Dokter Alex masih bergeming di tempatnya. Tak mengerti dengan maksud Banin yang tiba-tiba mengkonfirmasi masalah penanganan dokter untuk Sea.
"Maaf, Pak. Saya kok kurang paham dengan maksud Anda." Dokter Alex sedikit mengerutkan dahinya. Wajah tampannya sedikit berekspresi bingung.
Banin mendengus kasar antara kesal dan gregetan melihat dokter berwajah bule itu sok polos.
"Saya ingin dokter yang menangani Sea digantikan dengan dokter perempuan yang ada di rumah sakit ini. Kalau perlu saya akan membayar pribadi dokter tersebut." Dengan congkaknya Banin menyombongkan keberadaannya sebagai seorang CEO direktur perusahaannya.
Dokter Alex hanya tersenyum kalem mendengar semua kesombongan yang diucapkan oleh Banin. Pria muda yang menyandang sebagai dokter umum dan ahli bedah saraf dan juga dokter jantung itu hanya menghela napas pelan lalu menghembuskan pelan.
"Maaf, Pak Banin. Saya rasa saya tidak bisa mengabulkan permintaan Anda karena rumah sakit di sini sangat profesional dengan prosedur yang sudah dibuat. Kebetulan Mbak Sea memang saya yang harus menanganinya. Terlepas keberatan Pak Banin dengan saya sebagai dokter Sea itu menjadi urusan Anda. Tetapi saya sebagai dokter Sea akan tetap menjalankan tugas saya. Apalagi kasus kecelakaan sea ini membutuhkan perawatan jangka panjang."
Setelah berkata begitu Dokter Alex meninggalkan Banin setelah menunduk hormat terlebih dahulu pada Banin. Giliran Banin yang sekarang menggeram kesal. Sepertinya dokter itu sengaja ingin mendekati Sea.
Dengan kesal dan amarah yang masih melekat di wajah tampannya, Banin melangkahkan kakinya menuju kamar VVIP Sea. Dia mendapati gadis itu sedang berbaring dan memejamkan matanya.
Wajah cantiknya yang imut membuat dada Banin berdesir halus dan sedikit mengusik kelelakian pria itu. Dia menelan salivanya yang tiba merasakan kering.
Ada yang membuatnya bergejolak di dalam dirinya. Rasa yang selama bertahun-tahun ini tidak pernah muncul di benaknya lagi setelah bertahun-tahun lamanya.
Perlahan pria tampan itu mendekati gadis muda itu lalu duduk di hadapan Sea. Memandang bibir kenyal yang ranum itu dan memperhatikan hidung kecil yang mancung itu. Bulu mata yang lentik dengan mata yang indah. Benarkah ini gadis kecil masa lalunya?
Yang dulu begitu gendut dan lucu. Begitu cengeng dan manja tapi nggemesin. Sungguhkah gadis ini sekarang menjelma menjadi gadis yang sangat cantik dan dewasa, mandiri.
Akh! Banin merasa sangat tidak sabar. Entah tidak sabar untuk apa. Yang pasti dia akan mengurus perkanjiannya dengan Eudrie agar batal.
Tanpa sadar wajah pria itu sudah mendekati leher gadis cantik Sea. Menghidu aroma lembut gadis itu. Membuatnya tetlena sesaat. Drngan mata terpejam Banin mengikis jarak wajah mereka. Bibir mereka pun menyatu tanpa tahu siapa yang mengawalinya.
"Pa-kk, Banin. A-apa, yang Bapak lakukan?" Suara Sea bergetar dengan bibir gemetar. Banin membuka mata lalu kembali melumat bibir ranum yang kenyal itu. Membenamkan bibirnya seakan mencandu bibir gadis cantik itu.
Sea yang diserang dengan sarkas tak busa melawan apalagi membantah. Bahkan kini dia terlena dan membalas ciuman panas Banin. Tangan yang sedang diinfus itu nelingkar dengan manis di leher Banin. Tapi kebahagiaan dan kemesraan itu hancur seketika.
"Banin!" Tetiakan itu seketika mengglegar membuat dua insan yang sedang dimabok cinta itu melepaskan pelukan dan ciuman panas mereka. Wajah Sea seketika memucat. Sedang Banin dengan masih jantung yang seakan tak ingin berhenti berdebar karena hantaman dan amukan perasaan yang meledak-ledak itu hanya dengan santai mengusap bibirnya yang basah.
Eudrie, foto model dan juga artis cantik itu sudah berdiri dan berjalan ke arah mereka dengan wajah merah padam dan rahang mengetat kuat. Matanya nyalang dengan sorot tajam siap mengetkam orang. Tangannya mengepal dengan kuat siap memuntahkan bogem mentahnya.
Sedang di belakangnya dokter muda yang sangat tampan berjalan santai ala aktor tampan China atau korea yang sedang naik panggung. Tapi tiba-tiba,
Plakk! Plakk!
****
"Eudrie! Apa yang kamu lakukan?" teriak Banin sambil mencengkram tangan Eudrie rapi sudah terlambat. Tangan Eudrie sudah melayang mampir di pipi Sea dua kali.
Sea hanya meringis merasakan panas di pipinya. Kondisinya yang belum stabil membuat kepalanya berkunang. Dokter Alex segera menghampiri Sea dan membaringkan tubuh gadis itu kembali di pembaringan.
Plakk!
Tangan Banin pun tak terkendali dengan perbuatan Eudrie. Tangan tanpa sarung tangan itu pun akhirnya mampir begitu frontal di pipi halus Eudrie tanpa ada yang menghalangi.
"Banin!" teriak Eudrie. Air mata itu pecah dengan sorot mata tajamnya.
"Kamu sadar apa yang kamu lakukan? Aku ini calon istrimu. Kamu sekarang sedang berciuman dengan asisten pribadimu. Kenapa bisa malah kamu menamparku?" Kembali teriakan Eudrie menggema. Dadanya bergemuruh dengan wajahnya yang merah padam.
Banin membeku mendegar suara Eudrie yang mengisyaratkan dengan jelas dan mengingatkan bahwa dirinya telah berjanji untuk menikahinya.
Sea menggigil mendengar pertengkaran mereka. Ada rasa bersalah yang tiba-tiba merasuk kehatinya. Air matanya mengalir begitu saja. Tubuhnya terus intens bergetar membuat Doktet Alex prihatin dan simpati dengan gadis muda itu.
Perlahan dia memeluk tubuh gadis yang bergetar itu. Mencoba nenenangkan dengan sikap medisnya. Namun ternyata menjadi pemantik Banin. Pria itu kalap melihat gadis kesayangannya di sentuh orang lain.
Buk! Dug!
Semua jadi tersentak melihat Dokter Alex sudah terjungkal kebelakang dan tersungkur ke lantai.
Untuk sesaat suasana jadi kacau. Sea langsung mendapat penanganan intensif setelah Dokter Alex ditangani oleh dokter lain. Sedang Banin sendiri menderita alergi yang sangat akut. Kulitnya memerah semua setelah bersentuhan dengan kulit Dokter Alex dan juga Eudrie.
Banin menenangkan napasnya. Dokter pribadinya hanya menghela napas melihat kondisi pasiennya itu.
"Kendalikan dirimu Banin. Ini akan sangat berpengaruh pada hormon kamu. Semakin kamu tidak bisa mengendalikan dirimu akan semakin hormon memproduksi alergi di dalam tubuh kamu."
Mendengar perkataan dokter pribadinya, Banin gantian menghela napas. Dia bisa menahan diri untuk hal apapun tapi tidak untuk yang berhubungan dengan Sea.
Entah kenapa Sea seperti menjadi kekuatan yang teramat hebat untuk pengaruh tubuh juga mental serta pikirannya. Sekarang dia sudah bisa memastikan bahwa memang benar gadis itu adalah Sea. Gadis yang dulu di masa kecilnya adalah gadis kesayangannya.
Setelah semua membaik Banin kembali ke rumah sakit. Langsung menuju ke ruang rawat inap Sea. Tapi di tengah jalannya sudah di hadang Eudrie.
"Jangan bilang kamu akan membatalkan perjanjianmu, Banin!" Banin hanya memandang sekilas wajah cantik tapi bengis itu.
"Tindakanmu sendiri yang membuatku melakukan itu, Eudrie." Jawaban Banin membuat Eudrie seperti tertusuk. Gadis itu tak menyangka pria yang hampir bertahun-tahun bersamanya bisa dengan mudah melemparkan semua kesalahan padanya.
"Aku akan menyakitinya terus, Banin. Kalau kamu sempat untuk membatalkan perjanjian itu!" Banin menoleh ke arah Eudrie. Menatapnya tajam seolah ingin memberi peringatan bahwa dirinyanlah yang berkuasa.
"Sampai kamu melakukan itu, Eudrie. Aku akan bikin hidupmu hancur, tanpa terkecuali kariermu!"
****
BERSAMBUNG