Sejak Haris mengatakan keinginannya untuk segera pindah dari rumah ibunya, sang ibu lebih banyak mengurung diri dikamar. Hal itu membuat Haris merasa tidak enak, dia lalu berniat untuk menunda keinginan-nya itu. Maya sebenarnya tidak merasa senang, tapi bagaimanapun dia harus menghargai keputusan suaminya itu.
Malam itu Haris mengatakan jika akan menunda rencana kepindahannya sampai akhir bulan, tapi ibu nya justru meminta Haris untuk tinggal lebih lama lagi bersamanya. Ibu Haris mengatakan jika dia tidak ingin sendirian, meskipun Harus akan mengunjunginya di akhir pekan, tetap saja itu tidak membuat ibu nya bahagia. Haris semakin dilema, disisi lain ada ibu yang harus dia hormati, dan disisi lain ada Maya istrinya yang juga berarti bagi hidupnya.
Di malam yang sama, Haris membicarakan apa yang sedang ia pikirkan kepada Maya, berharap Maya mau mengalah dan bersabar untuk sementara waktu, mengerti posisi dirinya yang tidak bisa memilih di antara istri dan ibu nya.
"Jika kamu mau kita tinggal disini, aku akan mengikuti keinginan kamu Mas, bilang saja sama Ibu." ucap Maya berat hati.
"Benarkah May? Kamu serius? Syukurlah kamu mau mengerti keadaanku. Kamu memang istri yang terbaik." balas Haris sambil mencium kening Maya karena senang.
Maya harus menerima kenyataan bahwa dirinya akan kembali tinggal bersama ibu mertuanya, dia juga harus rela dan siap menerima apapun yang dikatakan sang Mertua, demi suami yang dicintainya. Maya sebenarnya ingin mengatakan semua beban yang ia rasakan kepada orang tuanya, namun ia enggan, dirinya tidak ingin mereka menjadi kepikiran apa yang sedang dialaminya. Setiap kali orang tua Maya telepon menanyakan kabar, Maya selalu bilang jika dia bahagia dan tidak mengalami masalah apapun. Menyembunyikan kesedihannya dibalik senyuman yang ceria seperti yang diketahui semua orang. Maya adalah perempuan yang penuh semangat, energik, periang dan suka sekali membuat semua orang bahagia. Tapi setelah menikah, Maya menjadi lebih tertutup dan membatasi dirinya bergaul.
Usia pernikahan Maya dan Haris baru akan menginjak dua bulan, tapi Maya merasa rumah tangganya bersama Haris tidak seperti pasangan baru pada umumnya yang lebih banyak menghabiskan waktu berdua. Maya merasa dirinya menjadi orang asing di keluarga Haris, karena akhir pekan pun lebih banyak Haris habiskan untuk mengantar ibunya pergi ke toko. Ya, ibu Haris punya toko kain di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Surabaya. Dulu sebelum Haris menikah dengan Maya, ibu nya ikut menjaga toko, tapi semenjak Haris menikah dan mendapat promosi jabatan sebagai manager di perusahaan tempat Haris bekerja, ia meminta sang ibu untuk dirumah saja sekalian menemani Maya yang sudah tidak bekerja. Tapi bukan menjadi solusi terbaik bagi Maya, justru membuat hidup Maya terasa di penjara.
***
Pagi itu, Haris mengajak Maya dan ibunya untuk pergi menghadiri acara peresmian jabatan yang diterima Haris dari perusahaan. Haris juga mendapat penghargaan sebagai salah satu karyawan terbaik. Tapi suasana pagi itu sama seperti biasa, Ibu Haris selalu bermasalah dengan menantunya, padahal acara masih beberapa jam lagi, tapi Ibu Haris sudah membuat semua orang panik.
"Maya..., Kamu sudah siap belum? Lama sekali dandan, ingat, kamu itu sudah punya suami, jangan dandan yang berlebihan kalau mau keluar, nggak baik. Pamali." ucap nyonya Hartini pada menantunya itu.
"Biarin lah Bu, Maya kan memang cantik, justru Haris bangga punya istri cantik." ujar Harus membela istrinya, Maya tersenyum lega mendengar ucapan suaminya.
Maya memang cantik, meskipun dandan simple, semua yang melekat pada tubuhnya begitu tampak sempurna. Maya tahu betul apa yang pantas ia kenakan, maklum saja, Maya adalah mantan Sekretaris di beberapa perusahaan raksasa di kota Surabaya. Sudah sepantasnya Maya begitu piawai dalam hal berpakaian.
Nyonya Hartini merasa kesal karena Haris lebih membela istrinya, ia lalu memutuskan untuk pergi duluan masuk ke mobil.
"Mas, apa dandanan aku berlebihan?" tanya Maya tiba-tiba insecure atas dirinya sendiri setelah mendengar ucapan ibu mertuanya.
"Enggak kok May, kamu mau pakai daster aja masih cantik, apalagi kamu udah dandan begini, uh... Cantik. Malahan, sekretaris di kantor itu nggak ada apa-apanya sama kamu, lewat semua." ucap Haris sambil menggoda Maya, membuat Maya tersipu malu.
"Kamu ini bisa aja ya ngerayu. Yasudah, kita berangkat yuk mas, kasihan ibu kamu sudah menunggu di mobil, nanti marah-marah lagi." ajak Maya agar segera meninggalkan kamar.
Haris, Maya dan ibu nya akhirnya pergi menuju tempat acara. Maya yang duduk di belakang hanya bisa memandangi ibu mertuanya yang tengah sibuk merapikan rambutnya dan gelang yang dikenakan. Seolah memastikan jika semua tampak sempurna dan terlihat glamor. Melihat ulah sang mertua, Maya hanya bisa menghela nafas panjang, tidak pernah menduga jika mertuanya itu benar-benar ingin terlihat sosialita.
"Ibu apa nggak kebanyakan pakai gelang segitu?" tanya Haris ditengah perjalanan. Sontak saja membuat Maya terkekeh geli, tapi segera ia menyudahi nya. Takut sang mertua akan melampiaskan kemarahan pada dirinya.
"Kamu ini ya, nggak bisa lihat ibu seneng. Asal kamu tahu, ibu emang sengaja mau pakai semua perhiasan ibu karena ini momen bagus buat kamu, ibu mau menunjukkan ke semuanya kalau kamu itu anak ibu, kamu bisa sukses karena doa ibu, ibu juga bisa biayain kamu sampai sesukses ini ya karena ibu dari dulu dari keluarga berada. Intinya biar orang tahu kita itu keluarga berada." terang Ibu Haris penuh semangat.
Maya mengerutkan keningnya, beberapa kali mengucap istighfar di dalam hati. Haris sendiri hanya mengatakan terserah apa yang ibu nya inginkan.
Sampai akhirnya mereka tiba di lobi Hotel, acara yang digelar memang berada di ballroom salah satu hotel termewah di Surabaya, Maya sendiri sebenarnya sudah sering sekali keluar masuk hotel itu karena kebetulan atasannya dulu sering mengadakan acara disana dan menyewa ballroom hotel untuk menggelar acara.
Saat mulai memasuki hotel, Maya dikejutkan dengan suara seseorang yang memanggil namanya. Bukan hanya Maya, tapi Haris dan ibu mertuanya ikutan kaget.
Maya menoleh ke sumber suara yang terdengar dari belakang.
Nampaknya suara seseorang pria yang merupakan manager hotel itu.
"Pak Cakra?" sapa Maya sambil tersenyum pada pria paruh baya itu.
"Hai Maya, sudah lama sekali kita tidak bertemu, terakhir kalinya waktu kamu ada acara launching brand baru perusahaan kan?" tanya pria itu memastikan bahwa ingatannya tidak salah.
"Benar Pak, saya sudah resign tiga bulan lalu, oh iya Pak Cakra, perkenalkan ini suami dan ibu mertua saya," terang Maya pada Pak Cakra manager hotel.
"Oh iya, saya sudah dengar kabar kalian menikah, tapi maaf sekali waktu itu saya tidak dapat hadir karena waktu itu saya sedang berada di luar negeri, kamu kan tahu Mau, istri saya ada beberapa kali jadwal medical check up untuk penyakit yang dideritanya. Sekali lagi maaf ya?"
"Tidak apa-apa Pak Cakra, minta doanya saja" ucap Maya.
Setelah selesai berbincang dengan Pak Cakra, Maya berpamitan untuk masuk ke tempat acara, Pak Cakra berpesan untuk tidak pulang lebih dulu nanti setelah acara karena ingin menjamu Maya juga suami beserta ibu mertuanya untuk makan makan siang di Hotel, Maya bertanya kepada Haris, namun Ibu Haris cepat-cepat menyetujui ajakan Pak Cakra sebelum Haris menjawab.