Avnan masih terus menciumi seluruh leher jenjang Auristella. Ciuman yang di barengi dengan jilatan lidah itu, terus turun ke bawah hingga pada dada bagian atas Auri. Menggoda di sana dengan terus memberikan kissmark yang banyak. Avnan balas dendam atas tubuh wanita itu yang terekspos dan di nikmati banyak pria di luar.
Jangan lupakan pada jari tengahnya yang menekan milik Auristella di bawah sana. Menekan titik sensitif dengan memberikan gerakan memutar. Hal itu sukses membuat sang empunya tubuh menggelinjang kegelian tapi merasakan nikmat.
"Avnan, please," desah Auristella dengan begitu lirih.
"Bagus, Auri. Teruslah memohon kepadaku. Aku menyukai suaramu yang seperti itu."
"Avnan, stop! Hentikan ini sekarang," mohon Auristella. Sebenarnya dia sendiri bingung memohon untuk menghentikan, atau justru kalimat itu mewakili sebuah sindiran agar Avnan segera menyelesaikan apa yang sudah dipersiapkan di dalam handuk yang menutupi senjata perkasanya.
"Kamu pasti akan kecewa jika aku menghentikannya, Sweety. Dan aku tidak akan membiarkan hal itu. Membuatmu kecewa bukanlah suatu hal yang aku inginkan." Avnan mengatakan itu dengan mulutnya yang terus menikmati dada atas Auri.
Rasa tidak puas dengan penampilan wanita di bawah tubuhnya yang masih tertutup pakaian, Avnan dengan gerakan cepat dan kuat merobek baju yang dipakai oleh Auristella. Segini terpampanglah tubuh polos Auri yang begitu menggiurkan dan hanya ditutupi bra dan celana dalam.
Masih tidak puas dengan kain yang melekat di sana, Avnan menyingkirkan kain yang tersisa. Kini Auristella sudah benar-benar polos tanpa sehelai benang. Terlihat tubuh putih mulus tanpa cacat sedikit pun. Di bagian dadanya dihiasi oleh gunung kembar yang padat dan bulat. Seperti belum pernah tersentuh sebelumnya.
Bagian bawah Auristella, bersih dari bulu-bulu halus yang menutupi milik wanita itu. Auristella sangat pintar menjaga dua aset yang menjadi kebanggaannya. Avnan semakin bergairah melihat pemandangan di bawahnya. Berbeda dengan sang wanita, yang justru malu ditatap intens seperti itu. Dia hendak menutupi dua asetnya, tapi tangan Avnan mencegahnya.
"Jangan halangi pandanganku dari hal yang sangat aku rindukan itu, Sweety." Avnan mengatakannya sembari terus memindai seluruh tubuh Auristella. Menelan salivanya dengan kasar, Avnan belum puas memandangnya.
"Tubuhmu sangat indah, Sweety. Aku tidak menyangka keindahan ini tidak tercium olehku sebelumnya. Gunung kembar begitu padat dan bulat. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Sangat pas untuk dinikmati oleh tangan dan mulutku."
Avnan membawa tangan kirinya menyentuh dua gunung Auristella bergantian. Dia masih belum memulai foreplay malah mereka. Avnan sedang menilai sempurnanya tubuh wanita yang akan dinikmati malam ini.
Sedangkan Auristella, sebenarnya dia sangat malu diperlakukan seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak akan bisa kabur. Kalaupun dia bisa kabur dari Avnan, pria itu pasti tidak akan segan-segan menjaga kerahasiaannya kepada teman-temannya. Lalu mereka akan menyuruhnya bercinta di mana mereka berada dan melihat secara langsung. Itu lebih parah dari ini. Pikir Auristella.
'aku terpaksa menyerah kepadamu, Avnan. Daripada aku harus berakhir dengan pria random pilihan mereka. Aku wanita normal, tapi bukan berarti aku akan menikmati jika bercinta bersama-sama dengan mereka.'
'Bahkan aku sendiri sangat tidak berselera melakukan threesome seperti mereka semua. Jadi jangan berbesar hati karena kamu sudah bisa meluluhkan aku dan mendapatkan tubuhku. Meski selama ini aku menyukaimu, Aku bukan wanita yang mudah menyerahkan tubuhku begitu saja kepada seorang pria.'
Auristella membatin dengan tangan yang berada di sisi kanan dan kiri tubuhnya. Dia memalingkan wajahnya ke kiri, dan membiarkan Avnan melakukan apa pun yang pria itu mau. Setidaknya ini imbalan untuk Avnan yang mau bekerja sama dengannya.
"Aku menyukai seluruh tubuhmu, Sweety. Perut ini, dia akan menjadi tempat ...."
Avnan berhenti berkata. Dia menggantungkan ucapannya. Tangan Avnan turun ke bawah perlahan. Sembari terus memberikan sentuhan ringan yang membuat Auristella memejamkan matanya.
"Milikmu begitu menggiurkan. Dia yang akan menjadi tempat untuk menyatukan kita nanti." Kini tangan kanan Avnan berada di milik Auristella. Membelai, menyentuh, dan menekan jadi paling sensitif milik wanita. Tangan kirinya masih berada di gunung Auristella memutarnya pelan, dan sesekali memberikan cubitan pada puncak gunung yang begitu menggemaskan.
"Malam ini kamu milikku, Auristella. Jika kamu beruntung, kamu akan bisa melanjutkan malam berikutnya bersama aku. Tapi jika kamu tidak memuaskan, jangan berharap kita akan melanjutkan setelah ini." Avnan mengatakan itu sembari menatap lekat mata Auristella sebelum dia memulai foreplay mereka.
"Kalau begitu aku memilih pilihan kedua. Aku tidak akan memuaskanmu sehingga tidak akan terjadi hal seperti ini di kemudian hari," jawab Auristella pelan. Sebenarnya dia ingin mengeluarkan kata sarkasme andalannya. Tapi godaan jari tengah Avnan yang boleh masuk ke dalam miliknya, membuat Auri kehilangan suaranya.
"Kita lihat saja nanti, Sweety."
Setelah mengatakan itu, Avnan langsung menyerang dengan puas gunung kiri Auristella. Tangannya meremas gunung sebelah kanan. Dia menyusu layaknya bayi kehausan. Tangannya yang berada di milik Auristella, kini mulai masuk ke dalam memberikan gerakan pelan dengan tempo teratur keluar masuk di sana.
Jika cairan pelicin dari dalam tubuh Auristella perlahan keluar membasahi. Belum, Auristella dalam mencapai pelepasannya. Itu hanya cairan pelicin yang membuat jari Avnan bisa dengan mudah bebas keluar masuk ke sana.
"Aakkhh, Avnan. Oouugghh, aahhh, yyaahh."
"Eemmhh, hhmmmpp. Seperti itu, Sweety. Terus desahkan namaku," ujar Avnan di sela-sela kegiatannya menikmati gunung kembar Auristella bergantian.
Avnan mempercepat gerakan jarinya di bawah sana. Semakin lama semakin cepat hingga dia merasa kedutan milik Auri yang semakin erat menjepit jarinya. Dia tahu, wanita yang sedang dia puas kan ini akan segera mencapai puncak kenikmatannya.
"Akkhhhh, Avnan. Oouuhh, yah."
"oouugghh, yah. Aakhh aahh oouuhh."
Auristella yang merasa begitu nikmat membusungkan dadanya, sembari menekan kepala Avnan agar semakin memperdalam bibirnya dalam menikmati gunung kembarnya. Auristella mengerutkan keningnya. Rasa yang tadi dia alami di toilet, ini akan kembali datang menyerang.
Gerakan jari Avnan yang semakin cepat, membuatnya tidak tahan. Hingga pada teriakan panjang Auristella yang menyebutkan nama Avnan mengiringi puncak kenikmatannya.
Avnan dengan segera menuju ke bawah. Dia menyambut cairan yang keluar dari dalam diri Auri dengan lidahnya. Avnan menghisap cairan itu tanpa menghentikan jarinya yang terus bermain keluar masuk. Menelan semua cairan milik Auristella.
Avnan tidak membiarkan satu tetes pun terlewati oleh lidahnya. Begitu nikmatnya Avnan meminum semua cairannya, sampai membuat dia tidak puas. Avnan menjulurkan lidahnya menuju lubang kenikmatan Auristella menggantikan jarinya.
Menusuk di dalam sana sepanjang lidahnya bisa mencapai ke dalam. Memberikan gerakan keluar masuk dengan cepat dengan tangan yang memutar kli**ris Auristella menggoda. Avnan belum rela jika lidahnya harus berpisah secepat itu dari milik dengan aroma khas Auristella. Setidaknya, dia ingin merasakan sekali lagi cairan milik Auri untuk diminumnya.
"Avnan, Aku tidak tahan jika kamu terus berada di bawah sana. Cepat pergi dan hentikan itu. Atau kalau tidak, Aku akan kembali mengeluarkannya di dalam mulutmu."
"Avnan, aku akan kembali sampai," ucap Auristella ketika dia merasakan ledakan itu akan kembali menyerangnya.
"Jangan berhenti, Avnan. Lebih cepat lagi. Please! Ini sebentar lagi." Kepalang tanggung, Auristella terpaksa mengatakan itu. Dia tidak mau jika Avnan harus berhenti saat dia akan sampai.
"Oouugghh, Avnan. Oouugghh uuhhh aakkhhh akhhh yahhh yahhh."
Desahan terakhir Auristella bersama dengan keluarnya puncak kenikmatannya yang kedua sebelum permainan inti mereka. Auristella memejamkan mata merasakan sensasi meledak yang begitu memuaskan. Hanya dengan permainan tangan saja, Avnan bisa memuaskan dia. Apalagi jika dengan senjata perkasa pria itu.
Avnan sudah selesai menghisap seluruhnya cairan Auristella yang keluar. Dia beranjak dari bawah sana dan kembali ke atas mengukung Auristella. Memperlihatkan bagaimana dia menikmati seluruh cairan yang tersisa di bibirnya. Avnan menjilat area luar bibirnya sendiri.
"Bagaimana, Sweety? Kamu sangat menikmatinya, bukan?"
"Harus aku akui. Kamu bisa memuaskan aku hanya dengan permainan jari dan lidahmu saja. Dan aku terpaksa mengakui, aku menikmatinya," jawab Auristella dengan jujur sembari memalingkan wajahnya ke samping. Rona merah tampak di sana. Dia malu mengatakan itu, tapi harus mengakui sebagai apresiasinya.
Avnan menyeringai senang mendengar hal itu. Membuatnya terlihat semakin tampan dimata Auristella.
"Ayo, Sweety. Beranjaklah."
Avnan meminta Auristella bangun setelah dia beranjak dari tubuh wanita itu. Auri menurut, kini di dan Avnan saling berhadapan. Tidak sengaja di melihat ke bawah. Milik Avnan sudah tidak tertutup oleh handuk. Pria itu sama-sama polos dengan dirinya.
Avnan menegakkan tubuhnya dengan bertumpu pada lutut. Dia setengah berdiri di depan Auristella. Membuat senjata yang siap tempur itu berada tepat di depan wajah Auri. Menantang seolah ingin segera merasakan belaian juga. Sesekali bergerak ke atas menunjukkan keperkasaannya.