Avnan sudah berdiri di hadapan Auristella. Dia menyeringai senang mendapatkan apa yang diinginkannya. Meskipun hal itu akan terjadi beberapa jam lagi.
"Akh."
"Ups. Hati-hati, sweety. Kesadaran mu mungkin sudah pulih. Tapi sisa-sisa kenikmatan itu pasti masih kamu rasakan sampai sekarang."
Avnan menahan pinggang Auristella yang hampir terjatuh. Kaki Auri masih bergetar. Benar saja, rasa nikmat yang baru saja dia dapatkan membuatnya untuk sulit berdiri dengan benar.
Auristella hanya memandang Avnan dengan keningnya yang berkeringat. Kemudian matanya memicing curiga pada kejadian yang baru saja dialaminya. Auri ingin membuka suaranya. Tapi perkataan Avnan berhasil membungkam mulutnya dan membuat dia menelan kembali kata-kata itu.
"Jika kamu berpikir aku yang sudah memasukkan obat perangsang ke dalam minumanmu, lalu mencari kesempatan dalam kesempitan dengan kondisi mu tadi. Kamu salah besar, Auri."
"Aku sama sekali tidak melakukan itu. Buang jauh-jauh pikiran itu setelah aku membuktikannya kepadamu."
Avnan berkata dengan suaranya yang serak. Bagaimana tidak, dia sudah menahan diri sejak tadi hanya untuk menghormatinya. Adik kecil yang berada di bawah sudah sangat sesak meronta minta dikeluarkan dari dalam dan ingin dipuaskan.
Tapi suara Avnan, malah terdengar sangat seksi di telinga Auristella. Siapa yang tidak mengenal pria di depannya. Bahkan Auri sendiri sangat mengenali pria itu. Laki-laki yang dia puja dari jarak jauh. Bosnya bekerja di sebuah perusahaan. Atau lebih tepatnya, Avnan adalah pemilik perusahaan tempat dia mencari kesibukan.
Glek!
'sial. Aku tidak pernah menyangka akan bisa berada sedekat ini dengannya. Kenapa dia terlihat sangat seksi dan menggairahkan. Bahkan ketampanannya pertama berkali-kali lipat dari jarak seperti ini.'
Auristella melihat Avnan tanpa berkedip. Dia menelusuri wajah pria yang biasanya hanya bisa dilihatnya dari jauh. Sampai padahal yang dilakukan oleh Avnan menyadarkannya.
"Apa aku begitu memesona sampai kamu tidak bisa bernapas dan tidak mengedipkan matamu, Sweety?" tanya Avnan.
"Aw. Ssstt."
Tapi, bukan pertanyaan itu yang membuat Auri sadar dari lamunannya. Tapi tangan kanan Avnan yang meremas lembut gunung kiri Auristella yang masih terbuka.
Auristella melihat ke arah bawah. Dia membulatkan matanya menyadari kedua gunungnya sudah terlepas dari kain yang membungkus. Lalu dia menaikkan pandangannya melihat ke arah Avnan yang menyeringai mesum.
"Shit! Kenapa bisa sampai seperti ini?" tanya Auri yang entah ditujukan untuk siapa.
Auristella menepis kasar tangan Avnan dari sana. Kemudian dia membenarkan kembali posisi gunung kembarnya. Memasukkan ke dalam bra, lalu merapikan kembali pakaiannya yang terlihat sangat berantakan.
"Oouuppss. Maaf," ucap Avnan mengangkat kedua tangannya ke atas. Dia merasa lucu melihat tingkah Auristella.
"Kenapa kamu terburu-buru menutupinya, Auri? Aku sudah melihat semuanya. Dia tadi terpampang jelas di depan mataku. Bahkan aku juga sudah mencicipi bagaimana rasanya."
"Anda keterlaluan. Anda memanfa ...."
"Hhmmppttt." Belum sampai Auristella menyelesaikan kalimatnya, Avnan sudah membungkam bibirnya dengan bibir pria itu. Memasukkan lidah ke dalam sana dan absen seluruh isi di dalam mulut Auristella.
"Apa yang Anda lakukan?!" Berang Auri yang merasa Avnan sudah seenaknya dan melecehkan dia.
"Ssstt. Jangan berteriak seperti itu, Sweety. Apa kamu tidak ingat di mana posisi kita saat ini, hmm?"
"Sial! Aku baru ingat ini di kamar mandi."
"Hei! Kamu jangan macam-macam ya. Jangan melecehkan perempuan seenaknya!"
Auristella mengancam Avnan dengan menunjuk wajahnya menggunakan jari telunjuknya. Walau dia menyukai pria di depannya diam-diam. Dan selalu membayangkan bisa bersamanya, bukan berarti Avnan bisa memperlakukan dia seenaknya. Apalagi sampai pada tahap mengajarkan seperti tadi. Auristella tidak menerima hal itu.
Bukannya takut, Avnan malah menangkap jari telunjuk Auristella dan memasukkan ke dalam mulutnya. Lalu dihisap perlahan dengan gerakan sensual menggoda. Avnan tersenyum mesum saat Auri menarik jarinya tapi tidak bisa melakukan itu.
"Jangan mengancamku seperti itu, Sweety. Aku semakin suka karena kamu terlihat semakin seksi. Apalagi dengan sikap garang seperti ini, aku jadi tidak sabar menantikan bagaimana ekspresimu mendesah kenikmatan dengan menyebut namaku saat kita bermain panas di atas ranjang."
"Lepas! Kamu jangan macam-macam. Melecehkan perempuan adalah hal yang tidak terpuji bagi pria seperti Anda!" Auristella masih berusaha menarik tangannya yang di cengkeram kuat oleh Avnan. Tapi sayangnya, tenaga laki-laki itu lebih besar daripada dia.
"Aku tidak sedang melecehkan mu, Sweety. Aku hanya berusaha membuat kesepakatan dengan mu, selalu memenuhi permintaan mu yang ingin dipuaskan atas dan bawah. Bagian mananya yang kamu sebut aku melecehkan perempuan, hmm?"
Avnan melepaskan tangan Auristella. Tapi dia mengurung wanita itu dengan satu tangan kirinya dan merapatkan tubuh mereka. Hanya saja gerakan Auristella lebih cepat. Dia meletakkan kedua tangannya di dada Avnan agar bisa membuat jarak aman di antara tubuh mereka.
'oh, Tuhan. Aku baru ingat, aku sudah membuat perjanjian dengannya tadi. Dan aku sendiri yang meminta dia untuk membantuku menghilangkan rasa panas di tubuhku.'
'kenapa aku bisa terjebak dalam situasi seperti ini?'
'ternyata menyukai pria ini memiliki risiko yang berat. Aku tidak berdaya di hadapannya. Ingin menolak dia tapi aku juga menginginkannya. Namun, berada sangat dekat dengannya seperti ini membuat kesehatan jantung ku menjadi buruk.'
"Apa yang kamu pikirkan, hmm? Kamu sedang mengingat peristiwa tadi? Aku tidak mengatakan sesuatu yang melanggar atau melecehkan perempuan, bukan?" Avnan memberondong Auri dengan banyak pertanyaan. Dia tahu bahwa wanita di depannya sedang mengingat apa yang mereka lakukan tadi.
"Anda salah besar sudah berkata seperti itu, Tuan yang terhormat."
'meskipun kenyataannya benar. Namun tidak mungkin aku mengakui hal itu,' batin Auri.
"Tapi bukankah Anda, seorang Gay? Bagaimana mungkin bisa bermain dengan perempuan?" Ups. Auristella langsung menutup mulutnya dengan sebelah tangannya. Dia kelepasan bicara karena merasa kesal, Avnan mengingatkannya pada kesalahan yang dia lakukan.
Meskipun Auristella menutup mulutnya, Avnan sudah terlanjur mendengar perkataannya tadi. Tapi bukannya marah, Avnan malah terkekeh geli mendengarnya. Pria itu memajukan wajahnya lalu mencium bibir Auri sekilas. Dia hanya diam tanpa menolak. Bahkan malah menutup matanya mendapati perlakuan manis itu.
"Kenapa kamu bisa berkata seperti itu, Sweety? Apa bukti yang aku berikan padamu masih kurang?" tanya Avnan yang berada di samping telinga kanan Auristella. Dia berbisik dengan suara sensual, selalu menjilat cuping telinga Auri. Sampai membuat sang empunya menahan napas.
"Apa dengan melakukan ini secara sadar akan membuat bukti baru untuk mu dan menghilangkan persepsi buruk tentang diriku?"
Avnan memang bertanya. Tapi tangannya sudah berada di bawah milik Auristella. Membelai lembut sesuatu yang hangat dan belum tertutup oleh kain. Celana dalam yang digunakan Wanita itu sudah dilepaskan tadi. Tapi Auri belum menyadarinya.
Dan dia baru sadar sekarang ketika jari besar Avnan langsung bersentuhan dengan miliknya. Bahkan dengan beraninya, pria itu memasukkan jari tengahnya ke dalam sana lalu memutar dan menggoda.