Club malam Boom Boom Room, New York, Amerika Serikat.,
Malam hari.,
Avnan sudah sampai di tempat tujuannya. Klub malam adalah tempat yang menjadi incarannya untuk mengintai seseorang. Saat sudah sampai di dalam, Avnan mengedarkan pandangannya menyusuri seluruh sudut yang ada di sana. Dia tersenyum miring mendapatkan apa yang di carinya.
Avnan berjalan mencari sofa yang bisa dia duduki. Dari tempatnya duduk sekarang, dia bisa melihat jelas bagaimana wanita incarannya begitu bahagia bersama teman-temannya. Seperti biasa, wanita itu pasti pergi ke tempat ini setiap malam. Karena itu, jika Avnan tidak lembur di kantor, dia pasti menyempatkan diri datang ke sini meski sebentar.
"Dia kenapa?" gumam Avnan memperhatikan wanita itu. Wanita yang dia tahu bernama Auri Kitty. Dan pasti, Kitty adalah julukan yang diberikan para sahabatnya kepada Auri.
"Dia seperti sedang merasakan tidak nyaman," lanjutnya bergumam.
Lalu Avnan melihat Auri pergi menuju ke arah toilet. Dia mengambil ponselnya dan mengotak-atiknya.
"Amankan toilet. Aku perlu memastikan wanita aku baik-baik saja."
Tanpa menunggu jawaban yang ada di seberang sana, Avnan mematikan ponselnya. Kemudian dia berjalan berlawanan arah untuk mengikuti Auristella.
"Ada apa dengannya? Kenapa dia merasakan panas pada tubuhnya?"
"Sepertinya aku tahu apa yang menyebabkan dia merasakan panas di sekujur tubuhnya. Pasti ada seseorang yang mencampur sesuatu ke dalam minumannya."
Avnan menatap Auri dari jarak yang cukup aman. Dia bisa melihat Auri mengipas tubuhnya. Wanita itu pasti merasakan tidak nyaman pada dirinya. Avnan masih menunggu para bodyguard-nya membereskan pengunjung toilet agar tidak di curigai Auristella.
Setelah merasa keadaan sudah aman, Avnan beranjak dari sana untuk masuk ke dalam toilet. Tapi sebelum itu dia mengingat sesuatu, dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang di seberang sana.
"Siapkan suntikan obat pereda rangsangan dengan dosis yang tinggi. Aku tidak mau wanitaku dalam bahaya. Dan antarkan benda itu ke toilet." Avnan memberi perintah kepada Leonard, sekretaris pribadinya.
Setelah itu, Avnan kembali berjalan menuju ke toilet. Tapi baru tiga langkah dia masuk kedalam, Leonard memanggilnya.
"Tuan, ini benda yang Anda minta," ucap Leonard sembari memberikan sebuah suntikan.
"Kamu selalu tahu apa yang aku mau, Leonard. Kerja bagus," ujar Avnan menanggapi dengan menerima benda itu dan menyimpannya ke dalam saku.
Avnan bisa melihat dengan jelas, Auristella sedang dalam keadaan yang tidak nyaman. Dia mengikuti wanita itu dan memberikan tatapan tajam pada para wanita yang melihatnya meski tidak banyak.
Setelah sampai di sebuah tempat yang tepat, Avnan segera menarik Auristella ke dalamnya. Wanita itu ingin memberontak, tapi tenaganya tentu saja kalah kuat dengan Avnan.
"Aku akan membantumu menghilangkan rasa panas dalam tubuhmu." Avnan berbisik sensual di telinga Auristella. Dia menjilat dan mengulum cuping telinga kanan Auri. Tangannya masih membekap mulut gadis itu dan sebelah memeluk perutnya.
Auristella ingin memberontak, tapi mendengar bisikan sensual dari pria yang tidak dia ketahui, membuat tubuhnya menegang namun menginginkan sesuatu yang lebih. Apalagi saat jilatan dan kuluman yang dia dapatkan di cuping telinganya, membuat Auristella semakin penasaran lebih jauh.
"Apa yang kamu rasakan, sweety?" tanya Avnan mencoba mengendalikan dirinya. Berada dekat dengan Auri, membuat sesuatu di bawah sana menjadi bereaksi.
"Si ... Siapa Anda, Tuan?" tanya Auri. Nada bicaranya bergetar, seperti tersimpan banyak maksud disana. Antara dia yang menahan gairah, atau dia yang ketakutan.
"Aku orang yang menyelamatkanmu, sweety." Avnan menelusuri leher jenjang dan dada bagian atas Auristella.
"Maksud Anda, apa, Tuan?"
Napas Auristella semakin memburu. Apalagi ketika jemari itu bermain-main, dia bisa merasakan rasa hangat yang menjalar di tubuhnya. Bahkan ketika tangan yang membekap mulutnya terlepas dan mulai menelusurinya lebih jauh, rasa panas yang Auri rasakan tadinya, mereda seiring dengan banyaknya sentuhan itu.
"Kamu wanita bebas yang hobi berkeliaran dan menghabiskan waktu di klub malam. Bagaimana bisa kamu sampai ceroboh untuk menjaga dirimu sendiri, hmm?" Bukannya menjawab pertanyaan Auri, Avnan malah balik bertanya membahas keadaan yang dirasakan wanita itu.
"Aku tidak tahu maksud Anda ceroboh untuk menjaga diriku sendiri."
"Kamu adalah wanita bebas, sweety. Sama seperti gambar sahabatmu. Menggoda pria dan bermain dengan pria. Tapi, untuk hal kecil seperti ini, bagaimana kamu bisa terjebak seperti ini?"
Avnan masih terus memberikan sentuhan tangan di berbagai tempat. Meski terkadang dalam dirinya ada yang memberontak untuk langsung masuk ke tahap inti. Namun Avnan tidak mau terburu-buru. Dia harus membuat wanitanya merasa senyaman mungkin dengan kegiatan mereka.
"Sssttt eeuugghh, Tuan."
"Beruntung aku bisa menemukan dirimu. Jika tidak, mungkin saja kamu bisa berakhir bersama mereka semua. Aku tidak yakin, orang yang melakukan ini hannyalah sendiri saja."
"Dia pasti memiliki rekan untuk bisa merasakan pengalaman bermain panas bersamamu." Avnan berkata panjang lebar.
Semua sentuhannya membuat Auri memejamkan matanya menikmati. Dia sangat mendamba sentuhan ini. Sampai ingin rasanya Auri menyerang lebih dulu pria yang tidak di ketahui namanya, dan tidak bisa dia lihat wajahnya.
'aku benar-benar tidak tahan ingin merasakannya sekarang juga,' Avnan membatin dengan hasratnya yang sudah berada di ubun-ubun. Adik kecilnya sudah mengeras. Bahkan sejak tadi, dia sudah menempelkan di antara dua bongkahan belakang Auristella.
"Aku bukan orang yang hobi mencari kesempatan dalam keinginan hasrat yang kuat, sweety."
Tuan, apa yang anda lakukan?" Auristella semakin gelisah, antara ingin sesuatu yang lebih, tapi sayangnya dia takut. Dia tidak mengenal siapa pria ini.
"Apa yang kamu rasakan, sweety?"
"Panas, tubuhku terasa panas. Aku, tidak tahu mengapa bisa seperti ini."
"Bagaimana kalau seperti ini, sweety?"
Avnan semakin intens menyentuh Auristella dimana-mana. Bahkan, sekarang dia berani membawa tangannya untuk masuk lebih jauh, ke sana. Avnan ingin merasakan diri Auristella di dalam, apakah seperti dugaannya, atau jauh dari kata memuaskan.
"Tunggu, Tuan. Apa yang Anda lakukan?" Meskipun keadaannya sekarang sudah tidak normal, Auri masih bisa menjaga kesadarannya. Dia menahan tangan Avnan yang hendak menjangkau dua asetnya secara langsung.
"Aku hanya ingin membantu menghilangkan rasa panas tubuhmu. Nikmati dan ikuti permainan yang aku berikan. Kamu akan melayang di atas awan."
Avnan menjilat tengkuk Auristella. Kemudian dia menikmati leher jenjangnya yang berada di belakang, membuat sang empunya mendesak meski masih ada penolakan yang di lakukan. Avnan juga menjilati sepanjang bahu Auristella yang terbuka. Semua kulit mulusnya, tidak lepas dari jangkauan lidah Avnan.
"Aahhh, Tuan. Cukup. Tolong hentikan ini."
Grep!
Dengan gerakan cepat, Avnan membalikkan tubuh Auristella. Kini mereka berhadapan.
Glek!
Avnan melihat, bagaimana indahnya Auristella saat ini. Dadanya yang naik turun dengan cepat karena menahan libidonya sendiri. Sementara matanya berkabut gairah ingin menuntaskan hasrat yang sejak tadi dia tahan. Namun Auristella mencoba menjaga kesadarannya.
Avnan mendorong Auristella hingga menempel di dinding. Pria itu merapatkan tubuh mereka. Avnan sengaja menunjukkan jika dirinya sudah siap ke tahap selanjutnya dengan menempelkan dia yang di bawah ke paha Auri.
"Bagaimana, sweety?"
"Kamu tahu betul, bukan. Jika aku sudah sangat siap sekarang. Bahkan kali kamu ingin kita berperang saat ini juga di sini, ku tidak keberatan."
Tanpa memberikan kesempatan Auristella bersuara yang sudah membuka mulutnya, Avnan segera menyerang bibir menggoda itu. Menikmati dengan buas bagai binatang kelaparan. Avnan merasakan bibir Auristella manis seperti madu.
Tangan Avnan mulai aktis menjalar ke mana-mana. Mengekspos apa pun yang membuat desahan semakin keluar dari mulut Auri. Bahkan Avnan tidak kalah mendesah saat begitu nikmatnya dia ekspor bagian dalam mulut Auri.
"Aku sudah tidak tahan, sweety."