"Aku mau kita ngejauh!," seru Nao ketika Rei baru saja datang dari larinya, nafasnya masih belum teratur terlebih mendengar ucapan Nao yang seperti itu semakin membuat jantungnya berdetak tidak tahu arah.
Rei masih membungkukan bahunya keringatnya yang masih bercucuran mengitari wajahnya kini semakin mengucur dengan deras, keringat yang berada di tengah pelipis matanya kini mulai masuk ke dalam membuat matanya perih menggambarkan hatinya yang saat itu mendengar ucapan Nao.
Mulutnya seolah terkunci rapat tidak bisa berkata apapun, tubuhnya kini sudah bediri tegak tetapi lemas tidak bertulang. Apakah ini akhir dari kisah cintanya yang baru saja ia ingin mulai?
Pada malam harinya, kak Zein yang berada di kamar Rei memberikan saran kepadanya untuk menjelaskan status hubungannya kepada Nao dan mendesak itu segera mungkin karena pengalaman kak Zein yang sudah lebih dulu kalau perempuan adalah makhluk yang harus mempunyai kepastian dan kejelasan.
