Chereads / Mecca (Luka yang Tiada Akhir) / Chapter 27 - Permohonan Maaf

Chapter 27 - Permohonan Maaf

Ceklek

Alunan musik lagu yang masih di putar, sedangkan sang pendengar sudah terlelap di meja belajar.

Membuat seorang wanita menatap kasihan sang putri, merasa bersalah sudah menyakitinya selama ini tanpa dirinya ketahui.

"Maafkan bunda, Mecca. Selama ini bunda lah yang sering menyakiti kamu." Reina bersimpuh di depan Mecca sambil memeluk kaki Mecca.

Sampai pendengaran gadis itu samar-samar mendengar suara tangisan, membuatnya terbangun.

"Loh? Bunda kenapa nangis dan duduk di bawah?" Mecca dengan cepat menyuruh bundanya untuk duduk di kasur dan Mecca duduk di sebelahnya.

Menyeka air mata wanita di depannya yang sangat ia sayangi, walaupun alasan di balik dirinya terluka.

"Enggak, Mecca. Maafkan bunda, ternyata selama ini bunda yang sudah banyak menyakiti kamu." Reina memeluk erat Mecca sampai wajah gadis itu tertegun mendengar ucapan bundanya.

Tak berselang beberapa detik, Mecca membalas pelukannya bundanya sembari berucap. "Bunda nggak salah, ini emang udah jalan takdir di keluarga kita yang udah berantakan setelah kepergian papa."

"Sakit, bun. Sampai rasa sakit itu, bunda tambah dengan mendatangkan dua orang asing di keluarga kita. Apalagi bunda sedikitpun nggak bertanya bagaimana Mecca, sampai akhirnya Mecca berusaha membiasakan diri dalam sakit hingga sekarang," lanjut Mecca sampai tangisnya pecah.

Ia sudah tidak bisa menahannya, air mata yang ia pendam selama satu bulan ini. Memang ujian tak henti-hentinya mengujinya yang mungkin agar dirinya kuat, tetapi seberusaha apapun untuk kuat, kata tak sanggup sering muncul di benak Mecca.

"Mecca, maafkan bunda karena egois selama ini," ucap Reina penuh rasa bersalah.

Pelukan melerai, Mecca menyeka air mata Reina. Lalu menghela napas sebentar.

"Boleh aku tau kenapa bunda bisa bertemu dengan dua orang asing itu? Aku akhirnya memberanikan diri bertanya karena ingin mendengar jawaban itu sendiri dari bunda." Mecca menggenggam tangan Reina.

Karena bagi Mecca, ia pun harus tahu lintas kejadian yang ia tidak ketahui. Di mana bundanya bertemu dengan ayah tirinya sampai bundanya menikah. Sebab selama sebulan itupun, Mecca berpikir ayah tirinya lah yang memaksa agar mau menikah dengannya.

Namun, di sisi lain untuk Reval. Mecca tak tahu menganggapnya apa, rasa bencinya tak sebesar rasa bencinya pada ayah tirinya karena selama ini hanyalah Reval yang sering berada bersama dirinya di saat rapuh sampai Fathur saja Mecca anggap seperti tidak berguna sebagai kekasihnya.

"Semuanya berawal dari peristiwa yang bunda pun tak pernah menyangka terjadi, Mecca. Bertemu karena sama-sama kehilangan, entah di hari itu apakah pertemuan bunda dengan Hasan adalah sebuah kesalahan ataukah garis takdir tuhan?" Reina dengan tatapan kosongnya semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Mecca.

"Apa maksud bunda sama-sama kehilangan?" tanya Mecca menunggu penjelasan Reina selanjutnya.

Reina belum menjawab, ia malah menangis tanpa suara. Membuat Mecca jadi tak tega memaksa bunda untuk melanjutkan bercerita.

Dan ternyata di sisi lain ada seseorang yang berdiri di pintu luar kamar Mecca yang tanpa sadar air matanya menetes di pelupuk matanya.

"Bukan hanya lo, Ca yang kehilangan papa lo, tapi gue juga. Kecelakaan di hari itu bukan hanya satu nyawa yang hilang, melainkan dua nyawa," ucap Reval berusaha menahan air matanya yang mengalir.

Satu hari terasa berlalu begitu cepat. Suara-suara khas pagi hari terdengar, sampai suara khas dan lembut membangunkan gadis yang menggeliatkan tubuhnya seperti ulat bulu.

"Mecca, ayo bangun sayang. Udah adzan, ayo kita shalat subuh dulu." Reina menarik tangan Mecca sampai tubuh gadis terduduk di kasur.

Setelah menunaikan kewajiban dan bersiap-siap berangkat sekolah. Mecca sudah siap dengan tas yang digantungkan di bahunya, lalu keluar kamar dan bertepatan saat itu juga Reval keluar kamarnya.

Keduanya saling menatap karena memang kamar Mecca dan Reval berhadapan. Namun tak lama tatapan keduanya terputus dengan Mecca yang mengalihkan pandangannya lebih dahulu ke arah lain, sedangkan Reval berdehem menghilangkan kecanggungan yang tiba-tiba melanda.

Tepat saat itu juga Reina dan Hasan datang, ingin memanggil kedua putra-putri mereka untuk sarapan.

"Loh? Kenapa diam saja? Ayo Reval, Mecca, kita sarapan dulu," ucap Reina.

Di meja makan, suasana hanya hening tanpa diisi dengan pembicaraan apalagi bercenda gurau, itu adalah ketidakmungkinan. Semuanya sibuk dengan aktivitas makan masing-masing dan pikiran mereka.

Sampai pada akhirnya, Reina yang tak tahan hanya diam-diaman saja memutuskan memulai pembicaraan.

"Mecca," panggil Reina.

"Iya, bun?" sahut Mecca mendongak menatap sang bunda.

Reina belum berucap, wanita terdiam sebentar menatap mata sang putri yang sendu tengah menunggu ucapannya.

"Sekolah yang bener dan bunda ingin kamu mendapat juara lagi seperti tahun-tahun sebelumnya dan ...." Reina menggantungkan kata-kata terakhir sampai membuat Mecca penasaran, begitupun Reval yang ikut penasaran.

"Bunda izinkan kamu tetap menjalin hubungan dengan Fathur, jika memang bersama dia, putri kesayangan bunda bisa bahagia, kenapa bunda larang. Maafkan bunda selama ini karena ternyata selama ini bunda hanya memberi kamu luka," lanjut Reina.

Mendengar penuturan ucapan bundanya, Mecca langsung terharu dan berlari menghampiri bundanya, lalu memeluk erat.

Walaupun kekesalannya masih ada, tetapi Mecca tak bisa membenci bundanya atas apa yang terjadi. Karena satu-satunya orang yang sangat berarti hanyalah bundanya, setelah kepergian papanya.

"Terimakasih, ya, bun. Terimakasih udah kasih aku izin tetap bersama Fathur. Ya udah aku berangkat sekolah dulu."

Setelah berpamitan hanya pada bundanya, Mecca melongos langsung pergi tanpa sedikitpun menatap Hasan ataupun Reval yang terdiam menatap kepergian Mecca.

"Biarkan waktu yang nanti memudarkan kebencian Mecca terhadap saya ataupun Reval," ucap Hasan dan Reina berusaha menguatkan.

Reval dengan tatapan sendunya, menatap kedua orangtuanya yang berada di hadapannya.

"Karena bukan hanya Mecca yang kehilangan, melainkan Reval juga kehilangan sosok penguat dan paling sabar akibat kecelakaan hari itu,"

Ramainya parkiran sekolah dengan berjejeran berbagai macam jenis kendaraan, termasuk motor gede milik Fathur yang berhenti dengan sempurna mengalihkan tiap pandangan penghuni parkiran menatap takjub motor miliknya.

Bagaimana tidak takjub, motor milik Fathur adalah keluaran jenis terbaru dan masih belum ada di pasaran diperjual belikan, tetapi Fathur sudah memilikinya.

Apalagi para cewek yang sudah tahu siapa cewek yang di bonceng oleh Fathur, tak heran banyak yang iri, tetapi juga sadar diri karena memang Mecca adalah cewek yang banyak di incar para cowok SMA Damarta karena kecantikannya dan kepintarannya, namun malah Fathur yang beruntung mendapatkannya.

"Gue seneng banget akhirnya couple goals sekolah kita udah bisa tenang, karena ratu drama udah di depak dari sekolah ini," ucap salah seorang siswi kepada teman sebelahnya.

"Betul banget. Gue sih emang iri ngeliat Mecca bisa dapetin Fathur, tapi nggak dapat Fathur, bisalah dapetin kaka dia," sahut temannya.

"Jangan mimpi, tipe cewek Reval aja sampai sekarang kita nggak tau!"