Banin terngaga dan terpana melihat penampolan Sea pagi ini. Hampir saja nasi yang yang ia suapkan ke mulutnya jatuh. Tak menyangka sepagi ini dia sudah melihat pemandangan yang membuatnya menelan salivanya berkali-kali.
Gadis itu berubah total 360 derajat. Perassan semalam masih baik-baik saja. Dan Sea tidak banyak bicara. Memang gadis itu dari pertama melamar kerja pun adalah gadis pendiam. Dia hanya bicara seperlunya saja. Selebihnya tangan dan otaknya yang bekerja.
"Selamat Pagi, Pak. Silakan dimakan sarapannya," ucapnya seperti biasa menyapa bosnya dengan ramah.
Banin hanya menelan salivanya mendapat sapaan ramah itu. Dia belum bisa menenangkan degub jantungnya. Yang kemarin saja masih berloncatan apalagi ini.
Melihat penampilan baru Sea. Yang ya ampun! Kalau boleh jujur, gadis ini sangat cantik. Tubuhnya yang kecil tapi padat berisi dengan tinggi badan proporsional. Wajah bulat dan mata agak sipit mirip keturunan Tionghoa dan surai hotam kecoklatan juga kulit putih bak kulit bayi membuat setiap laki-laki akan betah memandanginya.
Bahkan para karyawan perempuan di kantornya pasti akan berguncing dan berghibah melihat penampilannya ini. Sea akan terlihat paling menonjol diantara karyawan wanita di kantornya.
Benar-benar nggak menyangka. Hanya dengan sedikit polesan make-up saja gadis ini sudah menjelma jadi bidadari di hati Banin. Beruntungkah dia?
"Kenapa tiba-tiba penampilanmu berubah, Sea?" tanyanya sambil menunduk dan mennyuapkan nasi ke mulutnya. Dia tidak mau menatap gadis itu. Takut wajahnya terlihat gugup.
"Biasa saja sich, Pak. Hanya sedikit saja saya pake make-up biar seperti yang lain. Nggak polos-polos amat," jawab Sea cuek sambil mengunyah sarapan paginya.
Akh, sialan! Kenapa gadis ini sekarang tampak acuh tak acuh di depannya. Kemarin waktu bibirnya dia sesap, gadis ini tampak malu. Wajahnya merona merah. Tapi sekarang? Cuek banget.
Mentang-mentang dia sudah berubah jadi cantik. Dasar! Banin menggerutu dan mengumpat di dalam hati.
Dia kesal, disaat dirinya memberikan perhatian lebih kenapa Sea jadi secuek itu padanya. Lagian ini anak kapan belajar merias diri begini? Perasaan kemarin seharian selalu bersama dengannya.
Pagi ini Sea berangkat kerja dengan penampilan yang berbeda. Dia mengenakan rok span di atas lutut dan kemeja warna biru laut yang pas di badannya. Kaki panjangnya yang ramping terlihat putih bersih dan wajahnya yang imut seperti bayi membuat penampilannya sukses jadi perhatian semua orang yang melihatnya.
Bahkan ketika memasuki kantor, semua karyawan terpana danbternganga nggak percaya dengan penampilan barunya.
"Itu Sea! Asisten pribadi Pak Banin? Kok berubah sich, jadi cantik banget?" Sekelumit bisik-bisik karyawan.
Namun ada beberapa pasang mata yang tidak suka dan memandang sinis kepadanya. Sedang Cori hanya tersenyum puas melihat hasil karyanya sudh terpampang di depan mata.
"Nggak sia-sia ternyata. Memang sangat cantik. Aku aja kalah," gumamnya dalam hati. Banin hanya tersenyum bahagia. Entah kenapa dari tadi dia senyum-senyum bahagia begitu melihat penampilan Sea.
Sesampainya di meja kerjanya dia berteriak keras hingga membuat semua karyawannya berjengkit ketakutan.
"Coriiiii!" Dengan buru-buru Cori menghadap ke ruang direktur. "I-iya, Pak," jawab Cori dengan napas tersengal setelah sampai di depan bosnya.
"Ini apa? Siapa yang menaruh sampah di meja saya?!" Dengan suara tinggi dan wajah marah mata Banin nyalang ke mana-mana.
Takut ada bakteti dan virus yang menempel di ruangannya. Cori terkejut melihat banyak sampah yang bercecer di meja bosnya. Mana sampah yang banyak dikerubungi semut.
"Cori singkirkan, saya tidak mau melihatnya. Ini kotor dan menjijikkan!" seru Banin sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
"Mbak Cori, biar saya aja yang membersihkan." Cori menoleh ke arah suara. Ada Sea yang sudah di belakangnya.
"Untung ada kamu, Sea. Kamu menyelamatkan aku." Cori tersenyum lalu menepuk pundak kecil Sea.
"Sudah jadi tugas saya, Mbak," jawab Sea sambil tersenyum dan membiarkan Cori, sekertaris bos itu segera pergi ke meja kerjanya.
Banin melihat dengan tajam tanpa berkedip ke arah Sea yang dengan cekatan tanpa merasa jijik mengumpulkan sampah yang bercecer di meja kerjanya. Gadis itu seperti sudah terbiasa dengan pekerjaan itu.
Tak ada 10 menit meja kerja Banin sudah rapi dan bersih kembali. Bau harum pun seketika menyengat di indera penciumannya. Pria itu kembali ke mejanya dan masih melihat Sea sibuk dengan kerjaannya.
"Kalau sudah selesai kamu cuci tangan Sea, yang bersih. Jangan sampai ada bakteri menempel di kulit kamu." Mendengar ucapan itu Sea hanya tersenyum lantas pergi ke toilet unyuk membersihkan tangannya.
Baru saja di kursinya, interkom berbunyi. "Sea, masuk ke ruangan saya!" titah Banin yang langsung di iyain oleh Sea. "Kamu ikut saya keluar hari ini." Kalimat Banin membuat Sea terlihat bingung.
"Kita akan ke butik Sea. Lihat baju saya kotor kena sampah!" Sea semakin mengerutkan dahi bingung.
"Baju Bapak nggak kotor kok. Kelihatan bersih, dan nggak terkena noda," ucap Sea melihat baju bosnya memang masih sangat bersih.
"Tadi nyenggol sedikit Sea, saya nggak nyaman. Cium baunya, nggak enak." Dengan tergesa Sea mencium baju yang dipake Banin. Baunya harum malah. Semakin bingung Sea melihat tingkah bosnya.
Sedang Banin seperti terhipnotis mana kala tubuh Sea mendekat pada tubuhnya. Ada debar jantung yang kembali berdegub keras. Dengan reflek Bekerja sesuai nalurinya tangan Banin menekan pinggang Sea untuk lebih merapat ke tubuh kekarnya.
Sea sangat terkejut melihat reaksi bosnya, namun dia tak bisa menghindar. Mau nggak mau mengikuti sentuhan itu apalagi hatinya menginginkannya. Tangan Banin dengan bergetar meraih dagu lancip Sea. Menangkup wajah bayi itu dengan kedua tangannya. Mata pendar itu menyelimuti wajah Sea yang persis seperti bayi.
Perlahan Banin mendekatkan wajahnya dengan wajah Sea. Yang tercium aroma fruty. Membuat Banin semakin terlena dan lupa mereka di kantor. Sea seperti terhipnotis. Dia bergeming mana kala, tangan Banin semakin menekan tubuhnya agar terus merapat ke tubuh pria kekar itu.
Ada apa dengan dirinya. Dari kemarin Banin seolah menginginkan dirinya tapi nggak ada ucapan apapun dari mulut pria itu. Sedangkan Banin sendiri tidak tahu, kenapa tubuh Sea jadi candunya. Untuk lebih lama menyentuhnya tanpa efek apapun.
Bahkan semakin menyentuh kulit Sea semakin dia ingin mendekapnya, menggenggamnya dan tak ingin melepaskannya lagi. Berbeda dengan sentuhan dengan kulit yang lain. Janganakan lawan jenis, bersentuhan dengan Ainsely saja dirinya harus mandi dan mencuci seluruh badannya karena gatal-gatal.
Baru saja Banin membenamkan bibirnya di bibir ranum Sea. Dan anehnya dia tak merasakan alergi apapun. Bahkan rasanya ingin terus dan terus. Kulit bayi milik Sea membuatnya mencandu untuk selalu menyentuhnya. Dan kali ini Sea benar-benar lupa diri, lupa daratan.
Secara reflek dia mengikuti nalurinya, dia membalas ciuman Banin dengan lihainya padahal baru kali ini dia berciuman. Dan Banin lah pria pertama yang mengambil ciumannya. Tok tok tok. Pintu diketuk 3 kali. Ciuman bos dan karyawan itu seketika terlepas.
____
BERSAMBUNG