Chereads / Suamiku Milik Ibunya / Chapter 4 - Chapter 4 : Honeymoon Yang Tertunda

Chapter 4 - Chapter 4 : Honeymoon Yang Tertunda

Tanpa terasa usia pernikahan Maya dan Haris sudah berjalan lima bulan, setelah menikah, mereka berdua belum sama sekali menikmati bulan madu dikarenakan Haris banyak disibukkan dengan urusan pekerjaan di kantor. Untuk itu Haris berencana mengajak Maya untuk pergi ke pulau Dewata Bali selama sepekan. Maya tampak bahagia dengan kabar baik yang diberikan suaminya, apalagi mengetahui jika ibu mertuanya tidak ikut dikarenakan bertepatan dengan acara arisan bersama teman-temannya.

Malam itu Maya mulai packing barang yang akan dibawanya pergi, dua koper berukuran cukup besar menjadi pilihan mereka untuk membawa semua keperluan mereka selama disana, karena rupanya Haris selain bulan madu, dia juga ada beberapa keperluan pekerjaan yang akan dilakukan disana. Bertemu dengan client penting disela honeymoon mere. Bagi Maya semua itu tidak menjadi masalah, karena yang terpenting adalah waktu bersama suaminya lebih banyak dihabiskan berdua tanpa harus mendengar tausyiah dari sang mertua. Maya sudah lama ingin merasakan waktu bersama suaminya tanpa harus ada selisih paham dengan ibu mertuanya yang selalu membuat dia sakit hati.

Pagi sebelum Haris dan Maya pergi ke bandara, mereka berpamitan dengan sang ibu. Dengan berat hati sang ibu merelakan kepergian mereka, apalagi dalam hati kecilnya sudah kepingin menimang cucu setelah mendapat pertanyaan dari temannya di arisan menanyakan tentang kapan Maya hamil.

"Jangan lupa beri ibu cucu segera ya Nak." ucap ibu nya pada Haris.

"Doakan saja ya Bu, semoga honeymoon ini Haris bisa segera memberikan ibu cucu yang banyak." jawab Haris sambil memeluk ibunya.

"Tentu, ibu doakan kamu juga segera kembali, ibu kesepian nggak ada kamu disini." ucap ibu Haris lagi.

Akhirnya mereka berdua pergi.

Saat perjalanan, Haris mengatakan pada Maya jika dirinya ingin memberikan ibunya cucu segera, untuk itu sebelum mereka tiba di bandara, mereka memutuskan untuk pergi ke rumah sakit memeriksa kesuburan mereka berdua. Untungnya jadwal penerbangan mereka masih dua jam lagi, dan masih cukup waktu untuk sekedar periksa. Maya yang juga ingin memberi keturunan untuk Haris tidak merasa keberatan sama sekali dengan permintaan suaminya.

Dirumah sakit, Haris dan Maya segera menuju ke ruang bagian pendaftaran. Setelah semua berkas selesai dan segala sesuatu yang diperlukan terpenuhi, mereka menunggu giliran untuk masuk ke ruang pemeriksaan. Haris terlihat begitu tegang, Maya melihat tingkah lucu suaminya tersenyum geli, sesekali ia meminta Haris untuk duduk santai, Maya sudah membayangkan bagaimana jadinya jika ia hamil dan melahirkan, seperti apa ekspresi wajah suaminya yang imut itu ketika panik.

"Mas, kamu kenapa sih? duduk sini lah, mondar mandir dari tadi emangnya kamu nggak capek?" tanya Maya.

"Sayang, gimana aku nggak panik, ini baru pertama kalinya kita kesini setelah menikah, apalagi kita sudah mau lima bulan menikah kamu juga belum ada tanda-tanda hamil loh, aku takutnya diantara kita ada yang nggak subur. Lalu itu akan..."

"Sudahlah Mas, kamu itu ngomongnya jangan aneh-aneh, berdoa saja semoga semuanya baik-baik saja. Dan mungkin memang belum dikasih sama Tuhan kepercayaan selama ini, udah ya kamu tenang." ucap Maya berusaha menenangkan suaminya yang mulai ngelantur.

Akhirnya giliran nama Maya yang disebut oleh suster. Haris mengekor di belakang tubuh istrinya. Di dalam dokter mempersilahkan mereka duduk dan menanyakan keluhan mereka, akhirnya Maya yang mulai menjelaskan maksud dan tujuan mereka periksa hari itu. Dokter tersenyum melihat tingkah Haris yang begitu terlihat tegang.

"Bapak Haris, anda jangan tegang begitu, kita akan mulai pemeriksaan-nya ya? Bapak ikut suster Ana dan Ibu Maya ikut dengan suster Eva. Nanti kita akan bertemu lagi setelah hasilnya keluar." terang dokter Risma.

Setelah itu Haris dan juga Maya menjalani beberapa rangkaian tes yang di minta oleh dokter Risma.

Satu jam kemudian, hasil tes mereka keluar. Dokter Risma memanggil mereka berdua dan menjelaskan hasil dari tes yang mereka jalani.

Dari hasil tes nya, tidak ada kendala apapun, baik dan mereka dinyatakan subur. Untuk memiliki momongan segera akan berpotensi besar. Haris sendiri tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol sesering mungkin, hanya saja Maya tidak diperbolehkan banyak melakukan pekerjaan yang berat dan terlalu stress. Itu akan berdampak tidak baik untuk kesehatan juga sel telur yang dihasilkan. Begitu juga dengan Haris, mereka berdua harus lebih banyak mengkonsumsi makanan yang sehat. Dokter Risma sudah menuliskan resep untuk di minum mereka berdua rutin, serta meminta mereka setelah pulang dari Bali untuk kembali periksa.

Keduanya menuruti anjuran dokter Risma, setelah selesai mereka akhirnya kembali melanjutkan perjalanan ke Bandara. Haris tampak senang, wajah tegang yang begitu menggemaskan itu sudah berubah menjadi wajah rona bahagia penuh pengharapan, berharap segera mendapatkan momongan setelah mereka berlibur. Maya juga terlihat bahagia, ternyata hal yang ditakutkan suaminya tidak terjadi pada mereka berdua. Apalagi dokter Risma mengatakan jika dirinya berpotensi untuk hamil di minggu-minggu ini karena Maya sedang mengalami masa subur.

"Kami bahagia May?" tanya Haris tiba-tiba membuyarkan lamunan indah istrinya.

"Tentu Mas, apa kamu juga bahagia?" tanya Maya balik.

"Sangat, aku bahkan sudah tidak sabar untuk mendapat kabar baik itu. Aku akan pastikan kamu tidak capek seperti yang dikatakan dokter Risma tadi. Kamu juga harus janji sama aku jangan stress, kalau ada masalah apapun kamu ngomong sama aku ya sayang?" pinta Haris sambil memegang kedua tangan Maya, lalu menciumnya dengan mesra.

Beberapa menit kemudian mereka tiba di bandara Juanda Surabaya. Haris mengambil koper yang ada di bagasi mobil dan menaruhnya ke troli barang. Maya yang ingin membantu suaminya langsung di tolak mentah-mentah. Haris mendadak over protektif pada Maya setelah dari Rumah Sakit. Maya merasa canggung tapi juga happy dengan sikap yang ditunjukkan suaminya itu. Haris bahkan meminta Maya untuk duduk menunggunya mengurus semuanya. Haris selalu menggenggam tangan Maya dengan sepenuh jiwa, tidak membiarkan Maya pergi jauh darinya walaupun sebentar saja.

Pesawat yang membawa mereka terbang ke Bali segera take off, Haris dan Maya mulai masuk dan bersiap naik. Di dalam pesawat, Maya yang mendapat tempat duduk di dekat jendela merasa terhibur dengan pemandangan yang ada dibawah sana. Haris melihat istrinya tersenyum sendiri ketika melihat ke arah jendela ikut tersenyum. Baginya, Maya adalah perempuan yang selalu menjadi perempuan tercantik sampai kapanpun, Perempuan yang akan selalu menjadi pendamping hidup dan menjadi ibu dari anak-anaknya.

"I Love you Maya Florensia Savana." bisik Haris di telinga Maya, membuat Maya kaget dan langsung memalingkan wajahnya.

"I Love you too Haris Rakha Pradipa." balas Maya dengan membisikkan kata-kata cinta di telinga suaminya yang begitu ia cintai.