"oke, ladies. Sudah saatnya botol ajaib ini untuk diputar. Aku tidak ingin menundanya lebih lama lagi. Tantangan kali ini, siapa yang kalah, dia harus menerima semua perintah dari kita semua." Emily membuka suaranya. Dia tidak ingin sibuk dengan pria yang diincar oleh Auristella. Ketika nanti Auristella mendapatkan kekalahannya, baru dia yang akan menjadi wanita paling sibuk untuk memberikan tantangan terberat padanya.
"Aku setuju," ujar Gudytha menanggapi.
"Karena di sini kita berempat, maka yang kalah kali ini harus melakukan empat kegiatan yang diberikan. Jika tidak, hal mustahil yang pernah kita bicarakan harus disetujui. Bagaimana?" lanjut Gudytha. Bertanya pada yang lain.
"Deal." Cristal menyetujui.
"Bagaimana, Auri Kitty? Apa kamu setuju? Sepertinya kamu gelisah kali ini akan mendapatkan kekalahan. Jika kamu takut, sebaiknya kamu mundur dari sekarang," ucap Violeen sembari memandang Auristella yang sepertinya sedang duduk dengan gelisah.
Perkataan dari Violeen, membuat ketiga rekannya bersamaan melihat ke arah Auristella. Dan benar saja, wanita itu terlihat gelisah dengan wajah memerah dan keringat yang mulai muncul di keningnya.
"Kamu baik-baik saja, Auri Kitty?" tanya Cristal dengan keningnya yang berkerut.
"Tentu. Aku tidak masalah dengan peraturan itu. Sekarang, ayo kita lanjutkan saja permainan ini." Auristella mencoba untuk bersikap biasa saja. Meskipun sebenarnya dia sangat merasa tidak nyaman dalam dirinya. Entah apa yang terjadi, Auristella merasakan udara disekitarnya sangat panas.
"Jika semuanya sudah setuju, ayo kita lanjutkan permainan ini," ucap Gudytha dengan semangat. Semua orang beralih menatap botol yang sudah diputar oleh Emily. Tapi Cristal, sesekali dia melirik ke arah Auristella yang sepertinya terlihat tidak nyaman.
"Kamu yakin baik-baik saja Auri?" tanya Cristal kembali. Dia melihat sepertinya Auristella semakin kepanasan. Keringat yang keluar dari keningnya terlihat semakin banyak. Dan cara duduk wanita itu, seperti orang yang sedang menahan sesuatu.
"Oh, shit. Botolnya terlalu lama berputar," umpat Emily meruntuki botol yang tidak berhenti berputar sejak tadi.
"Kamu yang memutar, kenapa kamu harus marah Nona Dorothy?" Violeen berkata dengan nada mengejek kepada Emily. Matanya melirik ke arah Auristella. Dia heran melihat sikap Auristella yang aneh. Dia seperti mengetahui sesuatu, tapi tidak mau menyimpulkan terlalu cepat.
"Aku akan pergi ke toilet. Aku harap kalian tidak curang dalam permainan ini, lalu membuatku kalah," ucap Auristella dengan suara sedikit serak. Kemudian dia terlihat terburu-buru pergi dari sana.
Entah apa yang terjadi pada Auristella. Yang pasti, sikapnya membuat keempat sahabatnya memandang dia aneh. Mereka berempat melihat ke arah Auristella pergi, sampai wanita itu tidak terlihat. Bahkan semuanya, sampai melupakan tentang botol yang sudah di tunggu untuk berhenti sejak tadi.
Berbagai dugaan terlintas di pikiran mereka. Tapi tidak satupun ada yang membuka suara untuk membahas apa yang dialami Auristella. Mereka hanya diam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Setelah itu keempatnya saling melirik satu sama lain sembari memainkan alisnya. Emily dan Gudytha, mereka menaikkan kedua bahunya pertanda tidak mengetahui apa yang sedang terjadi pada Auristella.
Sedangkan Cristal, dia menatap curiga pada botol wine yang diminum oleh Auristella. Kemudian Violeen dengan cepat mengambil botol itu, dia menuangkannya kedalam gelas Auristella dan mencium baunya. Violeen mengernyitkan keningnya.
"Tidak masalah. Tidak ada yang aneh dari minuman dan gelas ini." Violeen membuka suaranya menjawab pertanyaan tidak terucap dari ketiga sahabatnya.
"Kita tunggu sebentar lagi. Jika Auristella terlalu lama pergi ke toilet, baru kita akan menyusulnya kesana." Emily memberikan solusi yang masuk akal dan disetujui oleh semuanya.
"Oh, God," pekik Gudytha dengan suara tertahan ketika melihat botol yang sudah berhenti.
Ketiganya melihat ke arah Gudytha dan langsung mengikuti arah pandangan wanita itu. Ternyata botol itu berhenti tepat di antara Cristal dan Auristella. Tapi lebih mengarah ke tempat duduk Auristella.
Mereka saling berpandangan dan tersenyum semangat. Ini yang mereka harapkan, kekalahan untuk sang ratu pemilik hoki. Tapi kemudian, gelengan kepala dari Emily membuat senyum ketiganya memudar. Ada apa? Pikir mereka.
"Kita tidak bisa menjatuhkan kekalahan kepada Auristella. Dia sedang pergi dan dalam keadaan yang tidak nyaman."
"Untuk kebaikan semuanya, lebih baik kita memutar botol ini lagi ketika dia sudah datang. Jika memang malam ini adalah kekalahannya, botol ini pasti akan kembali mengarah pada Auristella."
"Tapi kalau dia mengalami keberuntungan, malam ini dia akan selamat dari semua taruhan ini."
Emily berkata dengan bijak. Meskipun mereka tidak melakukan kecurangan, tapi kekalahan yang diterima oleh orang yang sedang pergi, tidak akan terasa etis. Bisa jadi mereka dituduh sudah berbuat curang.
Meskipun sebenarnya, Emily sendiri sudah tidak sabar untuk melihat Auristella mendapatkan kekalahannya. Tapi dengan terpaksa dia harus mengambil keputusan ini. Karena jika tidak, Auristella tidak akan terima ketika mereka memberikan tantangan yang berat untuk dilakukan.
"Sialan. Kenapa jadi seperti ini," umpat Gudytha. Dia kesal dengan keputusan Emily. Tapi yang dikatakan sahabatnya itu memang benar. Sehingga mau tidak mau, dia menyetujui itu.
Sedangkan Violeen, meskipun dengan berat hati menerima kebijakan Emily, dia tetap menyetujuinya. Demi untuk memberikan tantangan kepada Auristella sesuai keinginannya nanti. Violeen hanya diam saj menyandarkan tubuhnya ke sofa.
Cristal, dia tidak peduli apa yang dikatakan para sahabatnya. Dia hanya menyetujui saja apa yang menjadi keputusan mereka. Saat ini fokusnya hanya melihat ke arah toilet, tempat yang didatangi oleh Auristella. Dia khawatir kepada sahabat yang satu itu. Karena pergi dalam keadaan yang sepertinya tidak wajar.
"Oh, Tuhan. Syukurlah dia sudah kembali," ucap Cristal bernapas lega melihat Auristella sudah berjalan kembali ke arah mereka.
Waktu yang dihabiskan oleh Auristella untuk ke toilet tidak terlalu lama. Sehingga Cristal tidak khawatir apa yang sudah terjadi di sana. Karena jika dirinya yang pergi ke toilet, juga membutuhkan waktu sebanyak yang Auristella pakai tadi.
***
Auristella berjalan cepat ke toilet. Dia sangat gelisah merasakan ketidaknyamanan dalam dirinya. Keringat sudah bercucuran dari kening. Tubuhnya juga terasa panas dan gerah.
Tidak tahu apa yang sedang terjadi pada tubuhnya, yang terpenting bagi Auristella sekarang, dia harus ke toilet untuk menenangkan diri. Auristella tidak sadar, jika dirinya sedang di perhatikan dan di ikuti oleh seseorang dari arah belakang.
"Ya ampun. Apa yang terjadi padaku? Kenapa tubuhku rasanya panas sekali?" tanya Auristella pada diri sendiri sembari terus berjalan ke toilet. Sesekali dia mengipasi lehernya yang terasa gerah.
"Aku tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya."
"Jika aku tidak tahan dengan kadar alkohol pada wine yang aku minum, sudah pasti sejak dulu aku merasakan seperti ini."
"Tapi kenapa aku hanya merasakannya sekarang. Sedangkan sebelumnya aku selalu beri baik saja," gumam Auristella.
Auristella selalu membatasi dirinya dalam meminum wine. Sehingga dia tidak pernah terlalu mabuk sehabis pulang dari klub malam. Tapi kali ini, dia merasakan ada yang aneh pada tubuhnya meski dia tidak tahu apa itu.
"Aaakkhh."
"Hhmmpptt," teriak Auristella ketika tubuhnya tiba-tiba di tarik ke dalam oleh seseorang. Kemudian Auristella merasa ada yang membekap mulutnya. Dia ingin meronta dan berteriak, tapi tenaganya kalah oleh seseorang yang tidak diketahui siapa itu.
"Aku akan membantumu menghilangkan rasa panas dalam tubuhmu."
Bisikan di telinganya dengan suara yang berat itu membuat bulu kuduk Auristella berdiri. Dia hanya bisa pasrah, lalu kemudian melepaskan diri ketika musuh sudah lengah. Pikir Auristella.