Bibir itu hampir bersentuhan kalau tidak mendengar suara mengeong dari kucing di luar. Spontan Sea menarik diri dan tersentak menyadari kalau wajah mereka hampir bertemu dengan napas mereka.
Dengan segera Sea bangkit dengan degub dada yang begitu capat. Ada apa dengan dirinya ini? Begitu pula Banin.
Gila! Ini bener-bener gila! Kenapa jantungnya seperti mau loncat begini? Ada apa sebenarbya dengan dirinya? Nggak mungkinkan dia menyukai Sea? Gadis tang menurutnya masih terlalu muda dan berpenampilan biasa aja.
Sedang di luar sana bahkan partner bisnis papanya yang cantiknya selangit dan berprofesi sebagai artis saja nggak ia layani. Apalagi ini?
Akh! Banin jadi frustasi dia mondar-mandir di ruang tamu. Dia harus memastikan dia ini kenapa? Hari berganti subuh dan pagi pun menjemput.
Sea sudah bangun dengan mata masih terkantuk-kantuk. Dia agak kaget melihat bosnya tidur di sofa semalaman. Dengan berjingkat pelan dia menuju dapur dan membuat sarapan. Ketika diliriknya sudah jam setengah 7 gadis itu membangunkan bosnya.
"Pak, Pak Banin. Sudah pagi, sudah jam setengah 7. Bapak nggak bangun?" Tepukan lembut di pipinya itu membuat Banin terbangun. Ada rasa hangat di pipinya yang membuatnya spontan menarik tangan itu dan akhirnya Sea jatuh terjerembab ke dada Banin.
"Aaaa!" teriakan tertahan Sea tak dipedulikan oleh Banin. Dia bener-bener pengen memastikan sebenarnya perasaannya ini kenapa?
Ditatapanya bola mata Sea yang hitam kecoklatan itu layaknyanya orang bisa. Wajah imut yang menggoda. Tidak ada yang istimewa sebenarnya, tapi kenapa jantungnya bisa berdegub keras seperti ini.
Rasanya bertalu-talu dan sangat indah tapi menyiksa. Dia menikmati setiap debar jantungnya tanpa harus takut elerginya kambuh. Bahkan kini lihatlah! Dia bisa menyentuh kulit gadis itu tanpa ketakutan kulit Sea itu kotor, berminyak apa berdebu.
Dielusnya pipi bayi itu. Oh! Beginikah rasanya? Lembut dan nyaman. Bahkan dirinya tak menyangka bisa bersentuhan dengan satu sama lain.
Pria tampan itu melihat Sea memejamkan mata, meresapi dan menikmati semua sentuhannya tanpa memberontak seperti semalam. Bahkan kini dengan perasaan campur aduk Banin mendekatkan bibirnya ke arah bibir Sea. Mengamati wajah cantik itu dengan mata terpejam.
Akh! Banin sudah tidak sabar. Dia mengikis jarak diantara mereka dan tanpa ia sadari bibirnya sudah menyesap dan melumat bibir ranum dan tipis Sea. Lebi nikmat lagi ketika Sea membalas lumatan bibir itu.
Banin semakin menggila. Ditekannya tengkuk dan kepala Sea agar tidak terlepas dari pagutan dan lumatannya. Bahkan Sea tidak diberi waktu sedetik pun untuk menarik napas. Dan ending dari semua ciuman panas itu, berakhir manakala Sea kehabisan napas dan terbatuk-batuk.
Banin menyeka bibirnya yang basah lalu dengan lembut jemarinya menyentuh bibir gadis itu dengan lembut dan mengusapnya. Sea menundukkan wajahnya. Ada rona merah di pipinya tandanya dia malu.
Dan semakin menunduk tak berani menatap wajah tampan milik Banin. Hatinya berloncatan dan beterbangan dengan kupu-kupu disekitarnya. Entah apa artinya itu. Degub jantungnya tak terkontrol.
"Aku mau mandi Sea," ucapnya dengan suara parau. "Habis itu sarapan dan berangkat kerja." Sea hanya mengangguk dengan masih menunduk.
Setelah tubuh bosnya lenyap di atas tangga dia dengan cepat berlari ke kamarnya. Sesampainya di kamar dia menarik napas sebanyak-banyaknya karena beberaba menit yang lalu oksigennya sudah disedot oleh laki-laki yang mengambil ciuman pertamanya.
Astaga! Jadi sebelumnya ini anak nggak pernah ciuman? Ciuman pertamanya diambil oleh bosnya sendiri. Sea menggerutu, panik dan malu.
Untuk selanjutnya sikapnya harus bagaimana kalau ketemu bosny? Lho! Memang kenapa? Hanya sekedar ciuman. Bagi bos kayak dia apalagi di zaman sekarang ciuman sudah hal yang biasa. Nggak usah terlalu berlebihan deh Sea. Itu hal yang biasa. Hati kecilnya bicara dengan tajam membuat gadis itu menciut.
Yah! Dia tak seharusnya mempunyai harapan lebih. Lihat dirinya siapa? Hanya seorang gadis kampungan yang nggak banyak pengalaman. Mimpi dapat pacar orang kota. Bos lagi! Sea segera bersiap diri untuk sarapan dan berangkat kerja.
****
Hari pertama masuk kerja sama dengan kemarin reaksi para karyawan yang lain. Mereka berguncing dan ghibah. Pedes rasanya kalau didengar. Makanya Sea lebih baik tidak menganggap ada suara apapun.
Dia bekerja di meja kerjanya dengan tenangnya. Sikap cueknya itu ternyata membawa pengaruh positif dalam pikirannya. Dia nggak harus mendengarkan setiap bisik-bisik karyawan lain.
"Cori, apa kabar?" Tiba-tiba seorang pria tampan dan kiut bermuka ala K-pop korea itu sudah dengan ruangan Cori.
Wuih super ganteng. Sumpah! Sea sampe melongo di buatnya. Mulutnya terbuka dan menganga melihat pria itu. Dengan keterpanaan yang luar biasa.
"Eh! Sea! Awas ileren!" ucap Cori sambil tertawa lucu melihat Sea bengong dan ternganga.
"Eh, Mbak Cori! Ng-nggak kok, Mbak. Hanya bingung saja, kenapa ya ada orang-orang swganteng itu. Dulu ibunya ngidam apa, Mbak waktu hamil?" Cori tertawa lebar sampe ngikik melihat kepolosan Sea.
Dia tak menyangka gadis yang sebenarnya sangat cantik dan imut itu sangat naif sekali. Sedikit polesan make-up atau dimake-over sedikit aja, pasti Sea mengalahkan semua karyawan perempuan di sini dan membuat para karyawan laki bertekuk lutut.
Cori geleng-geleng kepala dan membiarkan Sea dengan pikiran dan tingkah lakunya sendiri. Dia juga membiarkan pria tampan yang tadi bertanya padanya masuk ke ruang bosnya.
Ainsenly Brian Griffin sahabat terdekat Banin datang dan sudah duduk di sofa menikmati kopi pagi. Mereka anak-anak muda yang sukses di masa mudanya dengan segudang prestasi.
Menjadi CEO di umur 29 atau 3o tahun adalah moment tersendiri buat mereka. Bahkan mereka bekerja sana dengan baik dan berkomunikasi dengan lancar.
"Itu, asisten pribadi kamu? Nggak salah kamu memilihnya. Dia kan kampungan, Banin? Nggak ada apa wanita yang lebih menarik nggak katrok begitu?" Banin hanya menarik napas pendek dengan ucapan Ainsely.
Berbeda dengan Sea yang tanpa sengaja mendengar ucapan Ainsely, sahabat bosnya itu. Dia merasa langsung down dan minder, tidak percaya diri. Benarkah dirinya gadis kampungan?
Yah! berpenampilan norak dan katrok. Lihat dirinya? Hanya memakai celana panjang bahan dan kemeja putih. Sedangkan karyawan lain pakaiannnya formal. Semua memakai rok span sebatas atas paha dan kemeja resmi.
Dengan bergegas, Sea menghampiri meja kerja Cori. Gadis itu perlahan mendekati wanita yang umurnya ada di atasnya 2 tahun itu.
"Sea ada apa?" tanyanya dengan heran melihat gadis itu mengendap perlahan mendekatinya. Sudah seperti maling.
"Mbak Cori, bisa ajari saya make-up, nggak? Saya pengen berpenapilan seperti yang lain, Mbak." Cori hanya tersenyum.
Baru saja dia membatinkan, ternyata gadis ini sudah sangat peka. "Nanti pas jam istirahat, aku ajarin, ya." Seperti anak kecil dikasih permen, Sea sangat senang dan bahagia mendengar ucapan Cori.
Gadis polos itu memeluk Cori erat banget. Ada beberapa pasang mata yang tidak suka dengan keakraban mereka.
____
BERSAMBUNG