Lihua memperhatikan keadaan kota dengan penuh minat, ini adalah kali pertamanya menginjakan kaki di kota. Kermaian ini terasa kontras dengan keheningan yang ada di lingkungan istana.
Mengenakan hanfu berwarna hitam bercorak biru yang senada dengan yang digunakan oleh Pangeran Zhen. Mereka sampai disuatu tempat dimana Lihua langsung diturunkan oleh Pangeran Zhen di kedai teh, semenjak ia dan Pangeran Lijuan melanjutkan tujuan mereka tanpa membawa Lihua serta.
"Mereka jahat sekali." gumam Lihua yang memilih untuk berkeliaran disekitar pasar.
Sebuah toko persenjataan menarik perhatian Lihua, disana sebuah belati dengan corak emas manarik perhatian Lihua. "Tuan berapa harga untuk belati ini?" tanya Lihua saat mengamati permukaan nya yang mengkilat saat tertempa sinar matahari.
"Pilihan anda sangat bagus nona. Harganya hanya beberapa teal perak nona." jawab si penjual.
Lihua mengangumi belati tersebut, mungkin dengan ini ia bisa melindungi dirinya sendiri. "Akan kuambil yang satu ini." kata lihua menyerahkan kantung uang nya.
Paman penjual membungkus belati Lihua dengan kotak kayu. Lihua kembali berkeliling sampai ia merasa diikuti oleh seseorang. Lihua mempercepat langkah nya hingga sampai hamparan danau tidak jauh dari pusat kota.
"Sampai kapan kau akan mengikutiku?" tanya Lihua tanpa berbalik.
Seseorang yang sedari tadi mengikuti nya keluar dari persembunyian nya. "Tidak ku sangka kau menyadari kehadiranku?"
Bagaimanapun di dalam ceritanya pangeran Guangxi merupakan suami nya, dan ia adalah penulis dari kisah itu tentu saja ia hafal dengan gerak-gerik dari pria itu.
"Kau gadis yang spesial." katanya sambil memiringkan sedikit kepalanya menatap Lihua tertarik. "Kau membuatku tertarik."
Lihua berdecak. "Aku sama sekali tidak tertarik denganmu maka enyalah dariku."
"Bagaimana bisa seorang putri terbuang bisa bersikap seangkuh ini?" cibir Pangeran Guangxi.
Kedua mata Lihua membelak, ia tidak menyangka jika mulut mantan suami nya akan selentur ini. "Kau serius ingin membahas hal itu denganku?"
"Kenapa? Baru sadar dengan posisimu?"
Lihua terkekeh meski jemarinya telah memutih menahan geram, tutup kotak nya telah terbuka, Lihua menggenggam belati tersebut lalu mendekat kearah Pangeran Guangxi sambil memain-mainkan belatinya.
"Tentu saja aku sadar dengan posisiku. Aku adalah putri resmi dari permaisuri dan kaisar, sekaligus saudara kandung putra mahkota. Aku juga merupakan tunangan dari Pangeran Zhen." Lihua tersenyum manis meski sorot matanya terasa membekukan. "Yang harusnya sadar itu adalah kau Pangeran Guangxi, tanpa ku bilang pun kau pasti mengerti apa maksudku kan?"
Pangeran Guangxi merupakan putra seorang selir berpangkat rendah, hanya saja karena dari Ratu maupun selir lain tidak melahirkan seorang putra maka pangeran Guangxi lah yang diangkat menjadi putra mahkota.
Pangeran Guangxi terlihat geram namun menahan nya dengan seutas senyum miring. "Jika aku berhasil membunuh tunanganmu akan kupastikan kau akan menjadi selir paling hina diharemku."
"Bahkan sebelum kau berhasil pun aku telah merasa hina mendengar nya." balas Lihua.
Lihua membuat sayatan panjang di sepanjang dada Pangeran Guangxi, bertepatan dengan itu sebuah panah langsung tertancap di bahu kiri Lihua. Panah itu berasal dari prajurit bayangan milik pria itu.
"Masih diikuti oleh prajurit bayangan eh? Aku tidak tahu jika kau lebih pengecut dari yang kukira." hina Lihua.
Pangeran Guangxi menyentuh luka ditubuhnya membalas cacian Lihua dengan senyum miring. "Kau sengaja melukaiku untuk memancing prajurit bayanganku? Kau tahu banyak ternyata."
"Siapa sebenarnya kau putri?"
"Siapa aku itu bukan urusanmu."
Pangeran Guangxi hanya mengangkat bahu nya, melihat luka Lihua yang mengalirkan darah. "Kau harus segera mengobati luka itu." katanya sebelum berbalik pergi.
Lihua memperhatikan punggung yang terus menjauh itu hingga sebuah siluet seorang anak perempuan berumur 5 tahun terlihat menggenggam tangan pria itu, lalu menoleh untuk tersenyum padanya.
'Ibu' kata gadis itu.
Deg..
Jantung Lihua berdetak dua kali lebih cepat, menggelengkan kepalanya ternyata itu hanyalah kilasan memori, bukan! Itu adalah putri Lihua bersama Pangeran Guangxi yang mati setelah sebelumnya diculik. Bagian dari ceritanya, walaupun sering bersikap dingin padanya dan sampai hati membunuh putra nya, tapi Pangeran Guangxi sangat menyayangi putri mereka. Annchi.
Apa maksud dari siluet yang Lihua lihat tadi?
....
Lihua melangkah tertatih kearah kearah toko terdekat, dimana seorang gadis muda yang melihat nya langsung mendekat dengan panik. "Nona anda terluka parah, biar saya bantu anda ke kediaman tabib."
Lihua menggeleng, tersenyum berterimakasih. "Tidak perlu, tapi jika kau benar-benar ingin menolongku, tolong carikan aku pakaian dan beberapa kain penutup luka." katanya menyerahkan kantung uang nya.
Lihua bersandar pada tembok, mengatur nafasnya agar teratur. Diliriknya panah yang masih menancap di bahu kirinya. "Tak pernah terpikirkan olehku kalau aku nyaris mati didalam ceritaku sendiri. Jika aku kembali nanti, aku akan membuat cerita romantis remaja dari pada konflik internal yang merenggut nyawa." Lihua merintih saat berusaha mencabut panah itu dari bahu nya, seperti nya daging nya benar-benar terkoyak parah. Darah langsung mengalir keluar dalam jumlah banyak membuat Lihua menggerenyit.
Bertepatan dengan itu gadis tadi kembali dengan buntalan dipelukannya. Terbelak melihat Lihua yang menggenggam panah, mencabutnya paksa.
"Nona anda akan kehilangan banyak darah." pekiknya namun cepat-cepat Lihua membungkam mulut gadis itu agar diam.
"Jangan berisik."
Gadis itu mengangguk memapah Lihua kearah peristirahatan terdekat. Sedikit memaksa Lihua untuk ketempat yang menurutnya aman untuk berganti pakaian. Bagaimanapun dilihat dari aura dan cara berpakaian gadis terluka ini pastilah salah satu dari keluarga bangsawan.
Lihua melepaskan hanfu nya dibantu oleh gadis itu, sedikit meringis saat kain itu melekat pada lukanya. Membersihkan tubuhnya dari darah lalu membalutnya dengan kain yang menekan lukanya agar darah tidak kembali mengalir keluar.
Memakai hanfu berwarna biru muda dengan corak sederhana. Tidak disangka gadis itu juga membelikan beberapa ornamen untuk gulungan rambutnya.
"Rambut anda berantakan akan terlihat mencurigakan jika tidak dibenahi." katanya menggulung rambut Lihua dan membiarkan beberapa helai tidak terikat, memberikan kesan anggun sekaligus santai.
"Terimakasih untuk pertolonganmu." kata Lihua menghadiahkan jepit giok nya sebagai hadiah untuk gadis itu. "Tolong rahasiakan ini dari siapapun."
....
Lihua kembali ketempat dimana Pangeran Zhen dan sang kakak meninggalkan nya.
Beruntung kakaknya itu masih belum kembali jadi Lihua bisa duduk disana seolah tidak terjadi apapun. Tapi mau ditutupi seperti apapun wajah pucat Lihua sukar untuk dibohongi.
Suara berderap langkah kuda dan pekikan dari gadis-gadis muda menjadi tanda bagi Lihua atas kedatangan dari dua pangeran itu. Lihua berpura-pura acuh sampai akhirnya sang kakak Lijuan menghampiri nya dan menepuk bahu kiri nya.
Lihua meringis sakit hingga Pangeran Lijuan panik, "ada apa?" tanyanya.
Buru-buru Lihua tersenyum, "Aku baik-baik saja hanya sedikit terkejut. Kakak dari mana saja?" tanya nya berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Kau sakit?" tanya Pangeran Zhen yang sedari tadi memperhatikan gelagat Lihua yang aneh, apalagi wajah Lihua yang benar-benar pucat pasi.
Lihua mendumel dalam hati, bagaimana bisa ia berbohong jika dua pria dihadapannya kini begitu peka nya. 'Oh tuhan mengapa tingkat kepekaan pria dimasa depan begitu tipis. Apa kepekaan mereka tergerus oleh zaman?'
"Sepertinya iya, aku ingin pulang jika urusan kalian sudah selesai." kata Lihua.
Tak ingin mendesak Lihua lebih jauh, akhirnya dua pangeran itu memilih mengalah. Mereka keluar dari kedai, Lihua menatap kebingungan pada kuda Pangeran Zhen. Bagaimana caranya ia naik dengan tangan yang terluka?
Seolah mengerti apa yang dipikirkan oleh Lihua pangeran Zhen memegang kedua sisi pinggang Lihua lalu mengangkat nya naik keatas kuda. Lihua yang terkejut menumpukan tangan nya pada pundak pangeran Zhen.
"Naik keatas kuda." tegur pangeran Zhen saat lihua malah terdiam.
Pangeran Lijuan memperhatikan ada yang berbeda dengan Lihua saat terakhir kali mereka meninggalkan nya di kedai teh. "Kau berganti pakaian?"
Baru saja duduk diatas kuda lagi-lagi Lihua mendapatkan pertanyaan. "Ya tadi aku sempat berkeliling dan tertarik dengan pakaian ini. Bagaimana apa aku terlihat cantik kakak?"
"Begitulah." sahut Pangeran Lijuan.
Pangeran Zhen naik keatas kuda, memeluk pinggang Lihua takut jika sewaktu-waktu gadis ini akan pingsan dan terjatuh dari atas kuda. Samar-samar pangeran Zhen mencium aroma darah disekitar Lihua, diperhatikan nya baik-baik gadis ini.
"Darah?" gumam pangeran Zhen seketika membuat tubuh Lihua menegang.
Lihua memejamkan matanya berdoa semoga pangeran Zhen tidak bertanya apapun sampai mereka kembali ke kerajaan.