Entah bagaimana ceritanya, tahu-tahu kini Ali mengantarkannya hanya sampai di depan gedung apartemen.
"Kalau begitu aku langsung pulang ya," kata Ali.
Tadi mereka sedikit berdebat dengan siapa yang akan membayar, dan berujung bayar sendiri-sendiri.
"Ya," sahut Xena.
Baru saja Xena berbalik, Ali tiba-tiba memanggilnya.
"Boleh minta nomor ponselmu?"
"Tapi aku tidak punya ponsel," ujar Xena.
"Apa?"
"Aku tidak punya ponsel."
"Jadi selama ini menghubungi keluargamu bagaimana?"
"Aku tidak punya keluarga."
Ali mengerjap.
"Teman?"
"Aku tidak punya teman."
Xena menegadah, ada tetesan hujan turun.
"Hujan cepatlah pulang," katanya berlari masuk sebelum hujan makin deras. Ia hanya tak ingin pemuda itu jadi basah kuyup hanya karena mereka saling bicara.
Lagipula yang dibahas juga tidak penting.
"Malam neng," sapa sang satpam pada Xena. Gadis itu hanya mengganguk sebelum pergi.
Si satpam menoleh sekilas ke arah Ali.
Ia mengenalnya, pemuda itu karyawan di minimarket depan, jadi tentu ia ingat.
"Butuh perjuangan panjang untuk dekat dengan gadis itu," gumamnya merasa cukup terharu dengan apa yang Ali lakukan.