Avnan menggerakkan pinggulnya perlahan keluar masuk milik Auristella. Dia masih terus mencium lembut bibir Auristella yang sudah bengkak karena perbuatannya.
'shit! Miliknya sempit sekali. Bahkan aku sulit bergerak di dalam sana,' umpat Avnan yang sudah bergerak tapi miliknya masih dijepit kuat oleh milik Auristella.
"Avnan, sakit," rintih Auristella ketika nyeri kembali dia rasakan pada inti tubuhnya.
"Avnan, stop! Please," ulang Auristella yang kini menjauhkan wajahnya dari jangkauan Avnan.
Avnan menegakkan sedikit tubuhnya. Sesekali dia berhenti bergerak. Melihat ekspresi wajah Auristella yang masih terus menahan sakit. Namun, Avnan juga bergerak lembut untuk membuat milik Auristella memberikan ruang padanya.
"Avnan, sakit. Berhenti, please," mohon Auristella yang kini kembali menangis. Air mata mengalir lancar dari mata indahnya. Dia menatap Avnan dengan mata sembab miliknya.
"Apa sangat sakit, Sweety?" tanya Avnan yang sudah berhenti bergerak. Dia mencium kedua mata Auristella bergantian.
'tidak mungkin aku berhenti dan mencabutnya. Aku akan sangat di rugikan untuk ini. Dia sudah berada di dalam. Hanya tinggal memberi sedikit lagi ruang, aku akan bebas menggunakan banyak gaya.' Avnan membatin tidak rela ketika melihat Auristella yang memintanya untuk berhenti melalui isyarat mata.
Padahal, seharusnya yang dirugikan di sini Auristella, yang sudah kehilangan keperawanannya. Tapi justru Avnan yang merasa seperti itu. Mungkin karena dia yang belum menuntaskan hasratnya. Makanya Avnan merasa dirugikan kalau ini harus selesai tanpa akhir yang jelas.
"Avnan, milikmu terlalu besar dan panjang. Dia tidak muat masuk ke dalam sana. Karena itu terasa sangat sakit dan memenuhiku di bawah," jujur Auristella mengungkapkan perasaannya saat ini. Meskipun dia wanita bebas, tetap saja untuk urusan ranjang dan bercinta, Auristella masih belum tahu apa pun. Berbeda dengan Avnan yang sering keluar masuk lubang dari wanita satu ke wanita yang lainnya.
"Apa katamu? Milikku terlalu besar dan panjang?" tanya Avnan terkejut dan tidak percaya. Tapi itu menjadi kebanggaan untuknya. Secara tidak langsung, Auristella memuji batang kebanggaan itu, meski dalam konteks yang sedikit berbeda dari wanita malam yang sering dia beli.
"Iya, Avnan. Kalau mau mengecilkannya sedikit, mungkin tidak akan sesakit ini. Kita jadi bisa bermain melanjutkannya," ujar Auristella melanjutkan yang berhasil membuat bola mata Avnan membesar.
'di saat banyak wanita di luaran sana menginginkan yang besar dan panjang, kenapa justru Auri memintaku untuk mengecilkan ukurannya? Benar-benar aneh dan tidak masuk akal.'
'kalau saja dia sudah merasakan nikmatnya bercinta, Auri pasti akan menyukai yang memiliki ukuran jumbo seperti milikku. Dia akan ketagihan dan merasa bangga karena sudah menjadi salah satu wanita yang menghangatkan ranjang ku.' Avnan terus membatin sembari menatap Auristella tanpa berkedip. Wanita di depannya benar-benar sangat aneh. Pikir Avnan sembari menggelengkan kepalanya tidak percaya.
"Avnan, kamu mendengarku berbicara?"
Pertanyaan Auristella berhasil membawanya kembali pada dunia nyata. Sejak tadi dia memikirkan perkataan Auristella yang memuji ukuran senjata perkasanya, atau justru malah sebaliknya.
"Ya, aku mendengarmu," jawab Avnan singkat.
Avnan memejamkan mata tidak sabar untuk kembali melanjutkan kegiatan mereka. Dia sudah tidak tahan ingin segera bergerak dengan kasar dan cepat. Namun sayang, keperawanan Auristella bukan hanya menguntungkannya, tapi juga sedikit menyusahkannya.
Beruntung karena milik Auristella yang perawan benar-benar lebih sempit daripada perawan yang pernah dia rasakan sebelumnya. Namun dia kesulitan untuk bergerak di dalam sana. Terlebih sekali setiap Avnan mencoba menggerakkan pinggulnya walau perlahan, Auristella merasa kesakitan dan terus menangis.
"Avnan, aku ...."
"Aku akan membuatmu merasa nyaman. Percaya padaku, kalau ini tidak akan lagi menyakitkan untukmu," potong Avnan dengan cepat.
" Kamu akan menikmati semua permainan yang aku berikan. Bahkan aku akan membuatmu merasa kecanduan untuk kembali mengulang percintaan kita saat ini."
"Aku akan membuat seluruh tubuhmu hanya merindukan sentuhan dariku. Bukan dari pria lain, ataupun dari permainan jarimu sendiri," desis Avnan panjang lebar sembari menatap Auristella tidak sabar.
Avnan tidak sadar jika setiap kata-kata yang keluar darinya, terdapat suatu rasa posesif untuk memiliki Auristella seorang diri. Padahal sebelumnya, dia tidak pernah mengatakan hal itu pada lawan bercintanya.
Auristella membulatkan matanya mendengar kalimat terakhir Avnan. Permainan jarinya sendiri? Apa maksudnya?
Di luaran sana, banyak pria yang mengantre untuk bercinta dengannya. Meskipun mereka semua ditolak dengan mentah-mentah. Lalu kenapa dia harus bermain menggunakan jarinya sendiri? Sungguh tidak masuk akal! Pikir Auristella kesal merasa diremehkan oleh Avnan.
'dia menganggap aku, wanita yang tidak laku di luaran sana. Karena itu aku masih perawan sampai sekarang. Sial! Avnan minta kebiri ternyata!'
Perdebatan mereka yang juga tidak terselesaikan, membuat keduanya tanpa sadar sudah berada dalam posisi penyatuan dalam waktu yang cukup lama.
Avnan dan Auristella masih menyatukan milik mereka di bawah sana. Namun belum ada pergerakan berarti dari salah satunya. Sampai pada Avnan yang sudah tidak tahan lagi, kini menyerang Auristella tanpa persetujuan terlebih dahulu.
"Aku tidak membutuhkan persetujuan darimu untuk menikmati seluruh tubuh ini. Kamu milikku malam ini, Auri Kitty," bisik Avnan sensual di telinga kanan Auristella lalu kemudian menjulurkan lidahnya menjilat cuping telinga Auri.
Belum sempat Auristella dalam melayangkan protesnya, kedua tangan Avnan sudah mendarat tepat di kedua Gunung kembarnya. Meremas dengan lembut menggoda, sembari sesekali mencubit gemas puncak gunungnya.
Avnan kembali mencium bibir Auristella dengan lembut. Menggigit bibir bawahnya, agar Auristella memberikan dia akses untuk bisa masuk ke dalam sana. Lalu kemudian mengabsen seluruh isi mulut Auri, sebelum akhirnya Avnan menautkan lidah mereka untuk berperang di dalam.
Saling bertukar saliva, seraya mencecap satu sama lain. Bahkan suara permainan bibir mereka, sampai terdengar memenuhi ruangan itu. Jangan lupakan pinggul Avnan yang mulai bergerak sedikit demi sedikit dengan tempo teratur.
Avnan terpaksa menggunakan cara ini. Kalau tidak, sampai kapan pun mereka tidak akan melanjutkan percintaan mereka. Avnan sudah berhasil membuat ruang yang cukup untuk bergerak di dalam milik Auristella.
Adik kecilnya yang berada di dalam sana, tidak lagi merasa kesulitan untuk lebih leluasa keluar masuk. Mengingat milik Auristella sudah mulai terbiasa dengan batangnya yang besar. Mungkin juga, keperawanan Auristella sudah melonggar akibat gerakannya.
"Oouugghh, Avnan."
"Aakkhh, oouugghh, oouugghhhh, yah. Yyaass, Avnan."
"Bagus, Sweety. Teruslah mendesah seperti itu. Sebutkan namaku dalam setiap kali desahan yang kamu keluarkan."
"Aku menyukai suara merdumu ketika mendesah. Benar-benar menjadi musik yang paling aku sukai malam ini."
Avnan mengatakan hal itu sembari memejamkan matanya dengan kepala mendongak ke atas. Dia berhasil meruntuhkan pertahanan Auristella.
Suara kesakitan yang tidak menginginkan pinggulnya bergerak, kini sudah berganti dengan suara desahan menggoda. Siapa pun yang mendengarnya, pasti akan langsung terpancing gairahnya.
Meski begitu, Avnan belum berani untuk bergerak lebih dari ini. Dia masih terus menggerakkan pinggulnya dengan tempo pelan dan teratur. Yang terpenting baginya saat ini, Auristella sudah menerima miliknya berada di dalam sana.
Tidak lagi menolak dengan berbagai macam protes dan rengekannya yang memusingkan kepala.
'kamu beruntung, masih aku beri kesempatan untuk memberikan protes dan mengeluarkan rengekan manjamu. Kalau saja aku perlakukan kamu seperti wanita yang lain, saat ini pasti aku sudah bermain dengan caraku yang kasar.'
'tidak peduli jika itu akan menyiksa. Asal kebutuhanku terpenuhi, Aku tidak akan memedulikan hal yang lain lagi.'
Yah, selama ini Avnan tidak pernah bermain selembut ini. Dia selalu bergerak kasar sesuai dengan kemauannya. Bagi Avnan, wanita yang sudah dibayar adalah miliknya. Jadi dia bebas melakukan apa pun untuk melepaskan hasratnya. Ini adalah kali pertama, Avnan bermain dengan cara yang begitu lembut.