk mencari sosok mu.
"ahh ketemu" gumam ku dalam hati.
Dirimu yang duduk di pojok belakang dengan tangan yang terus menari-nari di atas kertas terlihat begitu menawan. 'Boneka' kata pertama yang muncul didalam kepala ku. Tanpa sadar sebuah senyuman tergores diwajah ku. Tak lama aku sadar bahwa aku sedang pusat perhatian satu kelas.
"baiklah kita mulai" ucapku sedikit kikuk.
Waktu ku mengajar hampir selesai. Tapi sedari tadi Sunny sama sekali tidak memperhatikan. Bahkan beberapakali aku melontarkan pertanyaan dia pun tidak menggubrisnya.
"apakah dia memang seperti ini?" tanya ku dalam hati.
Aku kebingungan dengan sikapnya. Dari semua mahasiswa yang ada di dalam kelas ini hanya dia seorang yang sejak awal diam bahkan saat aku mengabsen dia tidak menjawab dan hanya mengangkat tangannya. Sepertinya dia memang tidak tertarik dengan apa yang ku ajarkan.
"baiklah kelas kita selesai. Kalian boleh keluar dan jangan lupa tugas yang saya berikan di kumpul besok pagi jam 9 di meja saya" aku sambil mengemas buku yang ku bawa.
Baru saja aku selesai bicara Sunny langsung keluar tanpa sedikit pun menghiraukan ku. Sebenarnya aku tidak mengharapkan apa pun hanya saja anak ini terlihat tidak memiliki sopan santun. Aku menghela napas panjang sambil berjalan keluar.
"hey. Bagaimana?" ucap Louis menjahili ku.
Aku tak menjawab apapun dan hanya menatapnya.
"haaa… maksud ku mahasiswa dikelas mu? Apakah ada yang cantik?" dia begitu semangat menunggu jawaban ku.
"aku tak sempat mengurusi itu dan kenapa kau ada diruangan ku?" aku sambil mengerenyitkan alis.
"haa.. kau s'lalu saja membosankan seperti biasanya. Aku hanya bermain" ucapnya sambil tertawa jahil.
Aku hanya bisa menghela napas panjang melihat tingkah Louis yang tak pernah berubah.
Louis adalah teman ku saat masih kuliah. Tak seperti penampilannya yang selalu terlihat rapi menggunakan setelan jas, Louis sebenarnya adalah pemangsa wanita. Sejak aku mengenalnya hampir setiap minggu dia akan bermain dengan wanita yang berbed-beda. Aku tak merasa heran apabila banyak wanita yang ingin bersamanya karena jujur saja Louis sangat tampan ditambah rambut panjangnya memang selalu menjadi pemikat utama hati para wanita. Pernah sekali aku bertanya padanya kenapa dia melakukan hal itu, namun dengan santainya dia menjawab bahwa dia hanya ingin bersenang-senang. Aku memang tak habis pikir dengan jalan pikiran anak itu. Sampai akhirnya aku pun terbiasa dengan dirinya yang seperti itu.
"aku akan menjemputmu nanti jadi bersiap-siaplah" setelah mengatakan itu dia langsung pergi begitu saja.
Aku menghempaskan tubuh ku di atas kursi. Rasanya tubuh ku begitu berat.
Tiba-tiba saja sosok mu terlintas dalam pikiran ku. Rasanya aku sudah lama mengenal mu tapi aku tidak bisa mengingat apa pun. Apakah aku melewatkan sesuatu. Lalu entah mengapa saat aku mencoba untuk mengingat kepala ku tiba-tiba terasa begitu sakit seperti ditusuk beribu-ribu jarum. Aku memegang kepala ku dengan tangan, karena sakitnya tak kunjung hilang. Dengan cepat aku mengosongkan pikiran ku, karena semakin aku mencoba mengingat rasanya akan semakin sakit.
Selang 30 menit akhirnya kepala ku sudah tidak terasa sakit lagi. Aku melihat jam di dinding sudah menunjukan pukul 5 sore. Aku segera membereskan barang-barang ku dan langsung pulang, karena Louis akan sangat marah bila aku terlambat.
Sesampainya dirumah aku langsung membersihkan diriku dan bersiap untuk pergi. Aku sebenarnya tak tahu Louis akan mengajak ku kemana dia tidak memberitahu ku sama sekali.
"ahh..! Dasar anak itu selalu saja begini" ucap ku sedikit kesal, karena aku tak tahu harus menggunakan baju apa.
Setelah berkutat sedikit lama dengan isi lemari ku, akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan kemeja putih semi formal dengan high waist pants berwarna hitam lalu ku padukan dengan sneakers berwarna putih. Tak lama setelah aku selesai bersiap-siap terdengar suara mobil Louis di depan rumah ku.
"kita mau kemana?" tanyaku sambil masuk kedalam mobil.
Dia tidak menjawab apa-apa dan hanya tersenyum. Aku bisa melihat niat jahat yang tersirat dari senyumannya. Aku hanya bisa menghela napas panjang, karena aku pun tidak bisa melakukan apa-apa.
15 menit kemudian kami sampai di sebuah lounge mewah. Aku menatap Louis dengan penuh tanda tanya dan lagi dia hanya tersenyum dan langsung turun begitu saja.
Kami duduk disebuah meja dengan pemandang langsung menghadap ke luar. Aku tak tahu apa yang direncanakan oleh Louis karena ternyata dia sudah mereservasi tempat itu bahkan makanannya pun sudah ia pesan.
Setelah 5 menit duduk makanan pun datang ke meja kami dan tentu saja tak lupa wine. Louis memang penggemar berat wine bahkan dia tak segan-segan merogoh kocek dengan jumlah besar hanya untuk sebotol wine. Untung saja dia kaya.
Aku masih menatap Louis dengan serius. Dia pun sepertinya sadar dan sudah tak tahan dengan ku yang sedari tadi terus menatapnya.
"ahhh… baiklah baik aku akan memberitahu mu" ucapnya malas malasan.
"aku tidak ada niatan apa-apa membawa mu kesini, aku hanya ingin makan saja dengan mu"
Aku masih belum puas dengan jawabannya dan terus menatapnya. Dia pun akhirnya menyerah dan mengatakan semuanya.
"aku sudah mereservasi tempat ini seminggu yang lalu aku dengar ditempat ini ada wine yang sangat enak jadi aku penasaran untuk mencicipinya. Hanya itu saja aku tidak ada niat terselubung. Ayolah Ryu aku tidak bohong" dia dengan senyum khasnya memohon agar aku percaya.
Aku hanya menghelas napas panjang dan mencoba untuk percaya apa yang di katakan oleh Louis walaupun sebenarnya aku masih sangat tidak yakin dengan perkataannya barusan.
Aku tak mengatakan apa-apa setelahnya dan hanya fokus menyantap makanan yang ada didepan ku. Selang 15 menit kami akhirnya selesai menyantap semua makanan dan tentu saja setelahnya Louis akan segera meneguk wine kecintaannya.
Tak perlu banyak bicara aku sudah tahu wine ini memang enak tergambarkan dari wajah Louis yang merekah bak bunga sakura. Aku meneguk wine itu perlahan dan di luar dugaan ku tak hanya enak wine ini juga mengalir lembut didalam tenggorokan ku aroma anggur yang kuat dan juga khas menambah kenikmatan dari wine ini.
Setelah tegukan pertama ku. Entah mengapa aku kembali teringat Sunny dan tanpa sadar aku menanyakan Sunny kepada Louis.
"apakah kau kenal Sunny?" tanya ku sambil menaruh gelas berisikan wine diatas meja.
"Sunny?" Louis tampak kebingungan saat mendengar nama itu.
"gadis yang selalu mengenakan pakaian hitam di kampus. Apakah kau mengenalnya?"
"oohh maksudmu black doll. Tentu saja aku tahu bahkan seluruh kampus mengenalnya"
"black doll?" tanya ku dengan penuh kebingungan kepada Louis.
"haa… kau memang tak pernah berubah Ryu sikap mu selalu saja cuek" Louis menghela napas panjang sebelum melanjutkan perkatannya.
"gadis bernama Sunny yang kau tanyakan barusan memiliki julukan black doll. Aku pun sebenarnya tak tahu siapa yang memberikan julukan itu, tapi karena dia terlihat begitu cantik seperti boneka dan selalu mengenakan pakaian hitam seluruh kampus menamainya black doll"
"darimana kau tahu itu?"
"haaa… bahkan pohon-pohon di kampus sudah tahu hal itu" untuk kedua kalinya Louis menghela napas panjang.
Aku hanya membalas Louis dengan senyum kecut.
"apakah kau pernah mengajar di kelasnya?"
Louis tak langsung menjawab dia berpikir sejenak sambil memutar-mutar gelas wine-nya.
"aaa.. aku baru ingat pada saat semester 4 aku pernah mengajar di kelasnya"
"bagaimana dia dikelas apakah dia selalu duduk di belakang?"
Mendengar perkataan ku barusan Louis mengerutkan dahinya dan terlihat kebingungan.
"kau pasti bercanda Sunny tidak pernah duduk di belakang. Dia selalu mengambil tempat duduk paling depan dan dia anak yang sangat aktif di kelas bahkan ada beberapa dosen yang ketar-ketir saat dia akan bertanya, karena anak itu sangat pintar dan sering kali pertanyaan yang di ajukannya out of the box"
Aku berusaha mencerna perkataan Louis barusan. Memastikan bahwa yang di ucapkannya benar. Aku kembali menatap Louis dan sepertinya apa yang di katakannya benar. Masih berkutat dengan pikiran ku sendiri tiba-tiba suara Louis memecahkan lamunan ku.
"memangnya ada apa?" tanya Louis kepada ku.
"nothing" aku hanya menjawab seadanya sambil meneguk wine yang dari tadi tak ku hiraukan.