Mengikuti pelajaran bukan hal yang sulit untuk Xena sendiri. Ia bisa mengikutinya.
Saat ini ia tengah belajar pelajaran sejarah, gurunya sudah sepuh, umurnya sudah enam puluh tahun, dan ini adalah tahun terkahirnya mengajar sebelum ia pensiun, meski ia sudah tak lagi muda, namun semangatnya belum surut sedikit pun, suaranya tetap lantang ketika menceritakan beberapa hal tentang perjuangan dan sejarah.
Sorot matanya tajam. Hingga membuat anak-anak sama sekali tak mengantuk. Karena biasanya kebanyakan dari mereka tak menyukai pelajaran itu karena dianggap membosankan.
Namun ia bisa membawanya dengan baik, gaya mengajarnya juga santai diselipi dengan beragam humor.
Saat tengah-tengah berada dalam pelajaran, seseorang pun masuk, dia tak lain adalah salah satu anggota OSIS, dia bilang ingin membagikan sesuatu yang harus ditandatangani.
Ada satu acara yang jarang diikutinya ketika bersekolah yang tak lain adalah berkemah. Dan sekarang sekolahnya mengadakan acara itu.
Masing-masing murid mendapatkan satu, Xena menatapnya tanpa ekspresi.
"Ini menyenangkan kau harus ikut," kata Echa.
Ia memang mengemari acara semacam ini, bukan hanya itu saja, ia dari SMP selalu mengikuti acara itu.
"Sepertinya aku tidak akan ikut," ucap Xena menyahut.
"Loh, kenapa? ini kan acara wajib" tanyanya bingung.
"Aku tidak punya wali, jadi tidak ada yang bisa menandatangi ini," ucap Xena seketika membuat yang lain terdiam.
Mendengar hal itu, Echa tak bisa mempercayainya dan ia sendiri sedang berada di salah satu ruang guru, sembari Sasa mengalihkannya pandangan gurunya, Echa pun melihat berkas Xena yang kebetulan memang ada di meja.
Dan seperti ucapan Xena, ia tak memiliki wali dan tempat itu kosong.