Chereads / Impoten Without You / Chapter 10 - Impoten Without You part 10 Godaan seluruh tubuh yang indah

Chapter 10 - Impoten Without You part 10 Godaan seluruh tubuh yang indah

Menyadari ada benda yang membelai dan masuk ke dalam miliknya di bawah, Auristella membelalakkan matanya lebar. Dengan cepat dia menepis kasar tangan Avnan yang ada di bawah. Saat ini Auri baru menyadari jika dia tidak memakai celana dalam.

"Anda sangat tidak sopan, Tuan. Untuk ukuran pria terhormat seperti Anda, hal seperti ini sangat tidak pantas untuk dilakukan!" Auristella berbicara tegas tanpa rasa takut sedikit pun. Kemudian dia melihat ke sekelilingnya, mencari di mana celana dalamnya berada.

"Kenapa sampai bisa terlepas, sih," desis Auristella dengan suara yang sangat pelan.

"Untuk apa kamu menepisnya, Auri. Bukankah kamu tadi sangat menikmatinya? Bahkan kamu yang memintaku untuk memuaskan di bagian itu."

"Dan apa kamu bilang? Aku tidak sopan kepadamu? Bagian mananya aku tidak sopan, Sayang?"

Semua perkataan Avnan berhasil menarik perhatian penuh Auristella. Bahkan wanita itu, melotot tidak terima dengan kata-kata santai yang keluar dari mulut pria itu. Tapi Avnan, dia sama sekali tidak marah ketika Auristella bersikap begitu. Baginya hal seperti ini wajar, karena tadi dia pasti tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan.

Avnan maju ke depan untuk mencium kedua mata Auristella yang melotot kepadanya. Setelah merasa wanita itu memejamkan mata, Avnan menarik wajahnya untuk sedikit mundur membuat jarak di antara mereka. Ingat, hanya sedikit. Setelah itu dia membuka suaranya.

"Jangan melebarkan matamu kepadaku, Sweety. Itu akan sangat tidak baik nantinya," ucapnya dengan suara yang begitu lembut.

"Kamu mencari ini, Sweety?" tanya Avnan sembari mengeluarkan celana dalam Auristella dari dalam saku celananya.

"Kamu mengambil milikku," desis Auristella memicingkan matanya. Tapi pipinya merah merona karena malu, barang pribadi yang tidak seharusnya dilihat oleh orang lain, sekarang ada dalam genggaman seorang pria.

"Aku hanya menyimpannya untuk berjaga-jaga. Memangnya kenapa? Kamu ingin memakainya? Baiklah mari aku pakai kan sekarang." Avnan menyingkap dress di atas lutut Auristella ke atas. Dia sudah berjongkok hendak memakaikan wanita itu celana dalamnya.

"Hei, kamu ini apa-apaan! Tentu saja aku malu jika seperti ini," ucap Auristella dengan pelan. Dia memalingkan wajahnya merasa malu dan berusaha menutupi pipinya yang semakin merona.

Avnan menarik diri. Dia kembali berdiri namun merapatkan tubuh mereka. Sampai pada miliknya yang masih mengeras berada tepat di paha Auristella. Perlahan dan sedikit menekan, Avnan menggesekkan miliknya agar wanita itu dapat merasakan bagaimana dia sudah menahan hasratnya sejak tadi.

"Untuk apa kamu malu kepadaku, Sweety. Tidak perlu lagi ada yang ditutup-tutupi dariku. Aku sudah melihat semuanya dengan jelas. Bahkan aku juga sudah merasakan bagaimana surga dunia milikmu. Ternyata rasanya begitu nikmat, sampai aku tidak rela untuk lepas darinya."  Avnan memajukan wajahnya tepat di telinga Auristella. Dia berbisik sensual menggoda.

"Kamu merasakannya bagaimana dia sudah siap bertempur dengan mu, Sweety. Aku akan siap kapan pun kamu mengajakku bermain ke tahap inti kita."

"Itu tidak akan pernah terjadi. Aku tidak akan pernah bermain denganmu kecuali Anda yang memaksaku." Tolak Auristella dengan tegas. Dia tidak bisa banyak berbicara di sini. Semua kata-katanya tenggelam. Walau melawan ucapan Avnan, Auri akan kalah karena dia sudah kalah telak.

"Aku sudah melihat semua seluruh tubuhmu. Gunung kembar yang besar, padat dan sintal, milikmu yang harum dan sangat nikmat. Apalagi yang ingin kamu tutupi dariku? Dua aset berhargamu sudah aku rasakan semuanya."

"Ah, dan satu lagi. Aku sangat menyukai rona merah di pipimu seperti ini. Apalagi ketika dibarengi dengan suara desahan saat mencapai puncak kenikmatan itu."

Semakin lama Auristella mendengar ucapan Avnan, semakin warna merah dipipinya tidak bisa dia tutupi.

'kata-kata yang keluar dari mulutnya semakin tidak terkontrol. Bagaimana aku akan tahan mendengarnya. Tentu saja rona merah di pipiku semakin terlihat. Dia sangat menyebalkan.'

'dan apa katanya tadi, dia sudah melihat seluruh tubuhku?. Oh Tuhan, bahkan Dia bukan siapa-siapaku, tapi sudah mengambil start tanpa seizin dari ku. Kalau dia sudah melihat dua asetku yang sangat penting, apalagi yang bisa aku sembunyikan darinya? Tentu saja tidak ada,' batin Auristella menggerutu tidak terima. Dia masih memalingkan wajahnya ke samping. Demi bisa terhindar dari Avnan. 

'miliknya di bawah sudah sangat keras. Aku bisa merasakannya dengan jelas. Tapi kenapa aku malah menginginkan dia. Oh mungkin aku sudah ketularan virus gila miliknya.'

Auristella menarik satu napas panjangnya. Dengan keberanian yang sudah dikumpulkan, dia menatap Avnan. Kini wajah mereka berada sangat dekat. Hanya satu centi saja. Hidung mereka pun sudah menempel.

"Anda sudah selesai berbicara, Tuan? Jika sudah aku ingin pergi dari sini sekarang. Dan aku berharap, semoga kita tidak akan pernah ketemu lagi setelah ini."

Setelah mengatakan itu, Auristella beranjak pergi dari sana tanpa mendengar Avnan.

"Tunggu dulu, Sweety. Kenapa kamu terburu-buru, hmm?"

"Kamu tidak ingin mengambil celana dalam milikmu?" tanya Avnan yang sudah menahan langkah Auristella. Dia seperti pria yang tidak ingin melepaskan wanita itu barang sebentar saja.

"Tidak perlu! Aku sudah tidak membutuhkannya!" Ketus Auristella lalu keluar dari toilet. Dia membanting pintu dengan keras.

"Memangnya aku tidak bisa kalau tidak memakai celana dalam? Itu salah besar. Aku bisa melakukan apa pun dalam kondisi seperti ini," gumamnya setelah berada di luar. Sementara Avnan, dia masih ada di dalam tanpa menimbulkan pergerakan.

Auristella berjalan menuju pintu keluar. Saat ingin melangkah lebih jauh, dia kembali masuk.

"Kenapa rasanya seperti ini. Sangat tidak nyaman sekali. Apa Aku sanggup tidak menggunakan celana dalam lalu bergerak bebas saat bersama mereka?" tanya Auristella pada diri sendiri.

"Aku tidak akan sanggup melakukan hal itu. Pergerakan ku akan terbatas dan mereka akan mencurigai selama aku berada di toilet."

Auristella kembali masuk ke dalam bilik toilet tempat di mana Avnan berada. Dengan wajah kusut dan pipi merona, dia mengatakan hal yang memalukan sembari memalingkan wajahnya.

"Kemari kan celana dalamku!" Ketusnya dengan tangan ke depan meminta paksa.

Mendengar hal itu, Avnan menaikkan sebelah alisnya. Dia tersenyum miring. Ternyata benar tebakannya. Pikir Avnan.

"Bukannya tadi kamu mengatakan tidak butuh ini? Ya sudah. Aku simpan saja kembali. Lalu akan aku pajang di kamar dan menjadi pemandangan pling indah di sana." Avnan memasukkan celana dalam Auristella ke kantong celananya. Terlihat menggoda wanita itu sekaligus mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Kamu membuat kesabaranku habis!" Auristella menatap Avnan cepat. Dia sudah dalam mode wajah seram dan menghilangkan bahasa formalnya. Tapi malah terlihat lucu di mata Avnan.

"Kemari kan sekarang!" Mau tidak mau, Auristella mendekati dan merebut paksa celana dalamnya. Dia memeluk Avnan untuk bisa menggapai kantong celana pria itu. Setelah berhasil, Avnan malah menahannya agar mereka tetap berpelukan.

"Seperti ini lebih baik, Sweety. Aku menyukainya." Avnan memeluk lembut Auristella meski tidak ada balasan pelukan dari wanita itu. Tidak menolak tapi juga tidak membalas memeluk. Tidak dapat di pungkiri Auristella nyaman dalam pelukan Avnan.

"Sudah, Sweety. Kita bisa melanjutkan pelukan ini nanti. Kamu terlihat sangat nyaman sekali."

"Sekarang, pakailah. Mereka pasti sudah menunggu kedatangan mu terlalu lama."

Ucapan Avnan menyadarkan dia dari kenyamanan itu. Lalu Auristella membungkuk sedikit hendak memakai kain yang berada di tangannya.

"Anda jangan mesum. Balik badan. Aku tidak mau memakai di depanmu!" Avnan hanya merespons dengan alis yang di naikkan. Lalu, dengan paksaan, Auristella membalik tubuh Avnan membelakanginya.

Dengan gerakan secepat kilat, Auristella memakai kain itu. Tapi dia tidak sadar, Avnan dapat melihat semua yang dilakukan melalui pantulan cermin yang ada di sana. Senyuman tipis terbit di bibir Avnan. Pria yang jarang berbicara dan jarang tersenyum itu, merasa terhibur dengan tingkah Auristella. Bahkan, semua perkataan ketus itu tidak membuat dia menjadi marah.

'dasar pria mesum. Mencari kesempatan saja. Untung aku wanita yang banyak akal dan tidak takut padanya. Jadi aku bisa memakai celana ini tanpa dia lihat.'