Chereads / Rumitnya Cinta / Chapter 6 - Sekotak Spaghetti Cinta

Chapter 6 - Sekotak Spaghetti Cinta

Ratusan orang telah banyak mengerumuni setiap stand bazar, hari minggu ini taman kota ramai dengan banyak stand yang menawarkan berbagai macam makanan juga berbagai barang.

Leon sekawan memang sangat suka dengan keramaian, setiap ada acara mereka selalu ikut mendatanginya termasuk hari minggu ini.

Sekalian mengisi waktu luang karena tidak ada jadwal Kampus dan acara-acara penting lainnya, Leon dan kawannya memutuskan untuk datang menikmati bazar yang baru saja dibuka.

Mereka mendatangi satu persatu bazar yang berdiri disana, beberapa barang dan jenis makanan pun sudah ada ditangan mereka.

"Kamu mau beli apa lagi Van ?"

"Aku mau coba lihat-lihat pakaiannya."

"Oh ya udah."

"Eh kayanya gue jalan sendiri dulu ya, gue mau cari parfume dulu."

Ucap Cleo, diantara kesibukan mereka memilih apa yang diinginkan.

"Kalau gitu gue ikut."

Sahut Zian, Cleo mengangguk menyetujui ucapan Zian.

"Ya udah kalau mau pisah, tapi nanti kumpul lagi di parkiran."

"Ok."

Sahut Kevin menyetujui saran Leon, mereka akhirnya jalan masing-masing kecuali Leon dan Geovani juga Cleo dan Zian.

Diantara banyaknya stand, 1 stand mampu menarik perhatian Kevin.

Stand tersebut begitu banyak dikerubungi orang-orang, Kevin yang merasa penaran akhirnya memutuskan untuk mendatangi stand tersebut.

Karena rasa malasnya untuk menunggu, Kevin memilih untuk menerobos kerumunan orang disana, tapi sampai disana Kevin harus tetap menunggu karena pemilik stand tidak ada ditempat.

Kevin melihat tulisan diatasnya. *spaghettibolognese* *Cessillyafood*

Kevin mengernyit membaca tulisan Cessillya, fikirannya melayang pada gadis cupu mahasiswi baru di Kampusnya.

"Bu, pemiliknya mana ?"

"Lagi membawa lagi bahan-bahannya."

"Udah habis ?"

"Iya, saya sudah dua kali beli disini, tadi pertama anak saya, rasanya enak mas."

Kevin mengangguk, rasa penasarannya semakin meningkat setelah mendengar penuturan ibu disampingnya.

Tak lama kemudian datang 2 orang dengan bawaan yang begitu banyak ditangannya.

Kevin mengernyit ternyata fikirannya benar Cessillya ditulisan adalah gadis di Kampusnya.

Kevin memperhatikan setiap pergerakan keduanya, Kevin tersenyum kagum melihat betapa lihay cara mereka memasak sampai pesanan sebegitu banyak pun mampu mereka penuhi dengan cepat.

setelah menunggu berjam-jam akhirnya stand pun bebas dari kerumunan, Kevin merasa sangat jenuh menunggunya tapi rasa penasarannya lebih besar dan mampu mengalahkan rasa jenuhnya.

"Silahkan, pesan berapa bungkus ?"

Ucap Cessillya yang tak sadar siapa orang yang ditanyanya itu.

"8 porsi."

Jawabnya datar, Cessillya meliriknya dan membulatkan matanya melihat Kevin yang berdiri santai di depannya.

"Kamu, ngapain ?"

"Gue beli, gimana sih."

"Ko datang ke tempat kaya gini, kesasar ya ?"

"Apaan sih, udah buatkan 8 porsi, gue udah bosan disini."

"Ya udah balik, ngapain juga."

"Lo tuh ya ....."

"Kenapa sih."

Kalimat Kevin terhenti saat melihat sosok Yasmin yang muncul setelah beberapa saat sembunyi dibawah meja.

"Kevin, kamu disini, sama siapa ?"

"Sendiri, seperti yang lo lihat."

"Mau pesan, berapa porsi ?"

"Yasmin"

Cessillya menyela obrolan Yasmin dan Kevin, Yasmin menoleh dan terdiam menatap Cessillya.

"Akrab banget kamu sama dia, kamu udah kenalan ?"

"Hah .... kenalan .... enggak."

"Terus, bisa seakrab itu ?"

"Itu .... soalnya kan .... itu .... apa sih ...."

Yasmin bingung harus menjawab apa, gak mungkin jika Yasmin bilang kalau dirinya dan Kevin pernah bicara berdua waktu itu.

"Lo gimana sih, kalian kan jualan harus ramah sama pembeli."

"Nah itu tuh benar itu."

Sahut Yasmin setuju, Cessillya merasakan kaganjilan dari sikap Yasmin saat ini.

"Buruan bikin, gue pegal pengen balik."

"Ya udah balik, ga dibeli sama kamu juga aku gak rugi."

"Euh ...."

"Eh udah udah, cukup jangan ribut, biar aku yang buat, Sisi kamu istirahat aja."

Yasmin menengahi keributan Kevin dan Cessillya, Cessillya tak peduli dan berlalu begitu saja.

Kevin tersenyum saat Yasmin juga tersenyum padanya.

"berapa porsi ?"

"8 porsi."

"Ok, tunggu."

Kevin mengangguk dan mengedarkan pandangannya, tak ada satu pun dari kawannya yang bisa dilihat Kevin.

Kevin sadar dirinya terlalu lama berada di stand tersebut dan mereka pasti sudah kesal menunggunya diparkiran.

"Yas, cepat sedikit ya."

"Iya, masak ini gak lama ko, sebentar lagi."

Setelah beberapa waktu berlalu, Yasmin memberikan pesanan Kevin.

"Silahkan."

"Berapa totalnya ?"

"430.000."

"Ok."

Setelah pembayaran, Kevin langsung pamit dan meninggalkan stand yang telah membuatnya menunggu lama.

Sesuai tebakan Kevin, 7 kawannya tampak kesal menantikan dirinya.

Kevin tersenyum melihat wajah-wajah masam dihadapannya.

"Dari mana lo, lama banget."

"Sabar Van, gak usah marah, nih gue bawakan menu enak dan paling enak dari yang enak."

"Apaan tuh ?"

Kevin membagikan setiap kotak pada masing-masing orang, dan meminta mereka untuk cepat mencobanya.

"Ayo makan, gue jamin kalian bakalan ketagihan."

Kevin berucap penuh keyakinan bermodalkan ucapan ibu-ibu yang sempat berbicara dengannya, padahal Kevin sendiri belum membuktikannya.

Mereka sama-sama mencicipi makanannya, tidak ada raut kekecewaan dari mereka semua terutama Kevin sendiri.

"Enak banget nih, beda banget dari spaghetti yang biasa gue makan."

"Bener banget, lo dapat dari mana ini."

Dukung Satria atas ucapan Leon, berikut dengan yang lainnya pun mengakui keistimewaan dari rasa spaghettinya.

"Dari stand di sana, kalau kalian mau lagi bisa gue pesan nanti."

"Lo kenal sama penjualnya, kok bisa pesan segala ?"

"Bisa gue sempat catat tadi kontak ponselnya, gue bisa pesan kapan pun soalnya terima pesanan juga."

Semua mengangguk mendengar penjelasan Kevin, setelah selesai menikmati makanannya, mereka memutuskan untuk langsung pulang ke rumah masing-masing.

Seharian berada di bazar membuat kepala mereka sangat pusing.

Saat malam datang, Kevin tengah santai di balkon kamarnya.

Fokusnya pecah saat ponselnya berdering, Kevin melihat nama Leon disana dan langsung menjawabnya.

"Gue laper, di rumah gak ada makanan, kirim gue kontak penjual spaghetti tadi."

Kevin mengernyit, bingung harus jawab apa, jika saja Leon tahu penjualnya adalah Cessillya dan mereka bertemu nanti pasti Cessillya akan jadi korban lagi.

"Vin, lo dengar gue ?"

"Hah .... iya iya gue dengar."

"Bisakan lo kirim ?"

Kevin menggaruk kepalanya yang tak gatal, tak ada yang bisa jadi jawabannya.

"Kevin, mabuk nih orang, ditanya kok gak jawab-jawab"

"Iya .... bisa sih bisa, tapi .... itu masalahnya yang .... yang jualnya ...."

"Lo kenapa sih, tinggal kirim doang."

"Emmm gini saja, gue juga lagi pesan, gimana kalau nanti gue ke rumah lo saja antar pesanannya, sekalian gue juga gak ada teman di rumah."

"Pelit banget, penjualnya gebetan lo, takut gue embat, bodoh .... ya udah terserah.

Leon menutup sambungannya begitu saja, tapi seenggaknya Kevin bisa lega karena Leon tak harus bertemu Yasmin atau Cessillya, karena itu adalah yang paling benar biar aman.

Tapi gantinya, Kevin jadi harus memesan dan mengantar spaghettinya ke rumah Leon.