Tiga hari berlalu setelah aku bertemu dengan partner kerjaku yang ternyata adalah seorang gadis satu tahun lebih muda dariku, bisa dikatakan dia adalah kouhai-ku. Aku menjalani hari-hari setelah pertemuan itu seperti biasa tanpa kendala khusus.
Mungkin dikatakan khusus, ada satu yang sangat penasaran tentangku mengenai tiga hari ini. Dia sekarang mendekatkan wajahnya padaku dan memelototiku, ini ketiga kalinya dia melakukan itu.
"Tsugumiiii...aku harus mempertanyakan mentalmu yang memasang wajah tanpa dosa karena aku memelototimu dan kau tidak menunjukkan reaksi apapun,"
"Ahh...sebenarnya aku ingin bertanya ini sejak tiga hari lalu, tapi kurasa aku tidak mengerti apa maksudmu memelototiku seperti ini untuk ketiga kalinya. Memangnya ada apa, Kimura?"
Kimura memundurkan wajahnya untuk memberi jarak, dia mendengus pelan. Kemudian melihatku lagi, aku yang sama sekali tidak mengerti maksudnya hanya memiringkan kepalaku.
𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪....
Kalau kulihat dia memang penasaran tentangku, tapi yang tidak kumengerti adalah dia penasaran di bagian mana? Bisa dibilang juga aku tidak peka akan yang mau ditanyakannya.
Tenggat waktu tiga hari tidak merubah apapun.
Kimura mendecakkan lidahnya kesal dan segera mengungkapkan isi hatinya yang terpenuhi oleh rasa penasaran.
"Astaga....berbaik hatilah pada temanmu ini, Tsugumi. Aku yang harusnya bertanya tapi aku melakukannya dengan isyarat mataku, sayang sekali kau tidak memahaminya dan itu membuatku kesal. Apa kau sadar kalau dalam tiga hari kau tidak memperhatikan sekitar seperti seharusnya?"
Kata-katanya terlalu panjang, namun aku mengerti yang dimaksudkan Kimura. Hanya saja yang tidak kumengerti adalah apa yang sebenarnya kuperhatikan seperti seharusnya?
Aku tidak sadar atau bagaimana entahlah....
Sesungguhnya aku tidak tahu apa yang sedang kulakukan selama tiga hari ini sampai-sampai Kimura mengatakan itu padaku. Dengan kata lain, ada yang salah denganku selama tiga hari ini dan itu terjadi tanpa kusadari.
"Memang apa yang berbeda dariku tentang itu?"
Puk... Puk.... Puk....
Kimura menepuk kedua pipiku beberapa kali dengan kedua telapak tangannya.
"H-h-hei!"
"Sadarlah, sadarlah wahai jiwa yang masih terlelap disana...kembalikan Tsugumi Hatori yang dulu....."
Masih sambil menepuk pipiku, dia malah mengatakan mantra tidak jelas seolah-olah aku diambil oleh jiwa lain yang nakal dengan memasuki tubuhku sembarangan. Sekarang aku tidak bisa menepis tangan Kimura yang semakin menjadi mengatakan mantra-mantra itu.
"Katakan padaku kalau kau adalah temanku, lalu aku akan melepaskanmu secepatnya, ayoo katakan....."
"Ughh....Ki-mu-ra-To-u-ya-a-da-lah-te-man-ku, s-se-ka-rang-le-pas-kan-a-ku,"
"Hiyaa...kau menurutinya, asal kau tahu aku senang kau mengatakan itu."
Akhirnya dia melepaskanku dan diganti oleh dia menunjukkan gigi putihnya yang berjajar di sekitar mulutnya. Aku menepuk pelan daerah pipiku yang dimainkan olehnya.
Ekspresi wajah Kimura sangat senang melebihi apa yang kuduga, dia bukan tipe orang yang akan menunjukkan ekspresi seperti itu pada sembarangan orang. Apa mungkin ini artinya aku teman spesial atau diutamakan?
"Nah...."
"Kenapa lagi, Kimura?"
"...kau yang mengatakannya kalau aku temanmu, bukankah seharusnya kau menceritakan hal-hal kepadaku, terutama pekerjaanmu yang terjadi di hari itu,"
"Maaf menyambung dengan pertanyaan, apakah ini ada hubungannya dengan tiga hari terakhir yang membuatmu kesal itu? Aku sangat tidak mengerti apa maksudmu, sungguh..."
"Dasar kau ini...."
Menyilangkan kedua lengannya, dia kemudian menjelaskan tentang perbedaan dalam diriku yang tidak kusadari dalam tiga hari terakhir.
"...biasanya kau akan memperhatikan sekitarmu meskipun dalam diam dan seperti orang melamun. Tapi dalam tiga hari ini, kau tidak banyak melakukan sesuatu seperti itu lagi. Apakah imajinasimu dalam pekerjaan sudah menyebar? Bahkan kau tidak mendengarkan aku dengan saksama dalam tiga hari ini, dipelototi malah kau yang bertanya-tanya. Lalu, sampailah aku pada kesimpulan kalau ada sesuatu yang terjadi setelah kita bermain hari itu, ada apa dengan pekerjaanmu?"
𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘩𝘢𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘥𝘦𝘵𝘢𝘪𝘭 𝘪𝘵𝘶, 𝘣𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘋𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘪𝘬.
Dia tidak mengatakan itu untuk main-main saja, dari matanya aku melihat kalau dia serius mengungkapkan tentangku dalam tiga hari yang kelihatan aneh.
Dikatakan imajinasi, aku tidak begitu yakin kalau ini adalah imajinasi belaka. Lebih seperti kenyataan yang terlalu jauh.
"Hm, maaf, aku tidak bermaksud melakukannya. Kurasa itu hanya terbawa, tidak dalam maksud aku membuat niat untuk mengabaikan sekitarku, dan kau benar ada banyak hal terjadi hari itu."
"Eh, benarkah?! Kalau begitu kau harusnya bicara denganku juga, aku jadi bingung sendiri kalau kau tidak bersikap seperti biasanya dan itu menjengkelkan."
"Ya, maaf."
"Sudahi maafmu, ceritakan padaku tentang ap yang terjadi setelah itu?"
Kemudian aku menceritakan sedikit tentang proyek yang diberikan Amasawa-san kepadaku, juga tentang partner baruku yang seorang kouhai.
"Dia seorang gadis? Itu artinya dia cantik dan imut?"
"Kau menyangkutkan hal pribadi, itu tidak ada hubungannya!"
"Berpartner dan bekerja sama dengan gadis cantik itu adalah hal yang langka, kau tahu. Jika aku ada di posisimu, aku mungkin akan melakukan 'ini' dan 'itu' padanya,"
"Jika kau yang mengatakannya tidak hanya misterius tapi mengerikan. Sudah hentikan, Kimura. Salah satu sebabnya aku tidak ingin membicarakannya denganmu adalah ini juga, dasar..."
"Ya, ya, ya, aku memang menakutkan saat membicarakannya, apa kau ingin saran dari temanmu ini atau semacamnya? Entah apa yang merasukiku sekarang sehingga aku ingin mengatakan hal-hal bijak kepadamu."
Mengangkat tanganku dan menggoyangkannya, isyarat itu langsung di respon keras oleh Kimura.
"Kejam! Aku sedang baik hari ini--"
"Lain kali aku akan membutuhkannya, simpan saja itu dulu sampai waktunya tiba, aku akan melakukan proyekku mulai Kamis ini."
*******
Keesokan harinya sambil berjalan menuju sekolah, aku baru mengingat sesuatu yang belum kuatur dalam proyek bersama Amakusa-san.
Dalam interval tiga puluh menit saat Amasawa-san, editorku, menjelaskan tentang proyek ini aku memang tidak langsung memahami apa yang dimaksud dengan jelas tentang pekerjaan yang harus kulakukan. Dan aku baru mengingatnya sekarang, jadi biar kutunjukkan apa kalimat Amasawa-san waktu itu, selain tentang pekerjaan kami masing-masing. Termasuk informasi dari Amakusa-san juga.
Hirunaka-san adalah editor pengawas dari Si Penulis, Amakusa-san, dia bilang kalau dia menemukanku dari informasi yang didapat dari teman-temannya dan kebetulan Amakusa-san juga yang ingin terlibat denganku (urusan pekerjaan). Amasawa-san menjelaskan jika Si Penulis ingin menerbitkan buku novelnya yang sudah berjalan, dengan membuat ilustrasi di sampul bukunya dari buatan tanganku.
Aku, Tsugumi Hatori adalah seorang Ilustrator.
Pada awalnya aku masih mengerti maksud dari membuat sampul sebuah novel, ini pertama kalinya bagiku untuk mengerjakan proyek langsung dengan Si Penulis dan penerbit. Tidak ada alasan untuk tidak merasa senang, bukan?
Setelah itu, Amasawa-san mengatakan kalau dalam proyek ini membutuhkan tiga editor dengan salah satu editor utama yang mengaitkan dua pekerja pembuatan buku ini. Dia masih memikirkan siapa yang akan mengambil peran penting itu.
Kalau ditanya menurutku, pastinya aku memilih Amasawa-san untuk mengambil peran itu, tapi disini yang bekerja tidak hanya aku sendiri melainkan banyak orang yang terlibat. Aku tidak boleh egois dan hanya membiarkan Amasawa-san mengaturnya sebagai tanggung jawabnya.
Penjelasan tentang dua hal itu terus berputar selama tiga puluh menit, karena ditambah mereka saling berdebat masalah peran, aku masih belum mendapatkan titik terang dari penjelasan itu.
Namun, saat aku mengantar Amakusa-san ke stasiun, akhirnya dia mengatakan hal yang sejujurnya. Langsung kepadaku tanpa menyembunyikan apapun.
Niat sesungguhnya adalah pembuatan Light Novel. Itu sebuah novel yang sangat populer di kalangan remaja di Jepang karena perpaduan antara novel biasa dengan ilustrasi yang bercorak seperti *manga namun lebih bagus lagi. Aku hampir terkejut atas pengakuannya yang jujur itu.
t/n * : Manga = Komik Jepang
Sekilas aku mengetahui tentang Light Novel ini, yaitu adalah ilustrasi bergambar yang ada di dalam buku. Tujuannya untuk mendukung tulisan yang dituliskan penulis dan membantu pembaca menambahkan imajinasi dalam memahami ceritanya. Selain itu, jika hanya tulisan saja itu akan membosankan, jadi ilustrasi ini juga memiliki tujuan untuk memodifikasi novel yang hanya tulisan menjadi novel dengan gambar ilustrasi yang menarik.
Gambar ilustrasi itu tidak hanya sebatas menggambar dengan tangan (manual) seperti pekerjaan yang biasa kulakukan. Itu menggunakan digital dengan menggambar melalui komputer, grafis dari gambarnya juga jernih dan keren, sangat berbeda dengan teknik manual.
Itulah yang sedang kupikirkan selama empat hari ini.
Aku bisa menggambar dengan teknik digital oleh komputer, hanya saja itu dalam level pemula. Dengan kata lain, aku hanya bisa menggambar di komputer secara minimal ditambah aku belum percaya diri dengan teknik itu. Ini juga menjadi kendala untukku.
Sebenarnya aku bisa saja meminta keringanan atau pendapat yang menitikberatkan aku karena kelemahan dalam teknik digital pada Amasawa-san, tapi aku tidak mau mengecewakan orang yang sudah mempercayakan pekerjaan padaku.
Terlebih Amakusa-san, saat itu dia mengatakan hal misterius yang sama sekali belum kumengerti.
Alasan dia memilihku dan bukan kepada profesional adalah karena dia menemukanku.
Sangat membingungkan.
Dan bodohnya aku, kenapa saat itu aku tidak menanyakan beberapa hal tentang novel yang dikerjakannya? Aku terlalu bingung oleh kalimat itu sampai-sampai melupakan yang terpenting.
Ini bukan akhir dari proyek, ini adalah sebuah permulaan.
Aku akan segera menemuinya di hari Kamis, kami sebagai tim akan bekerja sama dengan baik di permulaan. Aku juga bisa bertanya dengan Amakusa-san tentang hal-hal penting yang lupa kutanyakan.
Termasuk alasan ambigunya itu, sebuah misteri yang harus kupecahkan sendiri.
Kepalaku mendongak, langit biru di musim semi terasa dingin namun juga hangat. Membiarkan angin melalui wajahku begitu saja.
Yang kuingat untuk saat ini adalah bagaimana aku mendapatkan properti untuk pembuatan ilustrasi. Ini juga harus menjadi daftar untuk mengatur keuangan pribadiku, pada dasarnya apapun yang akan dilakukan membutuhkan modal meskipun hanya 1 yen.
"Ohh, Tsugumi-kun?"
Tiba-tiba seorang teman dari kelas yang sama denganku menyapaku begitu saja. Dia salah seorang gadis berambut panjang sebahu, sambil tersenyum dan melambaikan tangannya pelan.
Ini masih beberapa meter lagi sebelum sampai sekolah, mungkin rumah gadis ini berada di jalur yang sama denganku. Namun.....
"Ahh.....maaf tapi bisa kau sebutkan namamu?"
"Ugh...! Kau melupakan teman sekelasmu itu adalah tindakan menyakitkan, Tsugumi-kun!"
"Maaf, aku tahu kau adalah teman sekelasku. Hanya saja aku belum mengenal jelas wajah teman-teman di kelas apalagi nama mereka. Bisa kau membantuku menyebutkan namamu, anu...."
𝘛𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘮𝘢-𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘬𝘶𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘨𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪𝘯𝘺𝘢.
Gadis itu kesal tapi dia hanya menghembuskan nafas pelan untuk melampiaskannya.
"Aku Kuriyama Konoha, aku harap kau tidak melupakan namaku dengan cepat seperti ini!"
Aku mengangguk beberapa kali dan segera meminta maaf padanya atas kepayahanku.
"Ya, aku akan mengingatnya dengan baik mulai sekarang, Kuriyama-san. Selamat pagi."
"Hm....hm....hm....ini agak mengecewakan tapi, sudahlah. Selamat pagi Tsugumi-kun! Kita berjalan bersama-sama, ya?"
Aku hanya menanggapi dengan mengangguk sekali. Ini pertama kalinya ada seorang gadis berjalan bersamaku ke sekolah, tapi ini bukan pertama kalinya seorang 'gadis' berjalan bersamaku tepat di sebelahku.
Amakusa-san adalah yang pertama melakukannya bersamaku dan itu terjadi kemarin.
Rambut gadis ini juga berwarna cokelat hampir mirip dengan Amakusa-san hanya saja sedikit lebih pendek. Dia gadis populer di kelas dan berteman dengan banyak orang yang ada di sekolah, aku tahu karena aku banyak memperhatikan sekitar seperti yang Kimura katakan kemarin.
Tapi tetap saja aku tidak bisa mengingat namanya dengan baik dan hanya melihat dia sebagai gadis populer yang cepat akrab dengan orang lain.
"Ngomong-ngomong ini pertama kalinya aku bicara santai dengan Tsugumi-kun, aku selalu melihatmu bicara hanya dengan Kimura-kun,"
"Y-ya....."
"..Hei, kudengar kau sangat berbakat dalam menggambar bukan? Kenapa kau tidak mengikuti salah satu klub seni yang berkaitan dengan itu? Tapi....klub manga juga tidak buruk untuk bakatmu, kau bisa membuat manga terbaik."
Terdengar mudah dikatakan daripada dilakukan. Pertimbangan selama satu tahunku di sekolah juga terkait dengan mengikuti aktivitas klub, sayangnya aku tidak memiliki banyak waktu untuk itu karena pekerjaanku.
Tidak ada yang mengetahui siapa aku soal masalah pekerjaan, kecuali Kimura, dia tahu kalau aku memiliki pekerjaan. Bukan hanya Part-time-job (pekerjaan paruh waktu) - layaknya remaja pada umumnya, melainkan pekerjaan tetap sebagai seorang ilustrator.
Lebih karena aku tidak ingin banyak orang mengetahuinya.
Tapi jika dia sampai mengetahui bakatku dalam menggambar sampai merekomendasikan klub padaku, aku tidak bisa tidak mengatakan kalau dia memperhatikanku. Kalau memang benar dia tidak memperhatikanku, maka dia tidak tahu siapa aku dan apa bakatku, aku bukan siswa mencolok di kelas sama sekali.
𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯, 𝘫𝘢𝘥𝘪...𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱𝘪𝘯𝘺𝘢?
Kuriyama-san tidak melihatku lagi dan bersenandung kecil sambil menggoyangkan tas sekolah ke depan-belakang. Dia masih tersenyum.
"Hmmm...kau tidak perlu memikirkan responmu terhadap apa yang kuketahui, hahahah....tapi bicara soal menggambar...."
"?"
Dia menahan kalimatnya yang membuatku bertanya-tanya sambil berharap. Entah apa itu harapan bagus atau sebaliknya, aku ingin dia segera mengakhiri topik ini dan tidak menggali lebih dalam. Bisa jadi akan semakin merepotkan untukku.
"....kebetulan temanku mencari seseorang untuk melengkapi bukunya. Dia bukan gadis sekitar sini dan rumahnya lumayan jauh dari sini, dia lebih muda dariku. Mungkin kau bisa membantunya, Tsugumi-kun,"
"M-maaf?"
"Mooouuuu.....lagi-lagi, kaauuuuu...Biar langsung kukatakan saja. Namanya Amakusa-Chan, dia bilang kalau membutuhkan seseorang yang bisa menggambar untuk menyelesaikan buku yang dia terbitkan, kurasa kau-"
"Tunggu..... A-Amakusa-san? Maaf, apa aku tidak salah dengar?"
Kuriyama-san menggeleng kuat beberapa kali dan meyakinkan aku kalau dia mengatakan padaku tentang itu benar.
Menurutku, dengan yang dikatakannya sebelum menyebut namanya memang memiliki ciri-ciri yang sama. Tapi setelah menyebut namanya aku jadi yakin kalau itu benar Amakusa-san yang kukenal.
𝘈𝘮𝘢𝘬𝘶𝘴𝘢-𝘴𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘮𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘒𝘶𝘳𝘪𝘺𝘢𝘮𝘢-𝘴𝘢𝘯? 𝘌𝘩𝘩𝘩..
"Buku seperti apa yang dia inginkan untuk mengubahnya menjadi sebuah gambar?"
Melihat ke langit sambil bergumam panjang dan memutar bola matanya, dia berusaha mengingatnya kembali.
"Aku tidak begitu yakin.....kalau tidak salah....ahh...buku populer di kalangan remaja sekarang, itu.... Light Novel? Ah yaaa, itu dia sebuah Light novel!!"
Kriiiiinnggggg!
Tanpa terasa kami sudah sampai di sekolah dan bel sudah berdering sangat nyaring.
𝘒𝘦𝘣𝘦𝘵𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘤𝘢𝘮 𝘢𝘱𝘢 𝘪𝘯𝘪?!
*****
Tidak terasa hari ini adalah hari pertama kami bekerja sebagai tim. Aku sudah berada di stasiun tempat dimana dia berada dan sedang menunggunya pulang dari sekolah, cuaca hari ini sedikit mendung. Kurasa sebentar lagi akan hujan.
Hari Kamis di minggu pertama aku bekerja dengan seorang partner.
Dalam satu minggu sejak aku bertemu dan membuat kesepakatan kerja maupun pribadi dengannya, banyak hal yang membuatku berpikir keras dan selalu penasaran tentang bagaimana adegan selanjutnya untuk memecahkan rasa penasaranku.
𝘔𝘦𝘭𝘦𝘭𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯, 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪. 𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘢𝘯𝘦𝘩 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩.....
𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘦𝘯𝘵𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘺𝘶𝘮 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘬𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.
"Maaf membuatmu menunggu, Tsugumi-san! Untung saja...."
Dia...yang melambaikan tangan dan berlarian kecil ke arahku.....membuat satu minggu ini menjadi sangat lama, hanya untuk menjawab sebuah pertanyaan.