Chapter 2 - PROLOG

Aku sudah melamarnya!

Beberapa hari yang lalu aku melakukan itu tepat di hadapannya dan akhirnya dia menerima lamaranku.

Kejutan ini benar-benar membuatku bahagia sejak dia menerimanya langsung tanpa ragu setelah aku memberitahunya. Sebentar lagi kami akan menikah, beberapa hari dari sekarang.

Jantungku berdegup kencang saat aku mengatakan dan menunjukkannya cincin pernikahan yang langsung kuberikan dengan tubuhku sendiri. Apa kau tahu bagaimana reaksinya saat akan menjawab lamaranku?

Dia bukan gadis yang akan terkejut ataupun langsung senang meskipun dia menerimanya tanpa ragu. Gadis yang kulamar hanya menyetujuinya dengan nada datar selama beberapa detik sebelum dia mengungkapkan rasa bahagianya dengan perilakunya.

Aku tersenyum sendiri sekarang karena mengingat peristiwa yang mendebarkan itu. Sebenarnya aku sendiri juga tidak percaya kalau hubungan kami akan sampai sejauh ini, tidak terpikirkan sama sekali olehku sejak aku bertemu dengannya untuk pertama kali.

Gadis yang kucintai itu memiliki sifat yang berbeda dari penampilannya yang cantik dan imut. Seperti dia memiliki orang lain di dalam dirinya selain yang terlihat, karena itu aku mencintainya.

Jarum di jam tanganku bergerak pelan ke kanan selama beberapa detik saat aku melihatnya untuk memastikan waktu sekarang.

Hari ini aku berjanji untuk melakukan kencan dengannya pada pukul 8 malam dan sekarang masih kurang lima menit dari waktu itu.

Tapi aku senang meskipun menunggu, karena yang ditunggu akan datang dengan kepastian. Aku juga tidak ingin membiarkannya menunggu dalam waktu lama, jadi biarkan aku yang menunggunya dalam waktu itu.

Dia sudah memberiku banyak dorongan sampai disini, ketulusannya sudah mencapai diriku dan aku sangat terbantu akan itu. Kami sudah menjalin hubungan spesial ini selama satu tahun, benar-benar satu tahun yang menyenangkan melakukannya.

Karena ada beberapa alasan yang memang harus diluruskan, aku akhirnya memutuskan hubungan spesial itu dan memulai hubungan melalui pernikahan. Gadis itu juga ingin melakukan hal yang kupikirkan dan dia juga menerima lamaranku dengan alasan kami yang sejalan mengenai ini.

Itulah kenapa aku memilihnya dan memutuskan untuk menikahinya.

Banyak yang terjadi setelah aku bertemu dengannya sekitar tujuh tahun yang lalu jika aku benar-benar mengingatnya dengan baik – aku tentu saja tidak akan melupakannya. Itu pertemuan pertama kami.

Perlahan aku mengingat apa yang kulalui dan tanpa sadar ada seseorang yang mendekat ke arahku. Dia menyadarkanku dengan suaranya.

"Maaf membuatmu menunggu!"

Aku yakin sekarang aku melihatnya tujuh tahun kemudian, dia akan bersamaku untuk sisa hidupku. Setelah tujuh tahun itu, aku percaya kalau dia benar-benar seseorang yang disebut sebagai pasanganku setelah kami menikah.

Ya, seseorang itu adalah gadis yang kutunggu kedatangannya sekarang.

Memakai gaun berwarna merah muda yang indah sepanjang lututnya dan mengikat rambut cokelatnya yang cantik sedikit di belakang, sekejap aku tersenyum lebar melihat penampilannya dan tidak mengatakan apapun.

"Apa aku membuatmu menunggu terlalu lama?"

Aku menggeleng dan tertawa kecil karena dia seperti kebingungan melihatku. Memasang wajah cemberut yang sangat jarang digunakan olehnya, aku bicara padanya dengan lembut.

"Kau cantik....."

"Ahh?"

Sedikit tersipu malu karena aku memujinya, dia segera memalingkan wajahnya yang memerah dariku. padahal aku yakin kalau wajahku juga memerah karena mengatakan itu dengan nada senang.

Mencairkan panasnya ekspresi ini, aku melebarkan telapak tangan kananku padanya yang masih memalingkan wajahnya.

"Jadi, ayo pergi?"

Melirikkan matanya untuk melihat tanganku, dia segera meraihnya sambil mengembalikan wajah senangnya lagi. Tersenyum menggenggam tanganku membuatku ingin mengatakan sesuatu kepadanya.

Perlahan aku mendekatkan wajahku ke telinganya dan berbisik.

"Sebentar lagi...."

"Eh, sebentar lagi?"

Genggaman tanganku kuat saat menggenggam erat tangannya, aku meyakini sesuatu dengan kuat sebagai tekadku untuknya.

Gadis yang bersamaku saat ini....

Mataku melihatnya dengan tatapan penuh keyakinan sementara matanya yang kulihat itu, sangat tenang setelah aku melihat matanya.

Gadis yang bersamaku saat ini, aku mencintainya.

"......deadlinenya sudah dekat. Hampir berakhir, kan?"

"Ahaha, kau benar. Eh?!"

Dengan setengah terkejut dia berseru tertahan membenarkan apa yang kukatakan. Aku tertawa sambil menunjukkan gigiku padanya yang sekarang melebarkan matanya secara spontan.

Aku sangat menikmati pertemuanku dan perjalananku dengan gadis yang kucintai dan mencintaiku ini. Perjalananku bersamanya sampai hari ini, akan aku ceritakan menjadi sebuah novel.

Perjalananku sejak aku bertemu dengannya.