Lihua merasa hampir mati kebosanan saat tidak dapat melakukan apapun dikediaman nya. Tidak boleh keluar, tidak boleh melakukan apapun tanpa seijin Pangeran Lijuan. Wajah muram nya membuat para dayang yang berada didalam kamar itu bersikap hati-hati, takut membuat suasana hati tuan putri bertambah buruk dan melampiaskan nya pada mereka.
"Hiss benar-benar menyebalkan! Aku tidak pernah sebosan ini dalam hidupku." Gerutu Lihua mengingat kehidupan nya yang lalu dimana ia akan bersenang-senang dengan tidur seharian dikamarnya dan makan coklat yang banyak. Waktu libur dan senggangnya yang terbatas membuat Lihua hanya dapat bermalas-malas dikamarnya.
Ah~ rasanya ia merindukan ruangan beraroma mint itu sekarang, dan juga kertas-kertas menyebalkan itu. Disini ia sama sekali tidak dapat melakukan apapun selain tidur, makan, mandi, berhias dan bernafas.
Mengingat tumpukan koleksi novel dan draff novel di komputer nya membuat Lihua berteriak kesal hingga menggelepar dilantai. Ia bahkan belum sempat menikmati uang royalti dari hasil jerih payah nya saat melakukan revisi. Menurut Lihua menulis itu menyenangkan tetapi akan berubah menjadi sebaliknya ketika ia dihadapkan dengan revisi yang membosankan. Namun, mengingat kembali uang hasil kerja keras nya belum sempat ia hambur-hamburkan membuat nya ingin menangis.
"Kesayanganku..."
Para pelayan yang melihat itu hanya menahan tawa mereka dengan deheman dan saling menatap satu sama lain.
Sepertinya putri sudah gila..
Benturan dikepalanya cukup serius sepertinya..
Kening Lihua berkerut samar saat mendengar bisikan itu, salahkan telinga nya yang terlalu tipis saat seseorang bergunjing dibelakang nya.
"Diam!" Katanya kesal sehingga para pelayan mematung takut namun dalam sekejap aura mengerikan disekitar nya menghilang saat mengingat coklat kesukaan nya.
"Sayangku ... Aku tidak bisa memakanmu lagi." Lihua benar-benar frustasi saat tidak bisa memakan makanan kesukaan nya, dirinya dengan coklat bagaikan ikan tanpa air.
Ngomong-ngomong tentang ikan, Lihua sangat membenci hewan itu bukan lebih tepatnya Lihua benci dengan aroma amis nya. Bahkan didunianya Lihua tidak pernah sekalipun memakan ikan, ia lebih memilih kelaparaan dibandingkan harus memakan nya.
Pernah Lihua dijejali makan ikan oleh teman-teman nya dan semua itu berakhir dengan Lihua yang tidak bisa berhenti muntah, lalu berakhir terbaring dirumah sakit setelahnya teman-teman sialan Lihua meminta maaf padanya.
Jika ditanya mengapa maka Lihua akan menjawab. "Anggap saja jika aku adalah seekor ikan cantik yang tidak ingin memakan sesamanya." katanya saat itu.
Lalu pangeran Lijuan membuat amis sekujur tubuh beberapa hari lalu hingga membuatnya menangis. Sialan.
Aku benarkan, Putri benar-benar sudah gila..
Lihua sudah tidak peduli dengan apa yang dikatakan pelayan nya tentang nya. Berdiri dari posisi telentang diatas lantai dengan semangat yang berkobar.
"Kali ini aku akan membalasmu kakak tersayang!"
***
Sampai di kediaman pangeran Lijuan, Lihua sama sekali tidak peduli dengan tatapan Pangeran Zhen padanya.
Lihua sadari jika keduanya tengah membicarakan sesuatu yang penting tapi Lihua tidak tahu apa itu dan tidak berniat untuk peduli sedikit pun.
"Lanjutkan saja aku tidak akan menguping." ucap Lihua tak peduli dan tetap duduk disamping Pangeran Lijuan dan mulai mengusik ikatan rambut kakaknya.
Lijuan yang merasa sia-sia saja mengusir Lihua akhirnya membiarkan dan kembali melanjutkan diskusinya dengan Pangeran Zhen.
"Jadi tentang penyerangan di kota Ho- argh!" pangeran Lijuan mengaduh saat lihua menarik rambutnya agak keras.
Menyadari kesalahannya Lihua buru-buru minta maaf pada kakaknya.
"Maaf!"
Akhirnya Pangeran Lijuan menghela nafas dan kembali melanjutkan perkataan nya. Kini Lihua sibuk menggigit ujung simpul saat tali nya susah untuk dibuka. Lihua terlalu gemas melihat rambut yang mirip dengan iklan shampo ini, bagaimana bisa rambut seorang pria lebih cantik dan indah dari nya?
Pangeran Zhen melihat interaksi keduanya dalam diam dan terheran-heran. Seingatnya Lihua tak pernah sedekat ini dengan Lijuan, jika bertemu kedua nya selalu memberikan tatapan permusuhan.
Tapi kini interaksi keduanya terlihat sangat manis seperti kedua kakak beradik yang sangat akur. Meski Lijuan terlihat agak dingin pada Lihua namun diam-diam pria itu selalu menjaga sang adik dari kejauhan.
"Kakak bisakah kau membuat kepalamu diam sebentar." gerutu Lihua saat kepala pangeran Lijuan terus bergerak-gerak.
"Jangan menarik rambutku seperti itu Lihua!" protes Pangeran Lijuan kesal tapi tetap mengikuti apa yang adiknya katakan.
"Cerewet." decih Lihua mengabaikan tatapan tajam dari kakak nya.
Berjam-jam kemudian Lihua kembali terserang bosan yang mematikan, kini ia tidur-tiduran diteras sang kakak, dimana seluas mata memandang terdapat kolam ikan yang cantik. Tempat ini sebenarnya sangat cocok digunakan untuk menikmati waktu sambil menulis. Dari tempatnya Lihua melihat seorang kasim yang menjaring beberapa ikan.
"Aku bisa mati kurus jika terus-terusan dihidangkan ikan untuk makan." jadi ini guna nya kolam ikan yang berada di kediaman nya, dipelihara untuk dimakan oleh nya sendiri. Kejam sekali.
Air, tiba-tiba ingatan Lihua sampai dimana terjatuh di dalam danau, saat dimana ia didorong oleh seseorang hingga tenggelam. "Jika aku kembali nanti akan ku tenggelam kan balik orang yang mendorongku itu sampai mati!" kuda tangan Lihua terkepal erat. Semua itu disaksikan oleh pangeran Lijuan dan Pangeran Zhen yang terheran-heran dengan sikapnya yang aneh.
Menyadari tatapan tajam yang terasa membakar punggung nya Lihua berbalik dan tersenyum polos tanpa dosa, meski didalam hati ia terus memaki kenapa ia bisa keceplosan disaat dua pria aneh berada disisinya.
"Pangeran Zhen tidak sopan melihat seorang gadis dengan sedetail itu. Lalu apa ada yang salah denganku." ucap Lihua menyindir Pangeran Zhen hingga tunangan nya itu membuang muka.
Pangeran Lijuan mengeleng-gelengkan kepalanya, ia sudah sakit kepala menghadapi tingkah Lihua yang lain dari biasanya. "Ya kepala mu yang bermasalah." katanya menyentil kening Lihua hingga gadis itu mengaduh. "Sepertinya benturan dikepalamu membuatmu menjadi bodoh."
Lihua menatap kakaknya sengit. "Oh benarkah? Tapi aku tidak sebodoh kalian berdua yang bahkan tidak bisa menemukan markas merpati putih yang membrontak, asal kau tahu saja kelemahan mereka terletak dikota Huyin barat. Disana semua stok makanan dan persenjataan klan merpati putih disimpan, kalian bisa melumpuhkan mereka dengan cara menghancurkan merkas itu." Sedikit banyak ia mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh dua pria ini tadi, awalnya ia tidak mau peduli tapi saat Pangeran Lijuan mengatakan nya bodoh, emosinya langsung meroket dan mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dikatakan nya.
"Opss-!" Menyadari kebodohan nya Lihua buru-buru bangkit dan hampir terjerembab jatuh saat Pangeran Zhen menahan pergelangan tangan nya.
"Apa yang kau katakan tadi?!" tanya pangeran Zhen dan kakaknya bersamaan.
"Anggap saja aku hanya asal bicara." sahut Lihua cepat-cepat, sekaligus berusaha melepaskan cekalan tangan pangeran Zhen padanya.
"Kenapa kau bisa tahu semua itu?" tanya pangeran zhen lagi kini dengan tatapan curiga padanya.
Oh kau sungguh bertanya hal itu padaku? Itu semua karna aku yang mencipatakan cerita kalian! Bahkan semua plot cerita nya masih teringat dengan jelas!
Lihua memberikan tatapan sinis pada Pangeran Zhen, tatapan yang seolah-olah mengatakan. Kau sangat dungu. "Aku berada didekat kalian bagaimana aku tidak tahu? Pertama tolong lepaskan tanganmu Pangeran Zhen, kau menyakitiku." ucap Lihua.
Pangeran Zhen melapaskan tangan nya cepat dan benar saja pergelangan tangan Lihua telah memerah. Lihua mengelus tangan nya perlahan, terasa nyeri.
Menunjuk peta diatas meja, Lihua menunjuk salah satu kota. "Ini adalah markas dari klan merpati putih, sekitar seminggu lagi mereka akan mengepung kota Hain dengan prajurit berkuda." telunjuk Lihua bergeser beberapa centi daru tempat semula saat menunjukan kota Hain. "Karna itu kakak dapat melakukan serangan tersembunyi saat malam tiba, pada waktu itu kondisi penjagaan tidak terlalu ketat."
"Bagimana kau tahu semua ini sedangkan selama ini kau hanya berdiam diri di kediaman mu?" tanya Pangeran Lijuan sedikit kagum dan lebih banyak terkejut oleh adiknya.
"Lebih banyak berdiam diri di paviliun bukan berarti aku menjadi bodoh Pangeran." ketus Lihua mengena, memang didalam ceritanya sebenarnya karakter Lihua adalah gadis jenius jika tidak bagimana ia bisa menjadi seorang ratu dimasa depan? Oh ya aku lupa dimasa depan ia pun akan mati ditangan suaminya sendiri.