Chereads / Empress Zhilan / Chapter 6 - 6

Chapter 6 - 6

Kejadian malam itu membuat Lihua benar-benar dikurung di dalam paviliun kecantikan abadi, dimana setiap jam akan ada beberapa kasim yang berganti tugas untuk menjaga setiap sisi kediamannya. Bahkan ketika membuka jendela Lihua akan menemukan sebuah wajah yang menatap kearahnya, adegan konyol itu selalu terjadi di setiap jendela yang dibuka olehnya.

Ketika ekspresi kasim itu seolah mengatakan. 'putri tolong jangan membawa masalah ketika saya yang bertugas untuk berjaga.' kalimat itu secara tersirat diucapkan melalui tatapan datar setiap kasim membuat Lihua urung untuk keluar.

Kadang kala dibandingkan dengan cara dimarahi atau dihukum dengan keras Lihua lebih akan cepat menurut hanya dengan kata-kata yang diucapkan dengan pelan. Karena sejujurnya Lihua mudah untuk merasa kasihan dan sadar pada situasi orang lain. Tapi dengan dua orang tempramental disekitarnya hal itu tidak akan berguna, contoh saja ayah dan kakak nya ketika mereka memarahi nya maka lihua tergelitik untuk membangkang dan memancing emosi mereka lebih jauh. Berbeda dengan Zhen yang hanya menjadi pengamat dari keributan yang ia buat.

hanya pelayan dan tabib yang mengisi hari-hari hukuman Lihua sampai akhirnya ia mulai sehat. Kadang kala pangeran Lijuan akan datang mengunjunginya bersama pangeran Zhen hanya untuk duduk diam dan berdiskusi.

Sikap pangeran Zhen padanya juga mulai agak lunak sejak malam itu, entah apa yang ada dipikiran pria itu.

Kini Lihua melangkah pelan diikuti oleh beberapa pelayan di belakang nya, malam ini sebuah surat berstemple resmi kerajaan membuat Lihua mau tak mau harus menghadiri undangan itu dengan setengah hati.

Kerajaan tengah merayakan kemenangan mereka atas penyerangan klan merpati putih. Dan jika Lihua tidak datang maka kaisar akan dengan senang hati mengurungnya lebih lama di paviliun hingga kulit nya menjadi sensitif pada cahaya matahari.

Lagi-lagi batin nya membrontak, mengapa dia harus membuat karakter Kaisar Dozai yang keras dan tegas. Belum lagi sikap kakak Lijuan yang kini cukup protektif.

Lihua mengingat setiap plot dalam ceritanya, sepertinya ini sudah berada di luar jalan cerita, Karena dalam ingatan nya Lihua sama sekali tidak pernah di undang dalam sebuah acara atau perayaan apapun, bisa dibilang Lihua adalah gadis terbelakang yang cukup memperihatinkan.

Penampilan Lihua berubah 180 derajat untuk malam ini dan mungkin untuk hari-hari berikut nya, karena maaf saja walau di dalam ceritanya Lihua selalu berpakaian kuno disini ia tidak mau melakukan nya. Sejak terkurung Lihua telah membuang seluruh pakaian lama nya dan memerintahkan seorang dayang untuk membeli pakaian baru, alhasil ia hampir menguras kas kediaman nya dengan seluruh pakaian dan perhiasan cantik. Apakah kakak nya selaku penanggung jawab dirinya berkomentar? tidak, Lijuan tidak banyak bicara dan hanya membubuhkan stempel persetujuan.

Rambut Lihua dibiarkan tergerai dengan hiasan butiran mutiara yang menggantung di rambut nya, serta jepit rambut berbentuk kupu-kupu yang dibalut dengan kumala. Pakaian nya terdiri atas hanfu berwarna ungu gelap dengan lapisan jubah tipis bersulam bunga wisteria ungu di jahit dengan benang perak.

Lihua duduk ditempat Putri Raja sesuai dengan gelarnya, para Putri lain yang melihat nya ternganga karena sebelumnya Lihua sama sekali tidak pernah menampakan diri disini. Dan Lihua tidak menahan dirinya untuk berdandan cantik, berbeda dengan putri bangsawan lain yang memilih untuk terlihat dewasa dan sederhana.

Heh, untuk apa berpura-pura terlihat sederhana jika ia memiliki ayah yang luar biasa kaya? persetan dengan penilaian orang lain terhadap dirinya, selama ia merasa nyaman dan tidak melanggar batas norma dalam berpakaian maka tidak ada yang boleh mengatur nya.

"Apa yang sebenarnya dilakukan nya disini?"

"Kudengar dia bunuh diri, kenapa tidak mati saja?"

"Lihat wajah angkuh itu, benar-benar mengesalkan!"

Bisik-bisik yang menyerupai teriakan itu membuat Lihua jengah, memutar kedua bola matanya Lihua memilih untuk memakan kudapan yang berada di depan nya.

"Hei dia memakan kudapan sebelum dipersilahkan oleh yang mulia Kaisar."

Geram, Lihua menggebrak meja hingga gadis-gadis yang tadi membicarakan nya memucat.

"Bisakah saat membicarakan orang lain suara kalian dikecilkan sedikit? Kalian nampak sekali seperti rakyat jelata tanpa sopan santun kerajaan, lagi pula siapa yang sedang kau bicarakan Putri?" bentak Lihua yang telah teramat kesal. "Kukira mulut pelayan kalian lebih terdidik dari pada ini. Jika ingin terlihat anggun untuk memancing pemuda bangsawan potensial maka sumpal mulut kalian dengan hal dungu seperti biasanya."

Lihua menyinggung kebiasaan para nona bangsawan ini ketika berhadapan dengan pria yaitu bertingkah seolah-olah tidak tahu apa-apa agar di cap imut. tidak tahukah mereka jika pria malah melihat mereka sebagai mahluk yang mudah untuk dibodohi?

Semua orang seketika terdiam melihat Lihua yang diliputi oleh emosi, namun tak lama gadis itu kembali duduk dengan tenang setelah menarik nafas dalam, meski tatapan tajam membunuh masih berkilat dimatanya.

Tak ada yang berani bersuara hingga pengumuman dari kepala kasim Shim memberitahukan kedatangan Kaisar dan dua Pangeran. Seharusnya Lihua datang bersama mereka tetapi ia memilih untuk datang lebih dulu, berharap dengan begitu dapat menghindari keributan yang tidak perlu. Namun, seperti yang ia duga sejak sifat pembrontak nya muncul Lihua sudah cukup menjadi buah bibir orang-orang di kerajaan.

"Beri hormat pada yang mulia Kaisar dan dua pangeran!"

Serempak orang orang yang berada disana langsung bersujud hingga kening mereka menempel dilantai saat Kaisar lewat, minus Lihua pastinya ia tidak mau repot-repot membuat sanggulan rambut nya jatuh.

Kaisar hanya menggelengkan kepala saat melihat cengiran lebar di wajah Lihua, serta pengeram Lijuan yang menatap dengan kilatan geli karena sifat pemberontak Lihua.

"Bangkitlah." ucap Kaisar setelah dirinya duduk diatas tahta. Semua orang bangkit sambil menyerukan kalimat pujian serta panjang umur untuk yang mulia Kaisar.

Lihua memutar bola matanya malas, tempat ini dipenuhi oleh banyak penjilat yang memuakan. Melirik kearah langit malam yang ditaburi oleh banyak bintang, sedikit banyak Lihua merindukan kehidupan nya di dunia nyata, dimana ia akan menghabiskan waktu dibalkon kamar sambil menatap langit malam.

Suara panggilan dari Pangeran Lijuan membuat Lihua sadar. "Putri Lihua bisakah kamu memperlihatkan bakatmu pada kami? Kakak tahu jika kau sangat jenius dalam berpuisi." Kata Pangeran Lijuan usil membuat Lihua menatap nya bengis.

Ketika semua orang menatap dengan dengan pandangan remeh, Lihua menjadi panas, ia langsung bangkit dari duduknya dan mendekat dibawah tanggga tahta sang ayah. "Putri ini sama sekali tidak berpengalaman dalam menyair yang mulia, tapi Putri ini akan mencoba yang terbaik." ucap Lihua dengan nada sinis di akhir kalimat nya ditunjukan untuk Pangeran Lijuan yang terkekeh ditempat nya.

Otak lihua berpikir cepat mengingat puisi mana yang dulu pernah dihafalnya dari seoarang penyair Li Bai.

"Puisi ini berjudul; Renungan dimalam sunyi"

'Terang bulan di depan pembaringan,

Laksana embun di pelataran.

Menengadah menatap bulan purnama,

Tertunduk teringat kampung halaman.'

...

Lihua melangkahkan kaki nya santai dipinggir diatas jembatan, sementara setiap helai rambutnya tersapu angin. Lihua sengaja melepaskan semua jepit dikepala nya yang terasa berat, ia merasa 5 tahun lebih tua setelah terjebak ditempat ini.

"Puisimu tadi terdengar sangat indah Putri." suara itu membuat Lihua berbalik waspada nada bicara ini tidak dikenal olehnya.