"Maaf, Tuan. Sepertinya saya harus pergi sekarang," ucap Auristella yang hampir saja beranjak dari sana jika tidak ditahan oleh Avnan.
"Kenapa kamu harus terburu-buru, Sweety? Bukankah kamu sangat nyaman seperti ini?" Avnan menahan Auristella dan menggesekkan miliknya. Supaya wanita di atasnya tahu, dia sudah tidak sabar menantikan malam panjang mereka.
Auristella melihat kepada teman-temannya. Terlihat disana Violeen menunjukkan jari tengah kepadanya. Cristal memberikan semangat atau malah ancaman. Karena sahabatnya yang satu itu memperlihatkan kepalan tangannya. Sedangkan Gudytha dan Emily, mereka bermesraan dengan mempraktekkan ciuman bibir. Dan Auristella tahu benar, itu adalah kode untuknya melakukan hal seperti itu. Jika tidak, entah tantangan konyol apalagi yang akan mereka berikan. Bisa-bisa, Dia disuruh bermesraan dengan seorang lesbi. Membayangkan kata-kata itu saja sudah membuatnya bergidik ngeri.
"Oh, ayolah cantik. Untuk apa kamu tetap berdiam diri di situ? Apa kamu ingin aku menggantikan dia di posisi itu?" Seorang pria tampan yang tadi dikira oleh Auristella berciuman dengan Avnan membuka suaranya.
Auristella kepada pria itu, kemudian dia melihat juga kepada Avnan. Tampan, tapi terlihat lebih mengerikan dari Avnan. Jika pria yang sedang dia pandang wajahnya bisa seganas itu, bagaimana dengan dia yang terlihat jelas menatap penuh minat pada dirinya. Tiba-tiba Auristella menggelengkan kepalanya cepat. Sungguh tidak mau berakhir dengan pria yang tidak jelas sepertinya.
Avnan tersenyum sangat tipis melihat reaksi Auristella sesudah membandingkan dia dengan sahabatnya. Tampak jelas di matanya, gadis cantik itu sedang membayangkan rekannya itu.
"Oke, baiklah. Lebih baik aku berakhir dengan Avnan dari pada dia yang mengerikan," lirih Auristella. Dia merasa Avnan tidak akan dengar dengan gumaman itu. Mengingat suara musik di sana terdengar sangat keras.
"Oh, Tuhan. Aku melakukan ini untuk tidak curang pada permainan mereka. Tapi setelah ini, Aku tidak akan lagi bermain dengan kekalahan yang konyol seperti ini," lanjutnya bergumam dengan lirih.
Avnan membiarkan Auristella tenggelam dengan pemikirannya. Hingga saat semua lirihan itu, dia dapat mendengarnya dengan jelas. Merasa Auristella sudah selesai dengan semua dunianya, Avnan menyadarkan dia dengan sesuatu yang sangat spesial.
Dia menaikkan tangan kirinya dan meremas gunung kanan Auristella gemas. Tidak mempedulikan ketiga rekannya dan para sahabat Auristella menyaksikan kejadian itu. Bukankah salah satu tantangan mereka adalah bercinta dengannya? Jadi, tentu tidak salah jika Avnan melakukan hal itu.
Tapi sayangnya, perbuatan Avnan di respons dengan tatapan mata tajam Auristella.
"Apa yang kamu lakukan? Dasar tidak sopan!" ketus Auristella marah. Tapi dia lupa untuk menyingkirkan tangan best Avnan yang masih betah di gunung miliknya.
"Hanya menyadarkan kamu dari lamunan, sayang," jawab Avnan santai dan kembali meremas lembut tempat itu.
Auristella menahan suara desahan yang hampir keluar. Antara ingin melepaskan tangan Avnan atau tidak. Tapi sepertinya, tangan itu tidak akan bisa lepas dengan mudah. Dia melirik pada para sahabatnya yang memberi instruksi untuk melanjutkan hal yang sudah dimulai oleh Avnan.
Lalu pandangan Auristella beralih pada tiga orang rekan Avnan yang sejak tadi tidak mengalihkan tatapan mereka darinya. Auristella hanya memberikan senyuman polos tanpa dosanya. Lalu meski dengan ragu-ragu, dia memajukan wajahnya hendak mencapai bibir Avnan.
'sepertinya hanya dengan cara ini aku bisa membiarkan dia melepaskan tangan sialan itu dari sana.' batinnya dengan bibir mereka yang tinggal berjarak satu centi.
"Maaf, kalau aku tidak sopan."
Setelah mengatakan itu, Auristella mencium bibir Avnan. Melumatnya dengan sangat lembut. Dia juga sudah memejamkan matanya menikmati permainan yang dia ciptakan sendiri. Auristella mencari aman dengan melepaskan tangan Avnan dari gunungnya, dan membawa untuk memeluk pinggangnya.
Avnan tersenyum tipis dan belum begitu mendominasi untuk membalas ciuman Auristella. Hanya sesekali mengikuti alur yang diciptakan wanitanya. Avnan juga tahu maksud dari dia menurunkan tangannya untuk memeluk. Auristella pasti malu karena banyak orang di sana itu juga dilihat secara terang-terangan oleh sahabatnya. Tapi Avnan yakin, di balik semua rasa malu itu, pasti dia sangat panas di atas ranjang.
"Bukan masalah. Aku malah suka kamu bersikap seperti ini." Avnan mendesis menjawab pernyataan Auristella di sela kegiatan mereka yang saling berperang lidah.
"Oke cukup!"
Auristella melepaskan tautan bibir mereka. Napasnya terengah-engah dengan pipi yang merah. Dia tidak nyaman dengan tangan Avnan yang tidak bisa diam dan mulai menjelajah tubuhnya.
"Bukankah kamu harus menyelesaikan tantangan mereka karena sudah kalah dalam permainan, Nona?"
Mendengar pertanyaan Avnan, Auristella menatap horor. Bagaimana bisa pria mesum ini tahu tentang hal itu? Pikir Auristella bertanya.
"Lalu, untuk apa kamu terburu-buru pergi jika semuanya tidak kamu selesaikan dengan baik, hmm?"
Lagi, Avnan melanjutkan pertanyaannya yang tadi tidak mendapatkan jawaban. Sepertinya dia memiliki hobi yang baru saat ini. Menggoda Auristella sampai wanita itu mengeluarkan keganasannya. Hingga saat ini Avnan masih penasaran, seperti apa dia di atas ranjang. Benarkah sesuai dengan rumor yang selama ini dia dengar. Atau justru lebih ganas atau bahkan sebaliknya.
"Bisakah kita lupakan soal itu? Aku hanya tidak mau, Anda menyesal karena keputusan yang telah anda buat, Tuan yang terhormat," desisnya dengan malu dan memalingkan wajah.
Auristella masih tetap berada di pangkuan Avnan. Terlihat Dia sangat nyaman di sana sampai tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang mengenalnya. Meskipun di tempat seperti itu, sudah menjadi pemandangan yang biasa. Bahkan ada yang tidak malu membuka tubuh bagian atas. Di sudut juga ada yang dengan santai bercinta tanpa peduli orang lain.
"Jadi, aku akan pergi sekarang untuk membuat semuanya menjadi baik-baik saja diantara kita." Auristella melanjutkan dengan rasa yang mengganjal. Milik Avnan terasa sesekali menegang. Tidak dipungkiri, Auristella menginginkan itu juga. Tapi tetap saja, gengsinya yang setinggi langit menhan semuanya.
"Aku akan membiarkan dirimu pergi. Tapi setelah itu, kamu harus memenuhi janjimu untuk datang ke hotel." Avnan kembali mengingatkan Auri untuk janji mereka yang akan menghabiskan malam panjang dan panas.
"Aku hanya tidak ingin, Anda membuat kesalahan karena memutuskan untuk mengikuti permintaan mereka."
"Lupakan soal pertemuan kita. Juga dengan janji yang tidak masuk akal seperti itu," ucapnya dengan bernegosiasi. Siapa tahu, dengan begini Avnan akan memberikan dia toleransi dan membiarkannya pergi.
"Aku tahu tentang semua tantangan dalam permainan kalian yang kalah. Tepati janjimu atau aku akan mengatakan pada mereka kamu tidak melakukan semua itu dengan baik."
"Atau kamu memang sengaja agar bisa merekam kegiatan kita kalau kamu sebarluaskan bersama mereka?"
Dengan sengaja Avnan menatapnya selidik. Senyuman miring di bibirnya tidak ada yang tahu. Otak cerdasnya selalu bisa membuat lawan main kalah telak. Termasuk dengan Auristella yang terkenal memiliki banyak akal.
Avnan sendiri tidak mengerti, bagaimana bisa wanitanya menjadi orang yang begitu terkenal. Ah, mungkin saja karena pelayanannya yang memuaskan. Pikir Avnan dengan pikiran logisnya.