Chereads / TERJERAT OLEH BOS TAMPAN / Chapter 2 - Chapter 2. ASISTEN PRIBADI

Chapter 2 - Chapter 2. ASISTEN PRIBADI

Sea membatu, sudah hampir 2 jam bosnya masih asyik dengan hobi gilanya. Rasa kantuk menyerang dengan hebat membuat gadis itu tertidur di kursi rotan yang berada tak jauh dari tempat bosnya memancing.

Sedang Banin masih fokus pada pancingannya. Ada yang membuatnya betah berlama-lama di tempat itu. Biasanya dia mancing hanya bertahan paling lama 30 menit. Biasanya waktu 30 menit, asistennya akan minta pulang dan besokannya menyerahkan surat pengunduran diri. Tapi ini?

Sudah hampir 2 jam lebih gadis imut itu tidak bereaksi sama sekali. Jangankan komplain, dari tadi pun gadis itu tak ada suaranya. Saking penasarannya Banin beranjak berdiri meninggalkan pancingannya.

Dia berjalan mendekati Sea yang tengah menelungkupkan mukanya ke meja.

"Akh!" Banin berdecah kesal tapi tak terlihat marah ketika ekor matanya menangkap sosok gadis itu tengah tertidur dengan lelapnya. Perlahan Banin mendekati gadis itu. Duduk di hadapannya.

Menatap muka imut yang berukuran kecil itu. Tersenyum miring ketika mengingat peristiwa tadi pagi.

FLASBACK

"Pecat dia! Saya nggak suka dengan karyawan yang ceroboh," perintah Banin tegas.

"Ta-tapi, Pak. Dia sudah bekerja di sini hampir setahun. Dan Sea tidak punya kesalahan apa-apa. Bukannya, Bapak sendiri yang menumpahkan minumannya ke baju, Bapak." Sambil menunduk Direktur Elemen Corp itu berkata pada Banin.

"Kamu berani membantahku?" Dengan suara tinggi Banin menggebrak meja. Tampak Direktur Elemen itu ketakutan.

"Saya bisa memecat semua karyawanmu, kamu nggak pantas menjadi bos buat mereka. Bos yang hanya memanfaatkan karyawannya. Gaji mereka nggak pernah kamu bayarkan dengan tepat waktu." Banin mengambil napas sebentar lalu melanjutkan ucapannya yang panjang.

"Kamu mau, saya sebarkan bukti kepemimpinan kamu?" Teriakan Banin sampai ke ruang pantry.

"Jangan, Pak. Saya janji akan berubah." Direktur Elemen itu merasakan thremor di tangan dan kakinya.

Banin Kin Dandjaya, penguasa seluruh anak perusahaan yang sudah ia dirikan itu benar-benar menunjukkan kekuasaannya. Bukan tanpa alasan Banin datang ke perusahaan Elemen Group. Selain ingin memberi pelajaran pada direktur yang diktator dan otoriter itu, Banin juga ada misi sendiri.

Ada sosok yang selama ini sudah lama dia cari. Sosok gadis yang selalu terniang-niang dalam mimpinya. Sosok gadis yang sudah berbulan-bulan dia cari. Dengan alasan simpel. Gadis itu sudah menolongnya dari kerumunan orang-orang yang seakan ingin membunuhnya.

Gadis yang sudah berani mengorbankan badannya yang kecil untuk melindungi tubuhnya yang ketakutan karena kerumunan orang-orang berlarian di tempat umum hanya karena ingin melihat idola mereka naik panggung.

Dan akhirnya Banin menemukan gadis itu di perusahaan Elemen Corps yang hanya memperkerjakannya sebagai Office Girl. Bos yang jahat dan tak berperikemanusiaan. Hingga dia sengaja menumpahkan minuman itu ke bajunya sendiri hanya agar gadis itu dipecat dan bisa direkrut ke perusahaannya.

****

Sea menggeliatkan badannya dengan intens. Badannya terasa sakit mana kala dia sudah terbangun. Walaupun dia hanya menelungkupkan muka di atas meja tidurnya terasa nyenyak sekali.

Baru saja dia mau turun ke tempat pemancingannya, terlihat Banin sudah ada di hadapannya. Ada keterkejutan sekaligus ketakutan di matanya melihat Banin sudah duduk di hadapannya.

Wajahnya terlihat dingin dan tak bersahabat. Membuat Sea menundukkan wajah dalam-dalam.

"Maaf, Pak. Saya ketiduran. Bapak boleh kok menghukum saya."

Awalnya pria berwajah dingin itu ingin marah melihat ketidak sungguhannya gadis itu dala bekerja. Namun mendengar suara polos itu dia mengurungkan niatnya. Dalam hati Banin tersenyum melihat kepolosan gadis 21 tahun itu.

Di zaman sekarang tidak mungkin ada orang sepolos Sea apalagi kalau gadis yang sudah terbawa dengan pergaulan bebas.

"Apa seperti ini kiat kerja kamu? Selalu teledor dan ceroboh. Kamu masih dalam kondisi kerja tapi kamu bisa tertidur? Mau saya pecat?"

"Ja-jangan, Pak. Saya minta maaf, nggak akan saya ulangi lagi," ucap Sea masih tertunduk dalam. Suaranya bergetar karena ketakutan.

Banin hanya bergeming. Dia tidak mempedulikan Sea yang ketakutan seperti itu.

"Beresin pancingannya, kita pulang!" ucapnya dengan nada ketus dan galak. Sea berjalan ke arah tempat pancingan. Dengan mata masih ngantuk dan segera merapikan barang-barang bosnya.

Setelah semua beres dan rapi, gadis itu segera menuju mobil. Jalannya gontai dan tak bertenaga. Rasa capek dan laper semakin membuatnya mengantuk.

"Sea bisa nggak, kamu jalannya cepat sedikit? Atau kalau nggak, saya tinggal saja!" teriak Banin dengan nada marah dan nggak sabaran.

Pria itu nggak menyangka, kalau gadis yang diangkatnya jadi asisten ini orangnya lelet banget. Lemotnya nggak ketulungan.

"Maaf, Pak. Saya masih ngantuk," jawab Sea buru-buru masuk mobil.

Perutnya terasa keroncongan. Mukanya merona ketika cacing-cacing dalam perutnya berbunyi minta makan. Perjalanan menuju rumah Banin membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit. Sesampainya di rumah, Banin langsung masuk kamarnya untuk membersihkan diri.

Lebih dari 20 menit dia baru keluar. Dan melihat sosok Sea masih menunggu di ruang utama.

"Kamu sudah mandi?" tanyanya agak sedikit heran. Karena gadis ini masih termangu.

"Saya nunggu, Bapak. Mau pamit pulang," jawabnya dengan menunduk.

"Pulang?" tanyanya sambil menatap Sea yang masih menunduk. Kamu di sini kost atau___

"Saya kost, Pak." Masih dengan menunduk dia menjawab.

"Sendiri?" tanya Banin lagi yang dijawab anggukan oleh gadis itu.

"Lebih baik, mulai besok kamu pindahkan barang-barang kamu yang ada di kost bawa ke sini. Kamu tinggal di rumah ini, selama jadi asisten, saya. Saya nggak suka kalau lagi butuh sesuatu kamu jauh. Jadinya lama. Menghabiskan waktu!" ucapnya tegas.

Sea menelan salivanya yang mulai mengering. "Tinggal sama dia? Ya Tuhan, apa jadinya?" batinnya berucap tak karuan.

"Kenapa? Kamu keberatan tinggal sama saya? Saya nggak suka dibantah Sea?" Mendengar itu hati Sea menciut. Lalu dia mengangguk dan minta izin pulang.

"Kamu mau kemana?" tanya Banin heran tapi juga keki melihat gadis itu kelewat lemot.

"Pulang, Pak. Kan baru besok saya pindahannya." Banin menajamkan matanya melihat tingkah laku gadis itu yang menurutnya selalu membuat hatinya kesal.

"Mulai malam ini, kamu tidur di sini. Titik!"

Booom!

Meledak sudah kesabaran Banin. Pria yang hampir berusia 30 tahun itu sudah tidak bisa lagi menahan emosinya menghadapi Sea yang lemotnya minta ampun. Sea hanya ternganga bahkan terpana mendengar ucapan bosnya. Dalam hati, dia mengeluh.

"Kamar kamu yang ada di pojok ya, dekat pintu utama." Sea mengangguk lantas menunu ke kamarnya. Sesampainya dia di kamar, dengan segera masuk kamar mandi untuk membersihkan diri.

Dia merasa pekerjaan ini berat sekali, tapi harus di jalani, karena ini satu-satunya sekarang yang mampu buat dia bertahan di kota sebesar Jakarta. Dia tidak mungkin jadi pengangguran, secara dia di sini sendiri.

Siapa yang akan menjamin kehidupannya kalau dia nggak kerja. Bisa-bisa dia jadi gelandangan. Sea terus berkata-kata dari masuk kamar mandi sampai dia keluar kamar mandi. Nggak henti-hentinya dia berkata-kata terus dalam hati.

"Sea ini ada baju buat kamu_____

"Aaaaaaa ...!"

______

BERSAMBUNG