"Bagaimana, Auri? Apa kamu menyetujui perjanjian yang aku tawarkan?"
Dalam keadaan yang masih mempertahankan kesadarannya, Auristella mencoba mencerna baik-baik ucapan dari pria yang menurutnya tidak asing ini. Menurutinya, berarti setuju dengan semua yang dia katakan. Kalau tidak, Auri tidak yakin bagaimana dia akan berakhir saat ini.
"Baiklah, Tuan. Saat ini aku masih memiliki sedikit kesadaranku dalam mengambil keputusan. Aku menyetujui perjanjian kita."
"Setelah selesai pesta bersama teman-temanku, aku akan menemuimu di hotel dan melanjutkan kegiatan kita dalam keadaan sadar. Bagaimana? Apa jawabanku itu cukup untukmu?"
Auristella sudah tidak tahan. Tubuhnya terasa semakin gerah. Entah apa yang terjadi, dia sendiri tidak tahu bagaimana bisa seseorang memberikan obat perangsang padanya.
"Keputusan yang bagus, sweety." Avnan menyeringai senang. Dia sudah berhasil menjerat wanita itu, sebentar lagi hanya tinggal menunggu waktu untuk mengeksekusinya.
"Sekarang, bisakah Anda bantu aku untuk membuang rasa panas di tubuhku?"
"Tentu saja, sweety. Semua seperti yang kamu inginkan. Tapi jangan salahkan aku jika kamu tidak tahan, selalu meminta kita untuk bermain di tempat ini setelahnya."
"Itu tidak akan pernah terjadi, Tuan. Kita hanya akan bermain ketika sudah sampai di hotel. Bukan di tempat seperti ini," ucap Auristella dengan kepercayaan dirinya yang tinggi.
"Kita buktikan saja, Nona cantik. Siapa yang benar dalam tebakan kita kali ini."
Setelah mengatakan itu, Avnan langsung mencium ganas seluruh leher jenjang Auri. Turun ke bawah dan kembali melahap rakus dua benda menggantung yang biasanya selalu dia tetap dari jauh dengan penuh minat.
Avnan tidak mau menyerang terlalu banyak bibir Auristella. Kalau dia sampai melupakan batasannya, para sahabat wanita itu pasti akan curiga dengan keadaan bibirnya yang membengkak setelah keluar dari toilet. Dia juga tidak meninggalkan bekas kissmark di dada Auri. Alasannya masih sama, pakaian terbuka yang digunakannya bisa mengekspos jelas jejak yang dia tinggalkan.
"Kamu sangat nikmat, Auri. Hanya dengan cara seperti ini kamu akan terbebas dari pengaruh sialan itu. Aku tidak bisa membayangkan, seperti apa nikmatnya kalau kita sampai ke tahap inti."
Avnan bergumam sembari terus memberikan sentuhan tangan dan bibir di tubuh Auristella. Dan kegiatannya di sambut dengan berbagai desahan kuat Auri yang meminta lebih sentuhan Avnan.
"Tuan, dia berkedut. Aku tidak bisa menahannya."
"Baiklah, Auri. Aku akan menyapa hangat dia di bawah sana."
Avnan berjongkok menggantikan tangannya yang sejak tadi menyentuh halus milik Auristella. Dia melepaskan celana dalam yang digunakan wanita itu. Setelahnya, Avnan mengangkat kaki kiri Auri Dan meletakkan di bahunya.
Tangan kanan Avnan bermain di atas puncak gunung Auristella. Sedangkan wajahnya mulai maju ke depan, lalu menjulurkan lidahnya untuk memberikan apa yang di inginkan Auri. Sekaligus merasakan sensasi pertama dengan bagian terdalam perempuan yang menurut banyak orang, dia misterius untuk didekati.
'shit. Kami sangat harum, Auri. Bahkan rasa milikmu sangat manis. Aku tidak yakin akan aku rela melepaskannya setelah pencapaianmu,' umpat Avnan membatin. Dia tidak pernah membayangkan jika rasa dari milik Auristella malah membuat dia melayang. Bukan sebaliknya.
'sepertinya aku yang tidak akan tahan untuk menunggu kita bermain di hotel. Jika seperti ini, kamu yang akan benar dalam tebakan kita. Aku bisa lepas kendali saat terus berada di bawah milikmu yang nikmat ini,' lanjut Avnan membatin.
"Tuan, lebih dalam lagi. Lebih cepat. Aku merasakan sesuatu yang, aakkhhh ...." Perkataan Auristella disela desahannya terpotong ketika Avnan memasukkan lebih dalam lidahnya di sana.
'sial! Semakin kesini, kamu semakin nikmat.'
"Terus, Tuan. Yah, sebentar lagi, Tuan."
Auristella berbicara sembari terus mendesah. Tapi dia mengerutkan keningnya, saat merasakan sesuatu yang asing baginya. Yah, Auri merasa seperti orang yang sedang ingin buang air kecil. Semakin Avnan cepat bermain di bawah, rasa itu mendesak untuk keluar.
Tapi, Auristella merasakan nikmat yang membuat dia melayang di udara. Hanya saja, kenikmatan itu harus terganggu oleh desakan ingin buang air kecil yang datang. Dan sepertinya, obat penawarnya sudah hampir bereaksi sepenuhnya.
"Okey, cukup! Aku, ingin buang air kecil, Tuan. Cukup sampai di sini saja."
"Jangan menahannya, sweety. Keluarkan dia untukku. Aku akan dengan senang hati menyambutnya."
Avnan tahu apa yang sedang dirasakan Auristella. Wanita itu hampir mencapai puncak kenikmatannya. Hanya saja, perkataan Auri membuat dia sedikit berpikir aneh. Tapi Avnan segera menghilangkan pikiran aneh itu dengan terus mempercepat gerakan lidahnya.
"Tidak, Tuan. Cukup di sini saja. Saya sudah tidak tahan. Saya ingin buang air kecil dulu, Tuan. Tolong hentikan ini sekarang."
Auristella menahan kepala Avnan yang ada di bawah. Tapi pria itu malah semakin mempererat cengkeramannya pada bongkahan belakang miliknya.
"Oh ... Aku – aku sudah tidak tahan lagi untuk."
"Aaakkhh. Oh yah huh."
Auristella yang tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya terpaksa melepaskan sesuatu yang dianggap sebagai cairan air kecil. Tapi anehnya, cairan itu terasa sangat nikmat ketika dia mengeluarkannya.
'apa ini yang mereka bilang sebagai puncak kenikmatan wanita?' batin Auristella bertanya.
'sial! Bahkan aku tidak tahu jika rasanya senikmat ini.' Auristella mengumpat seraya memejamkan matanya menikmati belaian lidah Avnan di bawah sana.
'Mengapa aku menjadi wanita paling kudet untuk hal semacam ini. Pantas saja mereka selalu ketagihan untuk merasakan hal seperti ini berulang kali,' lanjutnya membatin. Sesaat setelahnya, Auri tersadar apa yang sedang dilakukan bersama pria itu. Dia membuka cepat matanya dan melihat ke bawah.
Mata Auri membulat lebar melihat seseorang sedang berada pada miliknya dan membelai hangat. Obat penawar sudah bekerja sepenuhnya pada tubuhnya.
Sedangkan di bawah sana, Avnan masih terus menikmati cairan pelepasan milik Auristella. Dia tidak membiarkan satu tetes pun cairan itu jatuh dari jangkauan lidahnya. Bahkan saat ini, Avnan seperti tidak rela untuk berpisah dari surga dunia yang begitu nikmat dia rasakan.
"Tu ... Tuan," panggil Auristella dengan suara yang terbata. Dia seperti mengenali pria ini. Hanya saja, sebelum memastikan wajahnya, Auri menahan diri.
"Kenikmatan terakhir, sweety."
Deg!
Tubuh Auristella menegang mendengar suara pria di bawah. Dia sangat mengenali suara ini. Lalu dengan gerakan perlahan, Auri menarik kepala yang ada di sela pahanya menjauh.
"Sudah selesai, Sweety. Bagaimana? Kamu sepertinya begitu menikmati sampai melupakan aku yang menahan sesak di dalam celanaku." Avnan menyeringai senang dan berbicara sesantai mungkin. Dia mendongak ke atas melihat wajah Auristella yang puas dengan pelepasan itu namun terselip wajah terkejut di sana.
"Anda?"
"Yah, Auri. Kita sudah selesai mengeluarkannya. Dan sepertinya kesadaranmu sudah pulih sepenuhnya." Avnan berdiri dari posisinya. Kini mereka saling berhadapan dengan ekspresi masing-masing yang sulit diartikan.
'bagaimana bisa aku berakhir dengan dia?' batin Auristella bertanya-tanya.
'atau jangan-jangan, dia yang melakukan ini. Dia yang mencampurkan obat perangsang itu kepadaku. Lalu bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan,' batinnya tidak tenang. Dadanya bergemuruh hebat, dengan fakta yang dia pikirkan benar adanya.
Napas Auristella kembali memburu. Tapi ini berbeda dari sebelumnya. Sekarang terdapat emosi dalam setiap tarikan napasnya.