Pagi ini lagi-lagi Yasmin berjalan memasuki kelas sendirian, tak ada Cessillya disampingnya.
Sudah 3 hari Cessillya tidak ke Kampus setelah kejadian malam itu, dan Yasmin juga enggan berbicara dengan Leon atau pun Kevin.
Lagi, Leon memilih untuk kembali bersama Geovani, tak lagi mempedulikan Cessillya.
Leon terlihat sangat berusaha memperbaiki semuanya dengan Geovani dan Yang lainnya, dan Cessillya terlupakan begitu saja.
"Yas, Sisi gak masuk lagi ?"
"Enggak Cindy."
"Dia sakit apa ?"
"Gak enak badan aja, aku juga belum ketemu dia hari ini jadi belum tahu perkembangannya untuk sekarang."
Cindy mengangguk, sejak 3 hari tidak ada Cessillya, Yasmin memilih untuk dekat dengan Cindy demi bisa menghindari Kevin yang terus saja mengganggunya.
Cindy adalah teman satu kelas yang memang duduk berdekatan dengan Yasmin, mereka juga tampak akrab meski baru beberapa hari berbicara.
"Yas."
Yasmin menoleh dan mendelik saat tahu Kevin telah berada dibelakangnya.
"Yas, aku ke toilet dulu ya."
"Ya udah."
Cindy berlalu setelah pamit pada Yasmin, Kevin pun lantas duduk ditempat Cindy, berusaha untuk bisa berbicara dengan Yasmin.
"Aku juga harus keluar."
Kevin menahan Yasmin agar tetap duduk dikursinya.
"Aku salah apa Yas, kenapa kamu kaya gini ?"
"Aku gak mau bicara sama kamu, udahlah."
"Ya kenapa, aku gak bikin salah apa-apa."
"Kamu ...."
"Sedih banget lo gak bisa bicara sama dia, sampai segitunya."
Kalimat Yasmin terpotong karena kalimat Cleo yang tiba-tiba itu, Yasmin menoleh dan melihat Cleo yang tersenyum mengejek padanya.
Dalam fikir Yasmin, berurusan sama mereka gak akan memberi keuntungan apa pun.
"Yas."
"Aku permisi."
Yasmin berlalu begitu saja meninggalkan Kevin, kepergian Yasmin membuat semua penghuni asyik menyorakinya.
"Diam .... diam kalian semua, sekali lagi gue dengar ada yang berani teriaki Yasmin seperti itu, kalian akan terima akibatnya."
Bentakan Kevin mampu membungkam semua mulut diruangan itu termasuk juga kawannya sendiri.
Yasmin merasa malas berada dalam kelas, Yamsin tahu saat ini jam pertama telah dimulai tapi Yasmin memilih diam diperpustakaan.
"Gak ada Sisi, sepi banget ya aku disini."
Yasmin membuka asal lembar demi lembar buku yang dipegangnya, Yasmin tak ada semangat untuk membacanya.
Ingin sekali Yasmin pergi dari semuanya, kembali ke Medan dan berkuliah disana mungkin akan lebih tenang karena terbebas dari manusia menyebalkan itu.
"Tapi Sisi pasti gak mau pulang ke Medan, haah Yasmin, sabar sabar sabar ini ujian Yas, ujian hidup di Kota yang memang baru dipijak ternyata seberat ini."
Yasmin menggeleng dan menutup buku yang sejak tadi bolak balik dibukanya tanpa dibaca satu kalimat pun.
"Aku pulang ajalah, besok baru masuk kelas lagi, gak bisa fokus juga."
Yasmin membawa tasnya dan berlalu meninggalkan perpustakaan, Yasmin memesan taxi sambil melangkah untuk meninggalkan Kampusnya.
Langkah Yasmin terhenti saat melihat Leon tiba-tiba berdiri dihadapannya, Yasmin mendelik kesal tadi Kevin sudah sangat menjengkelkan dan sekarang harus ditambah lagi sama Leon.
"Sisi kenapa gak masuk ?"
"Urusannya sama kamu apa ?"
"Tinggal jawab aja."
"Ya kamu juga tinggal jawab aja."
Leon menatap Yasmin dingin, Yasmin mengernyit dan memalingkan wajahnya.
"Kenapa, lo jawab kenapa Sisi."
Leon mencengkram lengan atas Yasmin, Yasmin memejamkan matanya tanpa berani menatap Leon.
"Ayo bilang, Sisi kenapa gak masuk ?"
"Bukan urusan kamu, lepasin."
Yasmin melepaskan paksa tangannya dari Leon, dengan sisa keberaniannya Yasmin menatap balik Leon.
"Gak usah peduliin Sisi lagi, kamu gak bisa penuhi janji kamu kan, hal buruk udah terjadi sama Sisi dan ini belum sampai dua bulan."
Leon mengeraskan rahangnya, bagi Leon kalimat Yasmin itu sangat menjatuhkan Leon, Yasmin berani merendahkannya seperti itu.
"Dimana Sisi."
"Aku gak tahu."
"Gue masih baik-baik sama lo, dimana Sisi sekarang .... jawab."
Bentakan Leon berhasil membuat keberanian Yasmin menghilang seluruhnya, Yasmin memundurkan tubuhnya menjauhi Leon tapi Leon memajukan langkah untuk tetap mendekat pada Yasmin.
"Lo mau gua lakukan apa sekarang ?"
"Leon aku cuma ...."
Belum sempat Yasmin menyelesaikan kalimatnya, Leon lebih dulu menarik tubuh Yasmin kedalam dekapannya.
Jauh diujung sana, tak ada yang tahu jika Kevin ternyata memperhatikan mereka sejak awal, wajahnya merah padam begitu juga dengan matanya menggambarkan kemarahan yang telah sampai pada puncaknya.
Kevin menonjok tembok didepannya, selama ini Kevin berjuang mati-matian tak pernah memperdulikan setiap ejekan orang-orang terhadapnya hanya demi mendapat cinta Yasmin.
Tapi apa yang dilihatnya saat ini, setelah Yasmin mengabaikan dirinya, Yasmin memilih diam dalam pelukan Leon.
"Vin, lo mau kemana ?"
Pertanyaan Zian tak digubris Kevin, Kevin berlalu dengan menendang kursi milik Leon.
Kevin tak terima dengan apa yang dilihatnya beberapa waktu lalu.
"Kenapa tuh anak."
Satria kepo dengan tingkah Kevin yang emosi seperti itu, kawannya yang lain hanya menggeleng tak dapat memberikan jawaban apa pun.
Beberapa saat setelah Kevin pergi, Yasmin datang dan disusul Leon.
Yasmin menggeser bangku yang ditendang Kevin tadi Karena menghalangi jalannya.
"Kursi gue berantakan."
"Si Kevin kenapa tuh, uring-uringan kaya gitu balik dari toilet ?"
"Kenapa ?"
Tanya Leon santai kemudian duduk di kursinya.
"Iya tadi Kevin bilang ke toilet, lama sih, tapi pas datang dia marah-marah gitu, itu kursi lo ditendang sama dia makanya kabur dari tempat."
Leon mengernyit tak mengerti dengan apa yang diceritakan Radit, Yasmin terdiam ditempatnya bergelut dengan fikirannya sendiri setelah mendengar cerita Radit.
Kevin menghentikan laju mobilnya setelah sampai halaman rumahnya, Kevin melangkah masuk dan langsung ke kamarnya.
Kevin duduk di balkon kamarnya, fikirannya melayang mengingat Yasmin.
Ini adalah kali pertama dirinya merasa jatuh hati pada seorang wanita tapi kenapa seperti ini balasannya, setelah sekian bulan Kevin terus berusaha untuk mendapatkan Yasmin tapi malah tontonan seperti itu yang menjadi balasannya.
"Kenapa seperti ini, Yas ?"
Kevin kembali mengepalkan tangannya, mengingat dimana Leon menarik Yasmin kedalam pelukannya dan saat bersamaan Yasmin hanya diam tanpa penolakan.
"Kenapa semua harus selalu Leon dan Leon, lo gak bisa lihat ketulusan gue Yas ?"
Kevin mengacak kasar rambutnya, tak ada sedikit pun penghargaan atas usahanya selama ini untuk bisa bersama Yasmin.
"Lo lihat setelah ini, gue yang akan buat hidup lo gak nyaman berada di Kampus atau bahkan di Kota ini sekali pun .... arrght."
Kevin menendang meja dihadapannya lalu bersandar pada sandaran kursi yang didudukinya.
Entah apa yang akan terjadi setelah ini, setelah Kevin menjadi berbeda dari kawannya yang lain tetap saja Kevin hanya menerima kepahitan.
Apa kebaikan tak ada arti dibanding dengan segala ketidak baikan, Kevin mengusap wajahnya dan memejamkan matanya berusaha mencari ketenangan untuk dirinya sendiri.
Semua ini karena Yasmin.