jam telah menunjukan pukul 9 malam, Cessillya dan Yasmin masih sibuk melayani pelanggan.
Pembukaan yang bagus, karena ramai sekali pengunjung.
Mereka berharap ini bisa selamanya seperti ini.
Kevin dan Leon juga sudah berada disana sejak pukul 5 sore, keduanya membantu untuk mengantar pesanan pada pelanggan yang menunggu dimejanya masing-masing.
Berjam-jam bolak-balik membuat Kevin dan Leon kelelahan, keringatnya bercucuran karena tak terbiasa dengan kesibukan seperti yang dikerjakannya saat ini.
"Aku cape Yas."
Yasmin tersenyum dan menggeleng melihat Kevin, begitu juga dengan Cessillya.
"Leon mana."
"Di depan Si, dia dapat fans satu minta ditemenin makan."
"Masa sih, siapa ?"
"Gak tahu, ibu-ibu hamil, katanya si Leon ganteng dia pengen makan disuapin.
Cessillya tertawa begitu juga dengan Yasmin yang terkikik geli.
"Bagus itu, nanti anaknya kaya Leon."
"Jangan mau Yas, rugi .... sombong kaya gitu, emang kamu mau ?"
"Jangan gitu ahh."
Yasmin menggeleng, padahal mereka sudah akur tapi masih saja saling ejek.
"Kamu bawa pesanan lagi gak ?"
"Gak ada makanya aku diam juga."
"Ya udah minum nih, aku udah buat es teh manis, ayo minum."
Yasmin memberikan gelas pada Kevin, melihat hal itu Cessillya memilih pergi untuk melihat Leon takut saja jika Leon buat ulah jika merasa pusing dengan pelanggan yang rewel.
Cessillya keluar dan mencari keberadaan Leon diantara padatnya pelanggan yang sedang menikmati makanannya.
Cessillya tersenyum melihat Leon dengan sabar melayani pelanggannya, tak terlihat kekesalan diwajahnya.
"Syukurlah, berarti memang bisa diandalkan, sering-sering aja kaya gitu."
Cessillya mengangguk dan kembali ke dapur, untuk beristirahat selama tidak ada pesanan, Cessillya memilih untuk duduk santai diteras agar bisa sedikit tenang duduk diteras yang dingin.
"Ada Si ?"
"Ada, biarin aja lagi anteng."
"Benar ibu hamil ?"
"Iya, perutnya udah gede pasti bentar lagi dia mau lahiran."
Yasmin mengangguk dan kembali berbicara pada Kevin, Cessillya melihat kedekatan Yasmin dan Kevin memang lebih dari biasa.
Jika Yasmin balik menyukai Kevin, apa mungkin Yasmin akan bahagia.
Cessillya menggeleng, menepis semua yang ada dalam fikirannya dan berpaling memainkan ponselnya.
"Haaaah bisa gila gue."
Leon tiba-tiba datang dan tepar dilantai, ketiganya tertawa melihat Leon yang wajahnya penuh dengan lipstik bekas kecupan.
"Lu ngapa bambang ?"
Tanya Kevin dengan nada mengejek, Yasmin menggeleng dan meminum teh manisnya.
"Kenapa bisa gitu."
"Dasar emak-emak ngeselin banget, harusnya tadi kamu yang antar kedepan."
"Ya mana aku tahu kalau ada orang hamil, lagian kamu juga gak bilang."
"Gak mau dua kali gue."
Cessillya tersenyum dan merogoh saputangan disakunya lalu membersihkan lipstik di pipi Leon.
"Belajar sabar dong, nanti kalau punya istri hamil pasti maunya aneh-aneh jadi belajar dari sekarang."
"Istri istri .... tapi gak apa-apa kalau kamu istrinya."
Cessillya mengernyit tak menjawab apa pun, hanya sibuk membersihkan wajah Leon.
"Ini tutup jam berapa sih ?"
"Jam 10."
"Sekarang juga jam 10."
"Masa sih, emang iya Yas ?"
Yasmin menoleh dan mengangguk pasti.
"Gak kerasa ya, ya udah tunggu pelanggan yang ada itu selesai baru kita tutup."
"Nah itu benar, Vin jaga di depan sana jangan sampai ada lagi yang masuk."
Kevin berdecak dan berlalu meninggalkan ketiganya, Yasmin menggeleng dan kembali dengan segelas teh manisnya.
Beberapa saat berlalu, Cessillya dan Yasmin bergerak untuk memebereskan dapurnya bekas memasak seharian.
Leon memperhatikan keduanya, 2 sahabat itu memang kompak, mereka serba bisa.
Leon melangkah menghadang Cessillya untuk menghentikan langkahnya.
"Ngapain ?"
"Yang beratnya biar aku saja."
Cessillya tersenyum dan memberikan bawaannya pada Leon, Yasmin yang terdiam di dekat pintu mendengar sedikit keributan didepan sana.
Selang beberapa detik, Yasmin dibuat kaget lebih dulu karena melihat Kevin yang terjatuh akibat didorong Geovani.
"Bagus ya."
Suara tersebut mengejutkan Leon dan Cessillya yang sedang bekerja sama mencuci bekas memasak tadi.
"Van."
Geovani tampak menatap geram malihat Cessillya, bisa-bisanya dia sedekat itu dengan Leon.
"Kamu ngapain disini ?"
"Harusnya aku yang tanya, kamu ngapain disini .... sama wanita itu lagi ?"
Geovani melangkah dan meraih gelas minum Kevin, dengan penuh kemarahan Geovani melempar gelas tersebut kearah Cessillya.
Yasmin dan Cessillya menjerit bersamaan,Tapi beruntung Leon segera menariknya menghindari lemparan tersebut, gelas pun pecah membentur tembok.
"Kamu gak apa-apa ?"
Cessillya menggeleng tak mengeluarkan suara, belum sempat Leon berbalik, Geovani lebih dulu menarik Cessillya dan menamparnya berkali-kali hingga membuatnya terjatuh.
Kevin tampak menarik Yasmin kedalam dekapannya saat menyadari kepanikan Yasmin.
"Kamu apa-apaan Van ?"
Leon manarik Geovani untuk tidak menyakiti Cessillya karena ulahnya, Geovani dengan kasar membanting tangan Leon begitu saja.
"Apa .... kenapa .... keberatan aku ngelakuin itu sama wanita kampung ini, iya ?"
"Gak harus seperti itu, sekarang kamu pulang, cepat pulang."
Geovani tak habis fikir dengan kalimat yang didengarnya, bagaimana mungkin Leon lebih memilih Cessillya dibanding dirinya.
Geovani berlalu meninggalkan semuanya tanpa berkata apa pun lagi.
"Bangun Si."
Leon membangkitkan Cessillya yang tertunduk dengan air matanya, Leon merasa perih melihat kedua pipi Cessillya yang memerah.
"Maaf."
Leon memeluk tubuh Cessillya dan membuatnya semakin terisak, Leon tak pernah berfikir akan seperti ini kejadiannya.
Yasmin tampak melepaskan pelukan Kevin dan melirik kearah Leon juga Cessillya, Yasmin merasa geram dengan semuanya.
Tanpa basa-basi, Yasmin menghampiri keduanya dan menarik Cessillya dari pelukan Leon.
Leon mengernyit tapi belum sempat berkata apa pun, Yasmin lebih dulu mengusirnya.
"Pergi sekarang, kamu pergi dan kamu juga pergi."
Yasmin juga turut mengusir Kevin, Leon melirik Kevin yang terdiam menatap Yasmin.
"Yas, aku ...."
"Pergi aku bilang, jangan ganggu Sisi lagi, pergi cepat."
"Tapi ini semu bukan ...."
"Diam .... pergi sekarang atau aku teriak."
Kevin melangkah dan menarik pergi Leon, Leon sempat menolak tapi Kevin tetap dengan keputusannya untuk pergi dari tempat tersebut.
"Duduk Si, biar aku kompres."
"Aku mau pulang Yas."
"Ya udah tunggu, aku pesan taxi dulu."
Kevin tampak mendorong Leon dengan kasar, inilah yang ditakutkan Kevin.
Sejak awal Kevin memeng tidak percaya dengan kata-kata Leon, dan benar saja Geovani melalukan semuanya.
"Udah puas lo ?"
"Apa maksud lo ?"
"Ini kan tujuan lo deketin Sisi, lo hanya ingin membalas semua perlakuan Sisi terhadap lo selama ini."
Leon mengernyit mendengar setiap bentakan Kevin terhadapnya.
"Gue udah bilang lo gak usah lakuin itu, sekarang lo puas kan .... puas ?"
Leon mengepalkan kedua tangannya, ingin sekali Leon menghajar Kevin saat ini jika saja Leon lupa kalau Kevin adalah sahabatnya.
Leon memilih pergi tanpa berkata apa pun lagi, meninggalkan Kevin dengan segala kekesalannya pada Leon.
Kevin melihat ke dalam, kemudian turut pergi meninggalkan tempat itu.