Chereads / TERJERAT OLEH BOS TAMPAN / Chapter 10 - Chapter 10. RENCANA BARU

Chapter 10 - Chapter 10. RENCANA BARU

Eudrie mengerjabkan matanya dengan liar mendengar kata-kata Banin yang bernada mengancam itu. Tak menyangka pria itu akan begitu sarkasnya membela gadis yang sekarang sudah menjadi asisten pribadinya.

Gadis yang berprofesi sebagai foto model itu berpikir sejenak sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu. Dia tidak boleh gegabah dalam bertindak.

Meninggalkan Banin seorang diri di rumah sakit dengan pertengkaran dan perdebatan seru membuat Eudrie gadis foto jenik itu menghempaskan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju sebuah gedung perusahaan yang berada di tengah-tengah kota.

"Pak Arlan ada?" tanyanya pada sekertarisnya yang sedang duduk bekerja.

"Eh Mbak Eudrie. Pak Arlannya sedang ada tamu, Mbak. Apa mau menunggu , Mbak?" tanya Tita sekertaris Arlan.

"Nggak perlu! Aku masuk sekarang!" jawab Eudrie ketus membuat Tita terpana sesaat. Padahal beberapa menit yang lalu dia dipesan oleh bosnya agar tidak ada orang yang mengganggunya dulu.

Tanpa mengetuk pintu dan bahkan pintu itu pun tanpa di kunci, Eudrie langsung masuk ke ruangan Arlan Vandish seorang Direktur Eksekutif muda dari cabang Radhisius Corp di mana Banin Kinandjaya sebagai Presiden Direkturnya.

"Arlan! Aku perlu ngomong sama kamu!" ucap Eudrie tanpa sapaan atau sekedar basa-basi layaknya orang punya etika. Arlan yang sedan berdiskusi tentang bisnisnya dengan Ainselly sahabatnya dan juga sahabat Banin sekaligus partner kerjanya itu hanya menghela napas berat.

"Eudrie, tidak bisakah kamu ketuk pintu dulu sebelum masuk ke ruanganku?" tanya Arlan sambil beranjak berdiri menghampiri gadis itu.

Gadis yang sebenar mampu mengobrak-abrik hatinya saat pertama kali bertemu. Namun setelah tahu sifat Eudrie yang sesungguhnya, Arlan mulai melerai perasaannya. Meskipun itu sulit.

Apalagi gadis itu memilih Banin yang yang dicintainya. Mendengar kekasalan Arlan, lantas tidak membuat Eudrie mengurungkan niatnya untuk bicara lantang pada Arlan meskipun ada Ainselly di situ.

"Arlan! Tidak bisakah kamu bicara sama Banin, agar dia menjaga privacynya di luaran sana dan tak terlihat oleh publik kalau dia sedang dimabuk cinta dengan asistennya. Apa kata media dan penggemarku nanti. Calon suamiku selingkuh dengan asistennya yang sok kampungan itu!"

Mulut Eudrie nyerocos begitu saja tanpa bisa dicegah. Baik Arlan maupun Ainselly yang mendengar itu hanya terpana sesaat sebelum akhirnya mendengar pintu dibanting dengan kerasnya.

Brakkk!

Dua pria tampan yang selalu menjadi perhatian para gadis dan wanita remaja juga dewasa itu hanya saling berpandangan untuk akhirnya menarik napas panjang.

"Apa yang terjadi dengan Banin?" tanya Ainselly penasaran.

"Aku sendiri tidak tahu Ains. Apa nggak sebaiknya kita temui dia. Barang kali ada masalah serius?" Ainselly hanya menganggukkan kepalanya.

"Lebih baik telpon dulu. Belum tentu dia ada di kantor." Ainselly mengingatkan Arlan dan pria tampan itu hanya mengangguk kecil.

[Banin, apa kamu baik-baik saja?]

[Aku sedang di rumah sakit Arlan]

[Apa?! Siapa yang sedang sakit Banin? Kamukah? Apa penyakitmu kambuh?] Kepanikan itu mendera Arlan seketika. Begitu juga dengan Ainselly yang mendengarnya.

[Bukan aku, Arlan. Tapi asisten pribadiku mengalami kecelakaan. Kamu datang ke rumah sakit aja]

[Ok] Klik!

"Ada apa?" tanya Ainselly ikut khawatir.

"Banin di rumah sakit sedang menemani asistennya yang kecelakaan." Mendengar jawaban itu Ainselly mengernyitkan keningnya kuat-kuat.

Merasakan hal yang aneh dan janggal. Sepengetahuannya asisten pribadinya itu memang beroenampilan katrok dan kampungan.

Tapi kenapa Banin sebegitu perhatiannya pada gadis itu?

****

"Aku nggak bisa tinggal diam terus kalau seperti ini, Tante!" Mulut mungil itu seperti sudah tidak tahan untuk tidak mengoceh. Di sebuah Cafe dua bertemu dengan seorang wanita yang usianya sudah menginjak 48 tahun.

"Sabar dulu, Eudrie. Apa kamu yakin, gadis itu adalah gadis masa kecilnya Banin?"

"Sangat yakin Tante. Banin tidak merasakan sedikit pun reaksi ketika kulit mereka bersentuhan. Bahkan mereka sudah sempat berciuman di depan mataku, Tan!"

"Apa?" Dengan gesture mata yang melotot Mirnawati Dewi, wanita yang masih terlihat sangat cantik diusianya yang mulai merangkak senja itu terkejut bukan main.

"Apa sudah sejauh itu hubungan mereka?" tanyanya penasaran.

"Aku juga nggak tahu, Tan. Tapi Banin benar-benar kelihatan sangat menyukai gadis itu. Tante sepertinya perlu datang menemui gadis itu."

Mirnawati sekilas menatap wajah Eudrie lalu membuang pandangannya ke depan.

"Kalau memang itu benar. Itu artinya ini ancaman buat kita, Eudrie. Kalau kamu sampe gagal menikah dengan Banin, kita nggak dapat apa-apa."

"Apa tidak ada cara lain selain aku harus menikahi dia, Tan. Aku tidak mau sakit hati terus sama Banin." Mirnawati kembali menatap gadis cantik di depannya.

"Apa kamu tidak mencintai, Banin? Bukannya kamu yang awalnya bilang sangat menyukainya."

"Tidak lagi, Tan. Mana ada sich perempuan yang mau sama laki-laki penyakitan kulit seperti dia. Bersentuhan saja melepuh kulitnya. Terus bagaimana kalau sudah menikah, Tan? Kitakan cuma mengincar seluruh hartanya."

Mendengar ucapan gadis muda itu, Mirnawati hanya tersenyum misteri. Entah mengapa dia selalu merasa kebencian terhadap Banin memuncak mana kala mengingat kedua orang tuanya.

Mirnawati Dewi adalah perempuan yang sangat berambisi. Pertama kali dia masuk ke keluarga Kinandjaya saat dia di persunting oleh pria bernama Shalman vandish.

Seorang laki-laki berketurunan India namun sudah diangkat anak di keluarga Kinandjaya. Siapa yang menyangka saat itu dia bertemu dengan Radhisius Kinandjaya ayah kandung dari Banin Kinandjaya.

Laki-laki yang sudah bertahun-tahun dia tunggu tanpa kepastian dan ternyata sudah menikah dengan wanita anggun nan cantik bernama Hera Kusuma.

Benar kata pepatah. Dunia itu sempit tak seluas daun kelor. Dari pertemuan itu mereka akhirnya menjadi satu keluarga. Awal mulanya Radhisius pun terkejut. Tak menyangka lerempuan yang selama ini mencintainya akan menjadi iparnya.

Berawal dari situ kebencian Mirnawati semakin menjadi. Ada sekelumit rencana untuk menuntaskan kebencian dan dendamnya pada keluarga Kinandjaya.

Meskipun sudah bertahun-tahun kedua orang tua Banin itu meninggal dalam kecelakaan maut. Tetapi tidak pernah menyurutkan perasaan bencinya pada keturunan Kinandjaya.

Mirnawati menghela napas dalam-dalam ketika sekelumit masalalunya itu terungkit. Rasa sakit hati yang menumbuhkan kebencian itu semakin mendalam.

Apalagi ketika kecelakaan maut beberapa tahun yang lalu itu juga turut merenggut sebagian tubuh suaminya. Shalman Vandish mengalami kelumpuhan permanen.

Semakin bergejolak perasaan Mirna. Dia harus ikut banting tulang mengurus perusahaan suaminya selain yang dipegang oleh Arlan Vandish. Putra satu-satunya.

"Tante akan coba urus ini, Eudrie. Yang terpenting, kamu jangan sampe menjauh dari Banin. Apalagi kalau sampai publik tahu soal hubungan mereka. Otomatis kamu akan tersingkir. Tante rasa itu akan sangat berpengaruh pada kariermu. Ingat! Sebagian besar Baninlah yang menopang kesuksesan kariermu."

Mendengar itu hati Eudrie mencelos. Mau tidak mau dia harus mengakui bahwa Banin sangat berperan penting dalam hidupnya. Saat ini memang dia tidak boleh kehilangan pria itu. Meskipun dia sudah sangat bosan berhubungan yang tidak jelas seperti itu.

"Tunggu Tante, Eudrie. Kita akan menyusun rencana." Binar mata gadis itu seketika cerah manakala Mirnawati sudah menemukan ide cemerlangnya untuk menghancurkan Banin Kinandjaya dan merebut semua prusahaan yang dipegang pria multitalenta itu.

****

BERSAMBUNG