Chereads / AARAM & SANDRA / Chapter 30 - 30. Mencabut Akar Permasalahan

Chapter 30 - 30. Mencabut Akar Permasalahan

Menjadi egoistis pada saat-saat tertentu dapat diterima karena egoistis adakalanya memberikan manfaat. Tetapi, jangan pernah menjadikan itu kebiasaan atau karakter diri kita karena orang lain di sekitar kita, yang menyayangi diri kita akan merasa tertipu dan dimanfaatkan ketika kita selalu memikirkan diri sendiri terlebih dahulu. Mengedepankan ego boleh-boleh saja selama itu tidak merugikan kepentingan umum serta menyakiti sesama. Kita harus menaruh kepentingan pribadi pada tempat dan waktu yang tepat. Kebanyakan orang hanya mementingkan hati mereka sendiri, mereka tidak peduli jika mereka menghancurkan hati orang lain. Mengutamakan diri sendiri bukanlah egoistis,namun memikirkan diri sendiri terus-menerus itu lah egoistis. Harap dipahami atas perbedaannya dari dua kata itu.

Richard yang masih berada di kafe bersama Kendra tiba-tiba mendapat telepon dari asistennya yang memberitahukan kalau pelaku tabrak lari yang terjadi pada Aaram sudah tertangkap oleh polisi. Justin sudah berada di depan kafe untuk menjemput Richard dan Kendra. Dengan cepat Richard yang ditemani Kendra menuju ke kantor polisi,tidak ada raut tegang atau gelisah dalam wajah Richard. Yang terlihat oleh Kendra hanya wajah yang sedang menahan amarah,Kendra menepuk bahu temannya ini membuat Richard menoleh ke arah Kendra. 

"Lo harus tenang,jangan bersikap gegabah saat bertemu dengan pelakunya." Ujar Kendra

Richard kembali menatap ke depan "lo gak tahu bagaimana rasanya kalau yang  berniat ingin menabrak Sandra adalah orang yang selama ini lo sayang." Pernyataan Richard mampu membuat Kendra mengerutkan dahinya.

"Apa maksud lo Richard?" 

"Lo akan tahu nanti setelah melihat siapa pelakunya" jawab Richard dengan nada yang menahan amarahnya,rahang yang mengeras dan tangan yang terkepal. Jujur saja baru kali ini Kendra melihat Richard seperti ini. 

Paham dengan kondisi Richard,akhirnya Kendra pun memilih diam dan segera meraih ponselnya. Kendra mencari nama kontak sang istri,setelah menemukan nama Dira segera Kendra menekan tombol ikon warna hijau pada layar ponselnya. Setelah sambungan terhubung Kendra memberitahukan istrinya kalau saat ini dirinya sedang menuju ke kantor polisi untuk menemui sang pelaku tabrak lari yang berakhir dengan Aaram dirumah sakit. 

*****

Dira baru saja selesai menerima telepon dari suaminya. Lalu wanita itu kembali ke dalam ruang rawat Aaram,Sandra masih berbincang dengan ibunya mengenai Richard. Amira memberitahukan semuanya tentang Richard,tapi tidak tentang Ramon. Amira juga mengatakan kalau sampai saat ini dirinya belum juga bertemu dengan Ramon,karena menurut kabar dari Richard itu daddy nya masih berada di luar negeri dan belum bisa pulang ke Indonesia. Sandra melihat wajah gelisah pada sahabatnya itu,kemudian Sandra menghampiri sahabatnya itu. 

"Dira ada apa denganmu?" Tanya Sandra pada Dira

Aaram dan Amira pun ikutan menatap ke arah Dira. 

"Itu… Kendra dan Richard…" 

"Ada apa dengan mereka?" 

Belum sempat Dira menyelesaikan ucapannya Amira sudah memotong pembicaraan Dira.

Sandra menghampiri ibunya "ibu tenang dulu ya,tunggu Dira selesaikan ucapannya." Ucap Sandra sambil mengelus lengan ibunya

"Kendra dan Richard sedang berada di kantor polisi,pelakunya sudah tertangkap." Ucap Dira sambil tersenyum

"Alhamdulillah,akhirnya orang itu tertangkap juga." 

Sandra memeluk ibunya dan juga melihat ke arah Aaram. Seulas senyum Aaram terbit dari wajahnya,Sandra pun ikut tersenyum ke arahnya. 

****

Di ruang interogasi sudah ada Richard yang ditemani oleh satu orang penyelidik  menatap nyalang ke arah orang yang sudah menabrak Aaram. Richard benar-benar sudah muak dengan orang ini,sudah banyak yang menderita karena keegoisan orang yang ada di hadapannya ini. Sedangkan Kendra dan Justin menyaksikan di balik kaca ruang interogasi. Kendra pun tidak menyangka dengan orang yang sudah berniat ingin menabrak Sandra,walau pada akhirnya Aaram lah yang tertabrak. Kendra tidak habis pikir dengan tindakan yang dilakukan oleh orang itu. 

"Mommy tidak bersalah,nak. Mommy tidak melakukan apapun Richard,tolong bebaskan mommy. Mommy hanya menyingkirkan hama di dalam rumah tangga mommy,nak. Tolong mommy nak,bebaskan mommy."  

Ya,orang yang selalu ingin mencelakai Sandra dan Amira adalah Laura,orang yang Richard sayang dengan tega melakukan hal keji seperti itu. Karena rasa dendam dan ego sang mamah,Laura selalu merasa dirinya tidak akan puas sebelum orang yang membuatnya menderita masih ada di dunia ini. Baginya dunianya hancur karena Amira dan Sandra yang selalu berada di pikiran Ramon. Laura begitu mencintai Ramon dan semua hal yang dilakukan Laura hanya untuk mencari perhatian dari pria itu. Tapi,semua yang dilakukan Laura begitu sia-sia dimata Ramon,suaminya itu masih saja memikirkan mantan istrinya itu. Bahkan saat sedang berhubungan intim pun Ramon selalu menyebut nama Amira di sela pelepasan terakhirnya. Mengingat itu semua membuat Laura berteriak histeris. Wanita itu mengamuk dalam ruang interogasi,Richard segera bangun dan keluar dari ruangan itu setelah tim medis kepolisian datang dan menyuntikkan cairan ke tubuh Laura. Richard menyaksikan semuanya,tubuhnya terasa sangat lemas melihat sang mamah begitu lemah di mata Richard. 

Kendra langsung keluar ruangan setelah melihat Richard yang juga keluar dari ruang interogasi. Pria itu melihat Richard yang sedang duduk termenung sambil menundukkan kepalanya. Kendra mendekati Richard dan duduk di sebelahnya,tangan Kendra menepuk punggung Richard dengan pelan. Tidak lama Kendra kembali dikejutkan oleh suara isakan tangis yang terdengar begitu pilu. Pria itu menangis,seorang Richard menangis dengan tangan kanannya yang menutup setengah wajahnya dan tangan kirinya masih mengepal kuat. Kendra merangkul tubuh Richard,pria itu tahu apa yang saat ini dirasakan oleh Richard. 

"Apa yang harus gue katakan pada ibu dan Sandra,Ken? Gue takut mereka kecewa kalau pelakunya adalah nyokap gue sendiri,orang yang udah ngelahirin gue,Ken. Rasanya gue malu,Ken. Gue malu…. Gue malu ketemu sama ibu apalagi Sandra. Gue yakin Sandra akan semakin membenci diri gue." Richard kembali menangis terisak dan sesekali oria itu memukul dada kirinya untuk menghilangkan rasa sesak yang dirasakannya.  Untung saja di lorong itu sangat sepi jarang orang lewati,jadi dengan bebas Richard meluapkan tangisnya. Kendra pun juga hanya bisa terdiam,karena dirinya pun tidak tahu harus berbuat apa. 

Cukup lama Richard dan Kendra duduk di kursi depan ruang interogasi itu. Justin yang sudah selesai mengurus semuanya pun menghampiri Richard dan Kendra. Justin menyampaikan keputusan dari pihak kepolisian,bahwa Laura tidak bisa ditahan karena jiwanya mengalami guncangan yang membuat dirinya harus dirawat di rumah sakit jiwa. Richard menerima itu semua,setidaknya Laura tidak akan mengganggu kehidupan ibu dan Sandra lagi. Richard juga tenang karena mommy nya tidak menderita di balik jeruji besi itu,merasakan dinginnya lantai jeruji besi yang mungkin hanya beralaskan sebuah tikar yang sudah usang. Bagaimanapun yang namanya seorang anak tidak akan tega melihat orang tua yang sangat disayanginya dan sangat berjasa di dalam hidupnya itu menderita. 

Richard berdiri tegak menatap tubuh sang mama yang berada di atas tandu,Laura akan segera dibawa ke rumah sakit jiwa. Richard memandang sendu pada tubuh lemah wanita yang selalu dipanggil mommy olehnya. Manusia adalah makhluk ringkih yang terbuat dari sakit hati dan janji yang teringkari. Jauh lebih gampang memaafkan seorang musuh daripada memaafkan keluarga. Richard masih terus menatap mobil ambulan yang sudah berjalan meninggalkan kantor polisi. Sebuah tepukan ringan di punggung Richard membuyarkan lamunannya,pria itu menoleh ke arah samping kanan dan kirinya. Kendra dan Justin berdiri tegak di samping Richard,sebuah senyuman tulus dari mereka sedikit mengurangi rasa sesak dalam dadanya. 

Mereka meninggalkan kantor polisi dan mengantar Kendra kembali ke rumah sakit. Sedangkan Richard,dirinya memutuskan untuk kembali ke mansion setelah mengantarkan Kendra. Untuk saat ini dirinya belum siap mengatakan apapun bahkan bertemu dengan ibu dan adik tirinya pun Richard belum siap.