Tristan berdiri tegak di bawah pohon di sebelah sungai sambil menutupi adiknya dengan tubuhnya. Saat ini, dia menatap kapal abu-abu yang terbang semakin dekat setiap detiknya.
Melihat benda terbang yang datang itu, Layla bertanya, "Apakah mereka datang untuk menangkap kita? Bukankah kita harusnya mulai lari?"
Mendengar pertanyaan Layla, Tristan hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan muram, "Tidak... Sepertinya kita tidak bisa, Layla. Kurasa kita tidak bisa berlari lebih cepat dari mereka."
Sebelumnya, Tristan sempat khawatir soal adiknya. Sekarang adiknya ini sudah bangun di sebelahnya, mungkin yang terbaik bagi Tristan dan Layla adalah mendengar apa yang mereka inginkan dari mereka.
Tristan sendiri bertanya-tanya siapa yang ada di dalam kapal yang datang menjemputnya. Apakah itu si goblin? Para Space Knight? Yang manapun, keduanya mungkin bukan kabar baik.
Oleh karena itu, Tristan memegang erat tangan adiknya dengan salah satu tangannya sementara tangannya yang lain menggenggam pedang besar itu. Semua persiapan ini untuk berjaga-jaga jika mereka perlu berlari atau bertarung.
Kapal berbentuk persegi panjang itu dengan cepat mendekat dan perlahan turun di depan mereka tepat di seberang sungai yang mengalir. Tristan bisa melihat air memercik ke mana-mana karena kapal itu. Suara dengungan yang keras sedikit membuat telinga Layla sakit sementara angin yang datang dari kapal mengacak-acak rerumputan dan pepohonan di sekitarnya.
Rupanya, kapal itu tidak berencana untuk mendarat karena benda itu melayang satu meter di atas tanah. Perlahan-lahan kapal itu berbalik ke arah mereka berdua dan Tristan bisa melihat Cursaac berdiri di kokpit. Apalagi, goblin terkutuk itu juga menatapnya.
Sesaat kemudian, suara Cursaac terdengar dari kapal, mungkin melalui semacam pengeras suara.
"Blood elf, aku senang melihat adikmu selamat."
Setelah mendengar kata-kata goblin, kekhawatiran di dalam pikiran Tristan segera menghilang sehingga dia tersenyum tipis. Keputusan si goblin untuk tidak mendaratkan kapal membuatnya menyimpulkan bahwa si goblin tidak memiliki cukup kekuatan untuk menangkapnya.
Oleh karena itu, si goblin mencoba menggunakan cara paling dasar ketika seseorang tidak memiliki keunggulan di pihaknya, yaitu persuasi. Ini juga berarti goblin terkutuk itu entah bagaimana berhasil mengakali para Space Knight itu dan hanya dewa yang tahu apa yang terjadi pada mereka. Oleh karena itu, meskipun mengetahui ia berada di pihak yang unggul, Tristan masih harus waspada agar dia tidak berakhir seperti para manusia malang itu.
Tidak peduli apakah si goblin bisa mendengarnya atau tidak, Tristan berteriak, "Apa yang kau inginkan?!"
Jelas bahwa goblin dapat mendengarnya saat dia menjawab, "Wahai Penguasa Darah, Blood Elf, aku hanya menginginkan yang terbaik untukmu.. Kau harus ikut denganku. Planet ini tidak aman!"
Tristan terdiam sejenak, seolah dia memikirkan saran goblin itu. Kemudian, dia berkata, "Aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas ditengah semua kebisingan ini! Turunlah dan kita bisa bicara!"
"Kekekek! Kau benar-benar pintar, Blood Elf. Tapi sayangnya, aku tidak akan tertipu trik itu dua kali."
Mengetahui bahwa rencananya telah gagal sebelum bisa dimulai, Tristan memilih rencana kedua, "Yang kami inginkan hanyalah kembali ke rumah! Jika kau tidak bisa membantu, jangan ganggu kami!"
Seolah-olah dia baru saja mendengar lelucon paling lucu abad ini, si goblin tertawa, "Kekekek! Blood Elf, oh, Blood Elf.. Kau tidak tahu betapa pentingnya dirimu saat ini. Tahukah kau bahwa kau akan selalu diburu? Baik oleh manusia atau elf hanya karena kau hidup? Sekali lagi, kau harus ikut denganku. Itu akan jauh lebih aman untukmu, dan adik perempuanmu tersayang."
"Tidak, terima kasih! Aku akan mengambil risiko."
Tentu saja, Tristan menolak tawaran 'baik hati' yang diberikan si goblin kepadanya. Hal yang paling ditakuti Tristan saat ini adalah si goblin entah bagaimana bisa mendapatkan kembali kendali atas tubuhnya seperti sebelumnya. Jika dia pergi bersama si goblin, Tristan harus berhati-hati sepanjang waktu, yang pada akhirnya hanya akan melelahkannya.
Menyadari bahwa Tristan telah mengambil keputusan, Cursaac berteriak, "Kau akan menyesali ini, Blood Elf!"
"Tidak, aku tidak akan menyesal!!" Tristan membalas.
Sebelum kapal berbalik dan terbang menjauh, goblin itu mengatakan kata-kata terakhirnya kepada Tristan, "Aku sangat berharap kau masih hidup saat aku kembali, Blood Elf."
Untuk sesaat, Tristan sebenarnya sedang mempertimbangkan untuk melemparkan pedang di tangannya melalui kaca depan kokpit, berharap itu bisa membunuh goblin. Namun, berpikir bahwa si goblin adalah satu-satunya hal yang menghubungkan identitas kemanusiaannya sebelumnya dan identitas Elfnya saat ini, Tristan percaya masih akan ada peran penting bagi si goblin untuk masa depannya. Karena itu, dia memutuskan untuk membiarkan goblin itu pergi.
Melihat kapal yang semakin jauh, Layla menarik kain celana Tristan dan bertanya, "Apakah kita aman sekarang, Tris?"
Tristan berbalik dan menatap adiknya, "Kau akhirnya memanggilku dengan namaku lagi.."
"Yah, setelah mendengar semua itu.. Persetanlah Tris! Aku tidak bodoh!"
Tepat ketika Tristan mengira mereka akhirnya bisa beristirahat sejenak dengan tenang, pendengarannya yang meningkat menangkap suara-suara hentakan dalam jumlah besar dari kejauhan.
"Kurasa kelompok elf tiba.." gumam Tristan sedih.
"Elf?" Layla bertanya, rasa ingin tahu jelas memenuhi dirinya.
"Ya... si goblin tampaknya berkata jujur soal bagian aku akan selalu diburu."
Tristan dengan cepat memikirkan sebuah ide, dia memanggil harimau putih dan memerintahkannya untuk berlari cepat menyusuri sungai. Sementara itu, dia membawa adiknya ke dalam pelukannya, dan dengan cepat berlari ke hutan yang berlawanan dengan arah harimau itu pergi. Dengan begini, Tristan berharap bisa menipu para elf dan menjauhkan mereka dari jejaknya.
Namun, Tristan agak sedih berpisah dengan harimau itu, karena dia tahu ada kemungkinan besar dia tidak akan bisa mendapatkan harimau itu kembali. Lagi pula, Tristan memang mengonsumsi banyak Blood Essence untuk mendapatkannya dan harimau itu sangat membantu selama petualangan mereka. Tapi lagi-lagi, keselamatan mereka harus diutamakan.
Dua bersaudara, atau lebih tepatnya, Tristan dengan Layla di pelukannya berlari tanpa henti melalui hutan seperti embusan angin.
Layla kaget melihat kemampuan kakaknya. "Kak... Kau benar-benar cepat. Hebat sekali.. Jadi, apakah kau semacam superman sekarang?"
"Tidak juga... Lebih cocok disebut super elf."