Chereads / Mecca (Luka yang Tiada Akhir) / Chapter 28 - Tertarik

Chapter 28 - Tertarik

Helaan napas berulangkali di lakukan gadis yang di bantu turun karena motor yang di tumpanginya cukup tinggi, bahkan sampai mendapat sorakan dari pada penonton parkiran, hingga membuat Mecca langsung salah tingkah dan menahan malu.

"Far ... gue malu," ucap Mecca menundukkan wajahnya.

Kedua tangan Fathur, ia gunakan membantu melepaskan helm yang di gunakan oleh Mecca. Tak lupa merapikan rambutnya dan menggandengnya membawanya menuju kelas.

Hingga tiba di kelas pun, tetap saja Fathur dan Mecca jadi bahan tontonan yang begitu menarik sampai banyak yang iri, melihat betapa Mecca di perlakukan seperti seorang ratu oleh Fathur.

Sedangkan Mecca, yang biasanya reaksinya biasa-biasa saat di gandeng oleh Fathur. Kali ini berbeda, jantungnya berpacu dengan cepat sampai tangannya pun berkeringat dingin karena gugup dan menahan malu.

"Ca, tangan lo kok berkeringat gini? Lagi sakit ya?" Nada suara Fathur terdengar cemas, sampai sudah mengecek suhu tubuh Mecca dengan meletakkan tangan satunya di dahi gadisnya.

"E-enggak, Far. Tolong kita kek biasanya aja, gue bener-bener malu jadi bahan tontonan," ucap Mecca.

Fathur terkekeh, sampai tanpa sadar mengacak-acak rambut Mecca karena gemas dengan tingkah gadisnya.

"Aduh, Ca. Lo kok gemes banget sih," sahut Fathur mencubit pipi Mecca, sedangkan Mecca hanya bisa memasang wajah cemberutnya.

Duduk yang berhadapan, Fathur memegang bahu Mecca untuk menatapnya.

"Dengerin gue, Ca. Di mana-mana cowok ingin menjadikan pasangannya satu-satunya ratunya yang harus di bahagiakan dan gue ingin ratu gue banyak yang iri dengan segala perhatian yang gue kasih ke elo, sayang." Di akhiri dengan mencubit hidung mancung Mecca, semburat merah sudah tak bisa Mecca tahan karena baper dnegan ucapan Fathur.

"Ihh! Lo apaan sih, Far!" elak Mecca sambil memukul-mukul bahu Fathur kesal.

Sedangkan Fathur bukannya kesakitan, malah hanya tertawa karena pukulan Mecca yang tidak ada rasa sakit sedikitpun.

Namun, tanpa ada yang menyadari. Ada seseorang dari balik jendela luar kelas Mecca, mengepalkan tangannya kuat, menahan mati-matian amarahnya, berusaha mengontrol dirinya untuk tidak melakukan hal yang merugikan dirinya apalagi sampai membuat masalah baru yang akan membuat kebencian Mecca malah bertambah pada dirinya.

"Gue harus gimana, Ca? Rasa ini malah semakin berbahaya kalau gue gak mati-matian menahannya untuk enggak gue sampaikan ke elo."

Yah, dialah Reval. Memilih jalan yaitu mencintai dalam diam, walaupun sangat menyiksa hatinya ketika melihat seseorang yang ingin ia jadikan ratu, sudah ada raja yang lain membahagiakannya.

Namun, satu hal yang juga sebagai penghalang pupusnya harapan Reval tentang perasaannya. Ialah hubungan atau ikatan persaudaraan yang di ikat dengan dua insan yang telah menikah dikarenakan sama-sama kehilangan pasangan masing-masing.

Apa yang harus Reval lakukan? Keadaan seperti mempermainkannya. Di buat ragu dan takut saat ingin mengutarakan, tetapi di pendam, sakitnya berkepanjangan.

Karena ... tidak ada perkara hati yang bisa di bagi, begitupun perihal cinta yang kebanyakan orang mengatakan hanyalah akan menciptakan manis di awal, tetapi perih karena luka di akhir.

Jika pertemuan bukanlah hal yang di sengaja. Jika cinta datangnya tanpa permisi, lantas apa yang bisa Reval sebut pertemuannya dengan Mecca hanyalah sebuah takdir dan halusinasi ingin memilikinya hanyalah angan saja.

Ding! Dong!

Bel masuk berbunyi, semua siswa-siswi sudah duduk rapi di meja masing-masing sambil menyimak penjelasan dari Bu Griya--guru matematika yang menjelaskan tiap rumus dengan teliti.

Begitupun untuk seorang siswi yang namanya sudah tak asing jika di suruh menyelesaikan soal matematika yang sulit. Tangannya dengan lincah menulis tiap rumus di papan tulis, seperti sudah sangat hafal di luar kepalanya.

"Bagus, Mecca. Ibu benar-benar bangga sama kamu, di kelas ini banyak sekali siswa-siswi yang cerdas seperti Mecca, tetapi di bidang yang berbeda. Contohnya seperti Fathur, yang lebih unggul di pelajaran fisika dan tahun ini pun, Fathur dan juga Mecca akan mewakili sekolah kita di olimpiade sains tingkat SMA nanti," ucap Bu Griya.

Mecca duduk kembali ke kursinya dan tatapan seorang yang duduk di sampingnya sedikitpun tak luput dari menatap Mecca.

"Gue bangga banget sama lo, Ca."

Satu kata itu yang keluar dari mulut Fathur yang duduk di sebelah Mecca, sontak membuat seisi kelas bersorak menggoda sampai membuat Mecca langsung menahan malu akibat ulah Fathur.

"Cieee ... bangga nih ceritanya, Fathur. Makanya jangan lagi di sakiti Meccanya, biar Mecca juga bangga punya cowok kayak elo!" ucap Megan menyindir.

"Megan!" tegur Mecca.

"Biarin, Ca! Sekali-kali di kasih sindiran biar mata hati dan pikirannya terbuka dengan lebar," sahut Megan mendapat tatapan tajam dari Noval yang memberi isyarat untuk diam.

Sedangkan Fathur hanya bisa diam, karena sindiran itu memang benar adanya untuk dirinya.

"Sudah-sudah! Jangan memojokkan Fathur lagi, karena ibu yakin, Fathur melakukan hal seperti itu pasti ada alasannya, yang membuat dirinya mau tak mau harus bisa memilih," ucap Bu Griya membuat Fathur yang sebelumnya menundukkan saja, terangkat kepalanya.

"Maksud ibu?" tanya Fathur tidak mengerti.

"Ibu tau, selama ini yang kamu lakukan adalah sebuah keterpaksaan, tetapi kamu juga ingin mencoba egois tidak bisa. Apa sekarang kamu mengerti, Fathur Argantara?"

Bel istirahat berbunyi, semua siswa-siswi berhamburan keluar untuk menetralkan otak yang sudah di kuras habis di waktu jam belajar. Begitupun Mecca yang sudah bersiap ingin pergi ke kantin bersama Fathur dengan Megan dan Noval, tetapi terhenti saat Fathur bertanya.

"Si Farel masih nggak hadir juga hari ini?" tanya Fathur pada Noval.

"Iya. Bahkan dia ngeblok nomor gue dan semua yang berhubungan dengan gue, dia blokir, kecuali Megan yang kata dia dari beberapa hari lalu, Farel mencoba mendekati dirinya lagi," jelas Noval.

"Nggak seharusnya Farel memaksa keadaan yang dulu bisa kembali ke masa sekarang. Kalian juga harus bahagia, bukan hanya selalu membahagiakan orang lain jika diri kalian sendiri malah tersakiti," ucap Fathur.

"Iya, Far. Gue sama Noval sekarang nggak lagi backstreet, kami udah mutusin menjalin hubungan terbuka sekarang. Nggak nyangka sih gue bakal suka sama si es ini," ucap Megan seraya menggoda Noval.

"Halah! Lo bilang gitu karena merasa tertantang aja sama Noval yang nggak pernah ngelirik cewek manapun, eh pas banget Noval ternyata ngerespon lo," sahut Mecca.

"Sebenarnya gue udah lama tertarik sama Megan waktu gue sama dia ternyata satu kelas, mungkin keknya Megan udah lupa yang waktu kejadian pas hari pertama kita satu kelas," sahut Noval.

"Maksudnya apaan? Apa yang terjadi di hari pertama kita satu kelas?" tanya Megan tak mengerti.

"Lo lupa sama kelakuan lo yang barbar dulu? Yang suka banget ikat tali sepatu orang biar jatuh dan waktu itu gue korban juga, entah korban ke berapa, tapi ternyata gagal ya?"

Mata Megan membulat sempurna mendengar ucapan kelewat jujur Noval, yang membeberkan kelakuannya dulu yang sangat barbar dan memalukan untuk di ingat.