"Jadi mie instan-nya, Neng?" tegur Pak Mamat pada Candy saat Azka sudah masuk ke dalam.
"Iya, Pak. Telornya setengah mateng ya, Pak," balas Candy.
"Siap," sahut Pak Mamat sumringah.
Candy mengedarkan pandangan ke sekitar, memerhatikan warung sederhana itu. Sesekali Candy berusaha melongok pada ruangan berkaca gelap di dalam sana. Ia mendengar sayup-sayup orang bicara dan gelak tawa.
"Ini sebenarnya tempat apaan sih, Pak?" tanya Candy pada Pak Mamat.
"Ini basecamp-nya Mas Rangga dan teman-temannya, Neng," jawab Pak Mamat sambil lanjut mengiris-iris bawang.
Candy mengerutkan dahi. "Mas Rangga? Siapa dia?"
"Mas Rangga itu temannya Mas Azka. Mereka rame di dalam. Kadang bikin turnamen game online, kadang latihan musik, dan kadang balapan. Ya, acara-acara anak mudalah, Neng," terang Pak Mamat akhirnya.
"Oooh." Candy memilih untuk mengangguk-angguk, meski sebenarnya masih begitu banyak pertanyaan yang berseliweran di kepalanya.
Tidak lama berselang, Pak Mamat pun menghidangkan semangkuk mie instan itu pada Candy. "Mau minum apa, Neng?" tawarnya lagi.
"Es teh manis aja, Pak," jawab Candy.
Dengan cekatan, Pak Mamat pun membuatkan pesanan Candy berikutnya. "Oh, ya, Neng manis ini pacarnya Mas Azka, ya?" goda Pak Mamat kemudian.
"Bukan, Pak. Saya musuhnya," bantah Candy sambil mulai menyantap semangkuk mie instan itu.
"Ah, Si Neng bisa aja. Kalau musuh, mana mungkin dibawa kesini." Pak Mamat cekikikan sendiri.
"Pokoknya saya bukan pacarnya Azka, Pak," tegas Candy.
"Oh, masih jadi gebetan ya," balas laki-laki tua itu lagi.
Candy tampak menghembuskan napas, ia lebih membiarkan Pak Mamat membangun asumsi sendiri daripada terus berdebat dengan laki-laki tua itu.
"Mas Azka baru pertama kali lho bawa cewek ke sini, Neng," ujar Pak Mamat kemudian.
Pernyataan itu ternyata ampuh untuk membuat Candy kembali mendelik pada Pak Mamat. "Oh ya?" balasnya.
Pak Mamat mengangguk pasti. "Di antara anak-anak yang nongkrong di sini, Mas Azka adalah yang paling cuek sama perempuan. Makanya saya langsung kaget begitu ngelihat Mas Azka datang sama cewek, cantik lagi," terang penjaga warung itu.
Candy senyum-senyum sendiri, antara bangga dikatakan cantik oleh Pak Mamat dan bangga karena merasa diistimewakan oleh Azka. Candy pun lanjut menyantap makanannya sambil menunggu Azka keluar dari ruangan itu.
***
Azka menaruh stik drum dan bangkit berdiri.
"Ntar malam jadi kan, Ka?" tanya Rangga pada Azka yang tampak sudah kembali menyandang tas ranselnya.
"Gua nggak janji, ya. Pokoknya kalau ntar dapat izin, gua bakal kabarin lo semua," balas Azka.
"Anak mami banget si, Der. Masa keluar harus minta izin segala," sindir Rio yang sedari tadi sibuk menatap layar komputer, entah sedang menyaksikan apa.
"Emang elo yang nggak punya mami alias anak broken home," timpal Virgo dari sudut ruangan.
Rio pun langsung melotot pada laki-laki kurus yang berambut merah itu. "Sekali lagi lo ngomong, gua botakin pala lo!" ancamnya.
Rangga langsung terkekeh, entah menertawakan apa. "Pokoknya entar malam kita harus ngumpul di sini lagi, ya. Gua bakal bawain hadiah spesial buat lo semua."
Rio tampak menyambut dengan sumringah. "Bohai nggak?"
"Ajib pokoknya," sahut Rangga.
"Jadi nggak mau pulang nih gua," celutuk Rio yang tampak begitu antusias dengan rencana Rangga.
"Tugas Akhir lo kapan bakal dikerjain, Nyet?" balas Rangga.
"Ah, bodo amatlah. Tugas akhir mah gampang, bisa belakangan," jawab Rio sambil mengibaskan tangannya.
"Gua cabut, ya!" ujar Azka yang tampak tidak tertarik dengan topik teman-temannya itu.
Azka pun keluar dari basecamp tersebut dan menemui Candy kembali di warung Pak Mamat. Namun ketika tiba di warung itu, Azka justru melihat Candy sedang tertidur. Azka geleng-geleng sendiri. "Asal molor aja nih cewek," batinnya.
"Neng Candy sampai ketiduran gara-gara nungguin Mas Azka. Kenapa nggak dibawa ke dalam aja sih, Mas?" tegur Pak Mamat. "Pasti karena nggak mau digodain sama yang lain ya?" lanjut laki-laki tua itu.
"Pak Mamat sok tahu," semprot Azka, padahal dugaan Pak Mamat sama sekali tidak meleset.
Di tongkrongan laki-laki, perempuan seperti nggak ada artinya. Setiap perempuan yang dibawa teman-temannya ke tempat itu seolah menjadi milik mereka bersama. Azka jelas tidak ingin Candy diperlakukan seperti itu oleh teman-temannya.
"Eh, Can, bangun!" Azka menepuk-nepuk lengan Candy.
Candy pun akhirnya tersentak dengan mata yang masih perih. "Udah jam berapa sih?" tanyanya pada Azka.
"Jam empat sore," jawab Azka. "Yok cabut!" Azka menuju parkiran disusul oleh Candy di belakang.
"Lo ngapain sih di dalam? Lama amat," cetus Candy sambil mengenakan helm.
"Nyabu," jawab Azka asal.
"Hah?" Candy langsung melotot.
"Ya, enggaklah," ralat Azka kemudian.
"Ka, kalau sampai lo konsumsi obat-obat terlarang, gua bakal-"
"Enggak, Can. Gua cuma becanda. Gampang percaya banget sih jadi orang," potong Azka.
"Ya, percayalah. Kan lo yang ngomong sendiri. Lagian gua perhatiin gelagat lo emang kayak orang yang hobby ngedrugs sih," tuding Candy.
"Sembarangan banget lo kalau ngomong!" sewot Azka. "Udah, ah, nggak usah ngebacot. Lo sekarang mau pulang apa gimana?" tanya Azka pada Candy.
"Mata gua masih bengkak nggak?" Candy balas bertanya.
"Lo kalau habis nangis kan bengkaknya sampai sehari semalam," balas Azka. Sebenarnya itu hanyalah akal-akalannya saja biar punya kesempatan lebih lama dengan Candy.
"Ka, cari makanan yang lebih niat yuk. Tadi mie instan doang ga mempan di lambung gua," ujar Candy kemudian.
"Badan kecil tapi makan banyak. Cacingan!" dengus laki-laki itu sambil mengenakan helm. Padahal dalam hati, ia sedang tersenyum sendiri karena misinya untuk punya waktu lebih lama dengan Candy pun berhasil.
"Eh, itu Azka bawa cewe ya?" ujar Virgo yang tanpa sengaja melihat Azka dan Candy di jendela.
"Ah, yang bener?" sahut Rangga yang turut melongok ke jendela, melihat Azka dan Candy yang baru saja meninggalkan halaman.
"Wah, wah, curang nih si Azka, bawa cewek malah nggak ngenalin ke kita," cetus Virgo.
"Doyan cewek juga ternyata tuh orang," timpal Rio yang tahu-tahu juga sudah berdiri di sebelah Virgo.
Mereka bertiga kembali duduk di tempat semula. "Ngga, gua penasaran deh, kok bisa sih lo ngerekrut tuh anak SMA ke markas kita?" tanya Virgo pada Rangga.
"Dia itu bisa diandalin. Dia punya banyak bakat. Lo lihat kan, dia jago main games, jago main drum, jago balapan," jawab Rangga.
"Cuman satu sih yang nggak jago tuh orang, soal cewek dia cemen banget," timpal Rio.
"Kalau urusan cewek, biar jadi bagian gua deh," sahut Virgo yang langsung dapat cibiran dari kedua temannya.
"Oh ya, lo yakin nggak sih dia bakal datang entar malam?" ujar Rio lagi pada Rangga.
"Kita lihat saja nanti," sahut Rangga.